EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN STUDENTS CENTERED LEARNING (SCL) BERBASIS HANDOUT PADA KOMPETENSI DASAR MENDISKRIPSIKAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DALAM

(1)

i

MENDISKRIPSIKAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN

HIDUP DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA

KELAS VIII SMP N 1 UNGARAN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

di Universitas Negeri Semarang

Oleh :

M. Muzamzam Diar Achda

3201409030

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Moch. Arifien M.Si Ariyani Indrayati S.Si., M.Sc. NIP: 195508261983031003 NIP: 197806132005012005

Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP: 19620904 198901 1 001


(3)

iii

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs. Sriyono., M.Si. NIP: 196312171988031002

Penguji I Penguji II

Drs. Moch. Arifien M.Si Ariyani Indrayati S.Si., M.Sc. NIP: 195508261983031003 NIP: 197806132005012005

Mengetahui: Dekan,

Dr. Subagyo, M.Pd. NIP: 19510808 1980031 003


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2013

M. Muzamzam Diar Achda NIM: 3201409030


(5)

v

 Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar (H. R Bukhari)

 Salah satu kenikmatan Allah atas seseorang ialah dijadikan anaknya mirip ayahnya (dalam kebaikan) (H. R Ath Thahawi)

 Cintailah anak – anak dan kasih sayangi lah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepadanya tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui kamulah yang memberi mereka rejeki (H. R Ath Thahawi)

PERSEMBAHAN:

1. Abah dan Umiku, (Alm. M. Mundjid Subkhi dan Eva Ida Asyati) yang memberikan doa, dukungan dan segalanya

2. Kakak, adik dan keluarga besarku

3. Sahabat-sahabatku “KFC” Vita, Ambar, Kiki, dan Sri Lestari


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan RahmatNya sehingga skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran

Students Centered Learning (SCL) berbasis Handout pada Kompetensi Dasar

Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP N 1 Ungaran” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan penyusunan skripsi.

4. Drs. Moch. Arifien M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengerjaan skripsi ini dengan tulus.

5. Ariyani Indrayati, S.Si., M.Sc., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengerjaan skripsi ini dengan tulus.

6. Kepala di SMP Negeri 1 Ungaran yang telah mendukung dan memberikan ijin dalam penelitian ini.


(7)

vii

dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas bantuan dan amal baiknya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Agustus 2013


(8)

viii SARI

Achda, M. Muzamzam Diar. 2013. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Students Centered Learning (SCL) berbasis Handout pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Hasil Belajar

IPS Siswa Kelas VIII SMP N 1 Ungaran. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Moch. Arifien, M.Si., Pembimbing II: Ariyani Indrayati, S.Si, M.Sc.

Kata Kunci: Pembelajaran Efektif, Students Centered Learning (SCL), handout.

Proses pembelajaran secara konvensional menempatkan guru sebagai sumber belajar yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa. Hal yang masih dirasa kurang dalam proses pendidikan konvensional adalah kurangnya latihan problem solving. Belajar secara problem solving adalah

learning to learn, yaitu kemampuan yang dicapai akan membantu siswa belajar

selanjutnya.

Pada Pendekatan Metode pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL), pembelajar memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatan aktif dan partisipasi siswa. Efektifitas adalah tingkat keberhasilan pelaksanaan metode pembelajaran. Pembelajaran efektif berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar. Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik terdiri dari dua unsur, yaitu identitas handout dan materi pokok atau materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan. Tujuan penelitian yang pertama adalah mendiskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran Students

Centered Learning (SCL) berbasis handout pada Kompetensi Dasar

Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 1 Ungaran. Kemudian yang kedua, untuk mencari tingkat efektivitas metode pembelajaran Students Centered Learning (SCL) berbasis handout pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 1 Ungaran.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ungaran 2012/2013 yang terdiri dari 8 kelas dengan total 200 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu seluruh siswa memperoleh materi pelajaran IPS yang sama, buku yang digunakan siswa sama, siswa diampu oleh guru yang sama, dan jadwal pelajaran IPS berada pada jam yang sama. Sampel yang memenuhi pertimbangan tersebut adalah kelas VIIIC (kelas eksperimen) dan kelas VIII H (kelas kontrol). Metode pengumpulan data adalah dokumentasi, observasi, angket dan tes. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif persentase dan deskriptif kuantitatif inferensial menggunakan t-test.


