Berdasarkan data sampai dengan bulan Desember 2012

27 Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Hutan dan Lahan di Indonesia Kotak 4.1. Masih banyak daerah yang belum melakukan inventarisasi hutan dan lahan. Kalaupun sudah melakukan inventarisasi, banyak yang belum sesuai dengan panduan yang ditetapkan Kementerian Kehutanan. Dalam kegiatan perencananan kehutanan, Pemerintah Kabupaten memiliki kewenangan untuk melakukan inventarisasi kawasan hutan lindung, produksi, dan skala DAS di tingkat Kabupaten. 14 Inventarisasi bertujuan untuk mengetahui potensi sumber daya daerah sebagai basis untuk memanfaatkannya secara berkelanjutan. Namun, masih ada empat kabupaten dalam studi ini yang belum melakukan inventarisasi hutan dan lahan. Ada indikasi mereka mempersepsikan inventarisasi bukan sebagai kewenangan daerah. Sementara lima daerah yang telah melakukan inventarisasi, prosesnya belum sesuai dengan panduan yang ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan. Hanya satu Kabupaten yaitu Paser, yang dalam studi ini dianggap telah memenuhi standar.

14. PP No. 38 Tahun 2007 Jo. Permenhut No. P.67Menhut-II2006

ONE MAP: SECERCAH HARAPAN BAGI PENATAAN RUANG Penataan ruang di Indonesia masih sangat jauh dari harapan. Tumpang –tindih pemanfaatan lahan masih banyak terjadi sehingga memunculkan pelanggaran hukum dan konlik dimana-mana. Hal ini telah diakui oleh Pemerintah. Dokumen RPJMN 2009-2014 menyebutkan persoalan penataan ruang ini bersumber dari belum optimalnya kegiatan koordinasi survei dan pemetaan nasional, belum memadainya data dan informasi spasial, belum memadainya akses terhadap data dan informasi, serta kurangnya sumber daya manusia di bidang survei dan pemetaan. Tidak dilakukannya pemutakhiran data dan informasi spasial berpotensi menimbulkan kekeliruan dalam menentukan arahan perencanaan dan pemanfaatan ruang karena adanya potensi kesenjangan antara data dan informasi spasial yang digunakan dengan kondisi riil di lapangan. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, dalam kerangka moratorium pemberian perizinan di lahan gambut dan hutan primer, Pemerintah melalui UKP4 dan Badan Informasi Geospasial sedang berupaya membangun peta terintegrasi One Map. Selain itu, Pemerintah juga tengah membangun simpul Jaringan Data dan Informasi Spasial melalui Perpres No. 85 Tahun 2007. Simpul ini bertugas mengoordinasikan institusi pemerintahan di pusat dan daerah yang memproduksi data dan informasi spasial. Adanya peta tunggal yang berasal dari data dan informasi spasial yang terintegrasi, yang diakui dan dijadikan rujukan oleh seluruh stakeholders pengelolaan hutan dan lahan diharapkan akan meminimalisir konlik dan potensi terjadinya pelanggaran hukum yang berkaitan dengan kepastian status kawasan. 28 Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Hutan dan Lahan di Indonesia Tabel 4.2. Inventarisasi Kawasan Hutan oleh Pemerintah Kabupaten Kabupaten Kebijakan pemberian izin pertambangan dibuat tidak akuntabel dengan tidak memberi kejelasan jangka waktu proses kepada pemohon izin. Pemerintah Kabupaten memiliki kewenangan untuk menerbitkan izin usaha pertambangan. 15 Kewenangan tersebut akhir-akhir ini semakin diperkuat dengan putusan MK No. 10 PUU-X2012 yang menegaskan kewenangan penetapan wilayah pertambangan oleh Pemerintah Kabupaten. 16 Sayangnya kewenangan tersebut belum diikuti dengan semangat akuntabilitas Pemerintah Kabupaten dalam mengelola tambang di daerahnya. Ini terlihat dari kebijakan pemberian Izin Usaha Pertambangan di daerah studi yang kebanyakan tidak mencantumkan jangka waktu proses penerbitan izin. Tidak adanya kejelasan jangka waktu proses menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku usaha. Juga, memberi peluang korupsi bagi pejabat pembuat izin yang dengan sengaja memperpanjang waktu pemrosesan dan kemudian meminta uang kepada pemohon jika proses ingin dipercepat. 17 15. Pasal 37 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara 16. Putusan MK No. 10 PUU-X2012 mengenai pengujian UU No. 4 Tahun 2009 yang diajukan oleh pemohon H. Israan Noor Bupati Kutai Timur, Kalimantan Timur menyatakan bahwa frasa “setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten” dalam 6 ayat 1 huruf e, pasal 9 ayat 2, pasal 14 ayat 1 dan pasal 17 UU No. 4 Tahun 2009 tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai “setelah ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten”. Implikasi putusan ini adalah penegasan kewenangan daerah untuk menetapkan wilayah pertambangan WP, wilayah usaha pertambangan WUP, dan luas serta batas wilayah izin ysaha pertambangan mineral dan batu bara WIUP. 17. Hal ini terkonirmasi dalam penelitian ICEL yang dilakukan sebelumnya tentang Perizinan Terpadu di Kalimantan Tengah dalam Feby Ivalerina Kartikasari, et. al., Perizinan Terpadu Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan di Indonesia: Studi Kasus Kalimantan Tengah, Jakarta:ICEL, 2012, Hal. 38 Sudah Melakukan Inventarisasi Belum Melakukan Inventarisasi Sesuai standar dan dipublikasikan Sesuai standar, tidak dipublikasikan Tidak Sesuai standar, sudah dipublikasikan Tidak Sesuai Standar dan tidak dipublikasikan Banyuasin √ Berau √ Bulungan √ Kayong Utara √ Kubu Raya √ Musi Banyuasin √ Musi Rawas √ Paser √ Sintang √