PERKEMBANGAN TEMBUT-TEMBUT SEBERAYA SEBAGAI WARISAN BUDAYA KARO.

(1)

PERKEMBANGAN TEMBUT-TEMBUT SEBERAYA

SEBAGAI WARISAN BUDAYA KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

MORA HISKIA SM

309121051

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Mora Hiskia SM. 309121051. Perkembangan Tembut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya Karo. Fakultas Ilmu Soaial Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perkembangan Tembut-tembut Seberaya Sebagai Warsan Budaya Karo. Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif kualitatif, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian lapangan (field research) melalui observasi, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis, proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, observasi dan wawancara kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan kebutuhan penelitian kemudian disusun secara sistematis. Dari penelitian ini diperoleh data bahwa Tembut-tembut Seberaya dalam perkembangannya mengalami perubahan baik secara fungsi maupun wujud Tembut-tembut Seberaya tersebut. Beberapa kejadian/peristiwa turut mempengaruhi pada perkembangan Tembut-tembut Seberaya seperti masuknya Agama Kristen, Islam ke Seberaya, Perayaan hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, kedatangan tamu-tamu khusus ke daerah Tanah Karo hingga adanya berbagai event hiburan yang dilaksanakan oleh masyarakat Seberaya. Perkembangan yang dimaksud adalah dalam penggunaan Tembut-tembut Seberaya yang mengalami perkembangan pengunaan, yang pada awalnya Tembut-tembut Seberaya digunakan sebagai media ritual ndilo wari udan (Ritual memanggil hujan), juga sebagai hiburan penduduk desa Seberaya. Namun, kini penggunaan Tembut-tembut Seberaya telah mengalami perkembangan seperti menyambut tamu besar yang datang ke daerah Karo, sebagai even hiburan, sebagai penambah pemasukan daerah dari segi pariwisata, hingga sebagai ikon budaya Karo.


(6)

฀ATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi

yang berjudul “Perkembangan ฀embut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya

Karo” sebagai syarat untuk melengkapi dan memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil. Penulis juga menyadari banyak hambatan dan kesulitan yang dialami dalam penyusunan skripsi ini. Namun berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan

฀. Bapak Dr. H. Restu MS, selaku dekan fakultas ilmu sosial di Universitas Negeri Medan

3. Ibu Dra, Flores Tanjung, MA, selaku ketua jurusan pendidikan sejarah di Universitas Negeri Medan dan juga selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberi saran dan masukan kepada penulis. 4. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku sekretaris jurusan pendidikan


(7)

3

5. Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, M.Si selaku Dosen Pembimbing akademik sekaligus penguji dan menjadi orang tua penulis selama menempuh pendidikan di jurusan pendidikan sejarah.

6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku dosen penguji 7. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku dosen penguji.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah yang selama ini telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan. 9. Kepada Camat Tiga Panah yang telah memberikan ijin penelitian.

10. Kepada keluarga besar Sembiring Depari desa Seberaya sebagai narasumber penulis.

11. Orang tua penulis Bapak R. Munthe dan Mamak N. Situngkir yang senantiasa memberikan dukungan moral dan materi untuk penulis mulai menjalani perkuliahan hingga dapat menyelesaikan studi ini, trimakasih untuk doa dan dukungannya.

1฀. Kepada kakak penulis, Ira Magdalena br Munthe, dan adik penulis Debora Clara Misva br Munthe terimakasih untuk doa dan dukungan yang penulis rasakan selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

13. Kepada keluarga besar Opung Harmey, dan keluarga besar Opung David terimakasih untuk motivasi dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

14. Kepada teman – teman PAKU AHH B Reg 09 yang telah memberi pertolongan dan semangat selama bersama dalam menjalani perkuliahan.


(8)

4

15. Kepada teman-teman PPL SMA GBKP Kabanjahe ฀01฀ yang telah memberi bantuan dan motivasi selama bersama menjalani perkuliahan Terimakasih juga kepada teman – teman yang tidak bisa penulis ucapkan satupersatu, terimakasi doa dan motivasi yang penulis rasakan hingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Semoga Tuhan melindungi kita semua. Amin.