(9)

ix

dilihat dari hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dengan rata-rata nilai tes evaluasi sebesar 80,72 dengan rentang nilai tertinggi sebesar 90,90 dan nilai terendah 68,36. Sedangkan kelas kontrol rata-ratanya sebesar 72,00, dengan nilai tertinggi 81,81 dan nilai terendah 59,09. Hasil belajar kognitif dapat diketahui dari uji t yang menghasilkan thitung > ttabel yaitu 5,88 > 2,01 dengan dk = 48 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Hasil belajar afektif menghasilkan rata-rata klasikal kelas eksperimen 71,5% berkategori baik sedangkan rata-rata klasikal kelas kontrol hanya 57% yang berkategori cukup baik, dari sinilah dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini efektif. Ketuntasan hasil belajar individu maupun klasikal melalui uji t terhadap nilai kelas eksperimen yang mana thitung > ttabel yaitu 5,10 > 2,06 , sehingga Ho ditolak Ha diterima yang artinya siswa telah mampu mencapai ketuntasan belajar individu. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal, kelas

eksperimen juga telah mencapai ketuntasan, karena 88% siswa nilainya ≥ 75.

Hasil belajar kelas ekperimen secara klasikal sebesar 80,72. Ketuntasan

nilai KKMnya pun tuntas karena 88% siswa nilainya ≥ 75, dengan rentang nilai tertinggi 90,90 dan terendah 68,36. Pembelajaran ini pun mendapat respon positif dari siswa dilihat dari persentase rata-rata persiswanya, mayoritas siswa dari 25 siswa sangat tertarik yakni 72% dan sisanya 28% tertarik. Rata-rata klasikalnya diketahui dari analisis deskriptif persentase yang menghasilkan persentase sebesar 85%, yang mana nilai tersebut dikategorikan sangat tertarik.


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

1.5.Penegasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. StudentsCenteredLearning (SCL) ... 12

2.2. Peran Guru dalam Pendekatan StudentsCenteredLearning (SCL) ... 15

2.3. Prinsip-prinsip Psikologi StudentsCenteredLearning (SCL) . 18 2.4. Manfaat, Sifat, Syarat dan Prosedur Kegiatan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) ... 22

2.5. Media Pendidikan ... 25


(11)

xi

2.10. Tahap-tahap Pengembangan Handout ... 35

2.11. Pemanfaatan Media Handout dalam Proses Pembelajaran.... 43

2.12. Kerangka Berpikir ... 44

2.13. Hipotesis ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel ... 48

3.2. Variabel Penelitian ... 51

3.3. Desain Penelitian ... 51

3.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.4.1. Sumber Data ... 54

3.4.2. Metode Pengumpulan Data ... 54

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.5. Analisis Instrumen ... 56

3.5.1. Tes Hasil Belajar Kognitif ... 56

3.5.1.1. Uji Validitas Butir Soal ... 56

3.5.1.2. Uji Realibilitas Instrumen ... 58

3.5.1.3. Analisis Tingkat Kesukaran ... 59

3.5.1.4. Daya Pembeda Soal ... 60

3.5.2. Kinerja Guru ... 62

3.5.3. Hasil Belajar Afektif ... 63

3.5.4. Angket Tanggapan Siswa ... 63

3.6. Metode Analisis Data ... 64

3.6.1. Analisis Data Tahap Awal ... 64

3.6.2. Analisis Data Tahap Akhir ... 66

3.6.2.1. Data Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 66

3.6.2.2. Analisis Data Perbedaan Hasil Belajar Kognitif ... 66


(12)

xii

3.6.2.4. Data Angket Tanggapan Siswa ... 68

3.7. Diagram Alur Penelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum SMP Negeri 1 Ungaran ... 71

4.1.1. Lokasi Penelitian ... 71

4.1.2. Kondisi Sekolah ... 72

4.2.Hasil Penelitian ... 73

4.2.1. Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 74

4.2.1.1. Persiapan Pembelajaran ... 75

4.2.1.2. Proses Pembelajaran ... 75

4.2.2. Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 80

4.2.2.1. Persiapan Pembelajaran ... 81

4.2.1.2. Proses Pembelajaran ... 81

4.2.3. Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Antara Pembelajaran yang Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) Berbasis Handout dengan yang Tanpa Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) Berbasis Handout ... 82

4.2.3.1. Analisis Hasil Belajar Siswa Secara Deskripsi ... 83

4.2.3.2. Kemampuan Siswa Setelah Perlakuan ... 83

4.2.4. Pengamatan Proses Pembelajaran Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) berbasis Handout... 87

4.2.5. Perbandingan Hasil Belajar Afektif Antara Pembelajaran yang Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) Berbasis Handout dengan Pembelajaran yang Konvensional atau Tanpa Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCentered Learning (SCL) Berbasis Handout ... 88

4.2.6. Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 92


(13)

xiii

Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) berbasis

Handout ... 98

4.3.1.1. Perencenaan Pembelajaran ... 98

4.3.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 98

4.3.2. Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Antara Pembelajaran yang Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) berbasis Handout dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa Tanpa Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) berbasis Handout ... 103

4.3.3. Perbandingan Hasil Belajar Afektif Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) berbasis Handout dengan Hasil Belajar Afektif Siswa yang Tanpa Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) berbasis Handout ... 107