Medan, Maret ฀015


(9)

v

DAFTAR ISI

Abstrak………..i

Kata Pengantar………...ii

Daftar Isi……….….v

Daftar Tabel………....vi

Daftar Lampiran………...vii

BAB I. PENDAHULUAN...1

1. Latar Belakang Masalah... 1

2. Identifikasi Masalah... 3

3. Batasan Masalah...3

4. Rumusan Masalah... 4

5. Tujuan Penelitian... 4

6. Manfaat Penelitian... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 5

1. Kerangka Teori...5

1.1Perkembangan Budaya...5

1.2Wujud Kebudayaan...10

1.3 Warisan Budaya...10

1.4Suku Karo...11

1.5 Tembut-tembut Seberaya...12

2. Kerangka Berfikir...14

BAB III. METODE PENELITIAN...16

1. Metode Penelitian...16

2. Lokasi Penelitian... 17

3. Sumber Data... 17


(10)

vi

5. Tekink Analisis Data...19

BAB IV. PEMBAHASAN...21

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...21

1.1 Sejarah dan Identitas Suku Karo...21

1.2 Lokasi dan Batas Geografis Awar...22

1.3 Persebaran Suku Karo...25

1.4Identitas Suku Karo...27

1.5Kondisi Lokasi Penelitian...33

2.Tembut-tembut Seberaya...37

2.1 Sejarah Tembut-tembut Seberaya...37

2.2 Karakter Tembut-tembut Seberaya...39

3. Perkembangan Tembut-tembut Seberaya...42

3.1 Perkembangan Fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya...44

3.2 Perkembangan Tembut-tembut Seberaya Setelah Masuknya Agama Kristen dan Islam ...50

3.3Nilai-nilai Sosial yang terkandung pada Tembut-tembut Seberaya...53

3.4 Unsur-unsur yang Terlibat dalam Pertunjukan Tembut-tembut Seberaya...56

3.5 Pesona Atraksi Tembut-tembut Seberaya...57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...59

1 Kesimpulan...59

2 Saran...61


(11)

vii

DAFTAR TABEL


(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Observasi

Peta Lokasi Penelitian Foto Penelitian


(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Observasi

Peta Lokasi Penelitian Foto Penelitian


(14)

DAFTAR TABEL


(15)

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah

Kesenian adalah unsur dan ekspresi kebudayaan manusia, yang berhubungan erat dengan unsur-unsur kebudayaan lainnya. Sampai sekarang dalam kajian saintifik, kesenian dibagi menjadi rumpun-rumpun. (a) seni pertunjukan (performing art) atau pertunjukan budaya (cultural perfomance) yang terdiri dari : musik, tari, teater yang kadang kala meluas sampai kajian pada bidang olahraga, sirkus, prosesi dan juga ritual; (b) seni rupa atau seni visual yang terdiri dari : seni lukis, seni pahat, kerajinan dan lainnya; (c) seni media rekam yang terdiri dari : radio, televisi, komputer dan lain lain.

Pada masyarakat Karo, seni pertunjukan (performing art) mencakup seni musik yang disebut gendang, seni tari yang disebut landek, dan seni teater yang disebut tembut-tembut. Seni pertunjukan dalam masyarakat Karo dapat dijumpai sistem-sistem yang relevan sejak 1910 sampai saat ini.

Seni pertunjukan yang ada dalam masyarakat Karo disebut tembut-tembut Seberaya. Tembut-tembut tersebut diketahui berasal dari desa Seberaya (Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo). Karena berasal dari desa Seberaya sehingga kesenian tersebut disebut tembut-tembut Seberaya.

Pada awalnya Tembut-tembut Seberaya digunakan sebagai media ndilo wari udan dan juga sebagai media hiburan. Sebagai media hiburan tema cerita


(16)

dalam pementasan tembut-tembut Seberaya adalah hiburan bagi raja yang ditinggal mati anaknya. Dalam seni pertunjukan Karo terkandung juga keunikan-keunikan yang memperjelas dan mempertajam jatidiri masyarakat Karo.

Tembut-tembut Seberaya memiliki dua jenis karakter, yaitu : Karakter manusia dan karakter hewan. Karakter manusia terdiri dari empat tokoh yaitu satu ayah, ibu, putra dan putri. Karakter hewan hanya mempunyai satu tokoh yaitu gurda-gurdi (Burung Enggang). Pertunjukan dimulai dengan membawa tembut-tembut serta kelengkapannya ke tempat penyajian. Kemudian masing-masing pemain memakai tembut-tembut sesuai dengan perannya masing-masing.

Tembut-tembut ini dimulai ketika pemimpin penyajian mengucapkan “Palu gendang ena!” artinya “Mainkan musiknya!” Musik mulai terdengar dan pemain tembut-tembut mulai menari. Posisi penari tembut-tembut pada awalnya sejajar membelakangi para pemain musik. Posisi ini terus dipertahankan sampai pemain musik memainkan dua buah lagu yakni lagu perang empat kali dan lagu Simalungen rayat. Pada lagu yang ketiga, posisi penari berubah, tarian yang dimainkan tidak memiliki aturan yang tetap. Penari yang memainkan burung Enggang menari seakan-akan ingin mematuk penari yang memainkan peran anak perempuan. Sedangkan penari yang memerankan Ayah menari gerakan yang menghalang-halangi Burung Enggang, demikian juga dengan peran anak laki-laki.

Pada saat ini, eksistensi dari tembut-tembut Seberaya kurang mendapat perhatian dari masyarakat Karo sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan semakin berkurangnya pemakaian tembut-tembut Seberaya dalam upacara-upacara adat


(17)

atau kegiatan yang bersifat ritual. Jika demikian, di masa mendatang generasi muda Karo akan melupakan tembut-tembut sebagai warisan budaya asli Karo.

Berdasarkan uraian di atas mengenai eksistensi tembut-tembut Seberaya pada masyarakat Karo saat ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tembut-tembut, khususnya di daerah asal tembut-tembut yaitu desa Seberaya. Tulisan ini akan mendeskripsikan secara umum perkembangan tembut-tembut Seberaya sebagai warisan budaya Karo.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di latar belakang, maka yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

1. Sejarah Tembut-tembut Seberaya.

2. Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya.

3. Perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di Desa Seberaya.

3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan penelitian ini, maka peneliti melakukan pembatasan agar hasil penelitian ini hasilnya terukur dan tidak meluas. Peneliti hanya meneliti mengenai “Perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebagai warisan budaya Karo”


(18)

4. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Sejarah tembut-tembut Seberaya?

2. Bagaimanakah Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya?

3. Bagaimanakah perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di desa Seberaya?

5. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah tembut-tembut Seberaya.

2. Untuk mengetahui Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya.

3. Untuk mengetahui perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di desa Seberaya.

6. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan tentang sejarah tembut-tembut Seberaya.

2. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang tembut-tembut Seberaya khususnya mahasiswa pendidikan sejarah.

3. Sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya


(19)

Bab V

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada penelitian bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pertunjukan Tembut-tembut Seberaya berasal dari desa Seberaya, Kabupaten Karo. Tembut-tembut Seberaya pertama sekali diperkenalkan oleh Pirei Depari yang selanjutnya Tembut-tembut Seberaya menjadi ikon dari desa Seberaya.

2. Tembut-tembut Seberaya memiliki 2 karakter yaitu karakter hewan dan manusia, dan Tembut-tembut Seberaya menggunakan 5 pemain/pemeran dalam pertunjukannya, yaitu : seorang Putri, Putra, Ibu, Raja, dan Burung Enggang. Setiap perannya memiliki ciri khas tersendiri.

3. Tembut-tembut Seberaya pada awalnya ditujukan sebagai media hiburan rakyat dan juga sebagai media ritual ndilo wari udan (memanggil hujan). Namun pada perkembangannya Tembut-tembut Seberaya juga digunakan sebagai even pemeriah sebuah festival, juga digunakan untuk menyambut tamu khusus, dan juga digunakan sebagai pemeriah acara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia di Kabanjahe.

4. Tembut-tembut Seberaya pada perkembangannya mengalami ironi Budaya yang mengakibatkan hampir punahnya Tembut-tembut


(20)

Seberaya. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari agama yang masuk ke desa Seberaya. Namun pada proses ini terjadi perpaduan penggunaan Tembut-tembut Seberaya, pada pengunaannya Tembut-tembut Seberaya tidak lagi disertai oleh dukun kampung, juga tidak lagi menggunakan bahasa yang tidak lazim.

5. Tembut-tembut Seberaya dalam prospek pengembangannya memiliki tantangan yang harus bisa diatasi unsur-unsur yang terlibat pada Tembut-tembut Seberaya. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah adanya duplikasi dari Tembut-tembut Seberaya sehingga mengakibatkan adanya perbedaan paham pada masyarakat awam yang belum mengetahui sejarah Tembut-tembut Seberaya. Selain itu, dengan adanya duplikat dari Tembut-tembut Seberaya akan mengurangi pemasukan daerah dari segi pariwisata, dan juga kepada pewaris Tembut-tembut Seberaya.


(21)

2. Saran

Berkaitan dengan tema dan topik penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, diantaranya :

1. Melakukan penelitian lebih lanjut terhadap “Perkembangan Tembut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya Karo”

2. Melakukan kerjasama dengan pemerintah (Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan) untuk meningkatkan kunjungan wisata yang bersifat budaya dan edukasi dalam memahami Tembut-tembut Seberaya sebagai warisan budaya Karo.

3. Melanjutkan program-program nilai sejarah khusunya pembelajaran sejarah lokal bagi Kabupaten Karo

4. Peneliti mengerti bahwa penelitian masih kurang lengkap dan masih banyak yang perlu disempurnakan. Untuk itu, peneliti berharap penelitian lain mengenai Tembut-tembut Seberaya dapat meneliti kembali mengenai “perkembangan Tembut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya Karo” serta melengkapi penelitian ini agar lebih baik dan layak untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.


(22)

1

Daftar Pustaka

Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Gintings E.P (1999), Religi karo, Kabanjahe : Abdi Karya

Hurlock, B Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Erlangga. Ihromi. T.O. (2006). Pokok – pokok Antropologi Budaya, Jakarta : Yayasan Obor Koentjaraningrat (2009). Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : PT Rineka Cipta Monks,F.J & Knoers. A.M.P, (2006). Psikologi Perkembangan,Yogyakarta :

Gajah Mada University Press

Neumann, (1972). Sejarah Batak Karo Sebuah Sumbangan, Jakarta : Bharatara Jakarta

Prinst, Darwin (2014), Adat Karo, Medan : Bina Media Perintis Satrio. J (1992). Hukum Waris, Bandung : Penerbit Alumni

Soekanto, Soerjono (1983). Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial, Jakarta : Ghalia Indonesia

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Tarigan, Sarjani (2010), Dinamika Peradatan Orang Karo, Kabanjahe : Balai Adat Budaya Karo Indonesia

Tarigan, Sarjani (2009), Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya, Kabanjahe : Balai Adat Budaya Karo Indonesia


(1)

atau kegiatan yang bersifat ritual. Jika demikian, di masa mendatang generasi muda Karo akan melupakan tembut-tembut sebagai warisan budaya asli Karo.

Berdasarkan uraian di atas mengenai eksistensi tembut-tembut Seberaya pada masyarakat Karo saat ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tembut-tembut, khususnya di daerah asal tembut-tembut yaitu desa Seberaya. Tulisan ini akan mendeskripsikan secara umum perkembangan tembut-tembut Seberaya sebagai warisan budaya Karo.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di latar belakang, maka yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

1. Sejarah Tembut-tembut Seberaya.

2. Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya.

3. Perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di Desa Seberaya.

3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan penelitian ini, maka peneliti melakukan pembatasan agar hasil penelitian ini hasilnya terukur dan tidak meluas. Peneliti hanya meneliti mengenai “Perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebagai warisan budaya Karo”


(2)

4. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Sejarah tembut-tembut Seberaya?

2. Bagaimanakah Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya?

3. Bagaimanakah perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di desa Seberaya?

5. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah tembut-tembut Seberaya.

2. Untuk mengetahui Perkembangan fungsi dan wujud Tembut-tembut Seberaya.

3. Untuk mengetahui perkembangan Tembut-tembut Seberaya sebelum dan sesudah masuknya agama Islam dan Kristen di desa Seberaya.

6. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan tentang sejarah tembut-tembut Seberaya.

2. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang tembut-tembut Seberaya khususnya mahasiswa pendidikan sejarah.

3. Sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya


(3)

Bab V

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada penelitian bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pertunjukan Tembut-tembut Seberaya berasal dari desa Seberaya, Kabupaten Karo. Tembut-tembut Seberaya pertama sekali diperkenalkan oleh Pirei Depari yang selanjutnya Tembut-tembut Seberaya menjadi ikon dari desa Seberaya.

2. Tembut-tembut Seberaya memiliki 2 karakter yaitu karakter hewan dan manusia, dan Tembut-tembut Seberaya menggunakan 5 pemain/pemeran dalam pertunjukannya, yaitu : seorang Putri, Putra, Ibu, Raja, dan Burung Enggang. Setiap perannya memiliki ciri khas tersendiri.

3. Tembut-tembut Seberaya pada awalnya ditujukan sebagai media hiburan rakyat dan juga sebagai media ritual ndilo wari udan (memanggil hujan). Namun pada perkembangannya Tembut-tembut Seberaya juga digunakan sebagai even pemeriah sebuah festival, juga digunakan untuk menyambut tamu khusus, dan juga digunakan sebagai pemeriah acara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia di Kabanjahe.

4. Tembut-tembut Seberaya pada perkembangannya mengalami ironi Budaya yang mengakibatkan hampir punahnya Tembut-tembut


(4)

Seberaya. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari agama yang masuk ke desa Seberaya. Namun pada proses ini terjadi perpaduan penggunaan Tembut-tembut Seberaya, pada pengunaannya Tembut-tembut Seberaya tidak lagi disertai oleh dukun kampung, juga tidak lagi menggunakan bahasa yang tidak lazim.

5. Tembut-tembut Seberaya dalam prospek pengembangannya memiliki tantangan yang harus bisa diatasi unsur-unsur yang terlibat pada Tembut-tembut Seberaya. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah adanya duplikasi dari Tembut-tembut Seberaya sehingga mengakibatkan adanya perbedaan paham pada masyarakat awam yang belum mengetahui sejarah Tembut-tembut Seberaya. Selain itu, dengan adanya duplikat dari Tembut-tembut Seberaya akan mengurangi pemasukan daerah dari segi pariwisata, dan juga kepada pewaris Tembut-tembut Seberaya.


(5)

2. Saran

Berkaitan dengan tema dan topik penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, diantaranya :

1. Melakukan penelitian lebih lanjut terhadap “Perkembangan Tembut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya Karo”

2. Melakukan kerjasama dengan pemerintah (Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan) untuk meningkatkan kunjungan wisata yang bersifat budaya dan edukasi dalam memahami Tembut-tembut Seberaya sebagai warisan budaya Karo.

3. Melanjutkan program-program nilai sejarah khusunya pembelajaran sejarah lokal bagi Kabupaten Karo

4. Peneliti mengerti bahwa penelitian masih kurang lengkap dan masih banyak yang perlu disempurnakan. Untuk itu, peneliti berharap penelitian lain mengenai Tembut-tembut Seberaya dapat meneliti kembali mengenai “perkembangan Tembut-tembut Seberaya Sebagai Warisan Budaya Karo” serta melengkapi penelitian ini agar lebih baik dan layak untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.


(6)

1

Daftar Pustaka

Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Gintings E.P (1999), Religi karo, Kabanjahe : Abdi Karya

Hurlock, B Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Erlangga. Ihromi. T.O. (2006). Pokok – pokok Antropologi Budaya, Jakarta : Yayasan Obor Koentjaraningrat (2009). Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : PT Rineka Cipta Monks,F.J & Knoers. A.M.P, (2006). Psikologi Perkembangan,Yogyakarta :

Gajah Mada University Press

Neumann, (1972). Sejarah Batak Karo Sebuah Sumbangan, Jakarta : Bharatara Jakarta

Prinst, Darwin (2014), Adat Karo, Medan : Bina Media Perintis Satrio. J (1992). Hukum Waris, Bandung : Penerbit Alumni

Soekanto, Soerjono (1983). Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial, Jakarta : Ghalia Indonesia

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Tarigan, Sarjani (2010), Dinamika Peradatan Orang Karo, Kabanjahe : Balai Adat Budaya Karo Indonesia

Tarigan, Sarjani (2009), Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya, Kabanjahe : Balai Adat Budaya Karo Indonesia