4.3.4. Ketuntasan Belajar Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) berbasis Handout ... 108

4.3.5. Respon Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Students CenteredLearning (SCL) berbasis Handout ... 109

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 111

5.2. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Rincian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ungaran ... 48

3.2. Jadwal Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 1 Ungaran ... 50

3.3. Desain Penelitian ... 52

3.4. Analisis Validitas Soal ... 58

3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 60

3.6. Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 60

3.7. Kriteria Daya Pembeda Soal ... 61

3.8. Analisis Daya Pembeda Soal ... 62

3.9. Kriteria Hasil Belajar Afektif Siswa ... 67

3.10. Kriteria Tanggapan Siswa ... 68

4.1. Sarana dan Prasarana Pendukung Sekolah ... ... 72

4.2. Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen .... 74

4.3. Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 80

4.4. Hasil Uji Normalitas Data Tes Evaluasi ... 84

4.5. Hasil Uji Kesamaan Dua Varian Data Tes Evaluasi ... 85

4.6. Hasil Perhitungan Uji t Pihak Kanan ... 86

4.7. Rata-rata Hasil Pengamatan Kinerja Guru/ Peneliti Tiap Pertemuan 87

4.8. Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen Tiap Pertemuan Observer Satu ... 89

4.9. Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen Tiap Pertemuan Observer Dua ... 89

4.10. Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas kontrol Tiap Pertemuan Observer Satu ... 91

4.11. Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas Kontrol Tiap Pertemuan Observer Dua ... 91

4.12. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa Selama Pembelajaran ditiap Pertemuan ... 92


(15)

xv

4.16. Persentase Ketertarikan Siswa Terhadap Metode Pembelajaran


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Berpikir ... 46

3.1. Diagram Alur Penelitian ... 70

4.1. Guru/ peneliti membuka pelajaran ... 99

4.2. Siswa menggunakan handout sebagai pengganti catatan ... 100

4.3. Suasana diskusi siswa ... 101

4.4. Siswa mengerjakan tes evaluasi ... 102

4.5. Antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Students Centered Learning (SCL) berbasis handout ... 110


(17)

xvii

2. Peta Lokasi Penelitian ... 119

3. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ... 120

4. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 121

5. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 122

6. Silabus Pembelajaran ... 123

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 124

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 137

9. Kisi-kisi Soal Evaluasi Uji Coba ... 149

10. Lembar Soal Evaluasi Uji Coba ... 150

11. Kunci Jawaban Soal Evaluasi ... 158

12. Analisis Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal ... 159

13. Lembar Soal Evaluasi ... 171

14. Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Evaluasi Siswa ... 175

15. Perbandingan Nilai Tes Evaluasi Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 179

16. Analisis Data Tes Evaluasi ... 180

17. Kisi-Kisi Instrumen Observasi Aktivitas Siswa ... 188

18. Kriteria Penskoran Aktivitas Siswa ... 189

19. Instrumen Observasi ... 191

20. Rekapitulasi Observasi Siswa ... 194

21. Uji Ketuntasan Belajar Siswa ... 200

22. Angket Respon Ketertarikan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 205

23. Rekapitulasi Angket Ketertarikan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 208

24. Kriteria Penskoran Kinerja Guru Metode Pembelajaran Students CenteredLearning (SCL) berbasis Handout ... 210

25. Lembar Pengamatan Guru Metode Pembelajaran StudentsCentered Learning (SCL) berbasis Handout ... 214


(18)

xviii

Lampiran Halaman 26. Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Metode Pembelajaran Students

CenteredLearning (SCL) berbasis Handout ... 216

27. Dokumentasi Penelitian ... 218

28. Surat Keterangan Penelitian ... 219


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses pendidikan merupakan salah satu dari proses pembangunan. Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan, baik dalam pemikiran maupun dalam pengalaman. Pergeseran paradigma pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi yang dicirikan dengan kebijakan dan pelaksanaan pendidikan bottom-up telah mengubah praktik pendidikan nasional. Lulusan SMP harus memiliki kemampuan dan strategi

problem solving serta kemampuan berfikir kritis. Siswa harus berkembang

kompetensinya yang dibangun dari pengetahuan tentang fakta, konsep, prosedur, dan metakognisi (Anderson dan Krathwohl, 2004; dalam Marheini, 2008). Pembelajaran IPS di SMP merupakan kelanjutan dari IPS sekolah dasar dan bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMP secara correlated atau saling berhubungan (Setiyakawan, 2012:1).

Hal yang masih dirasa kurang dalam proses pendidikan adalah kurangnya latihan problem solving. Belajar secara problemsolving adalah learningto learn, yaitu kemampuan yang dicapai akan membantu siswa belajar selanjutnya. Proses pembelajaran secara konvensional menempatkan guru sebagai sumber belajar yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa.


(20)

2

Pembelajaran yang berlangsung di SMP Negeri 1 Ungaran masih menunjukkan pembelajaran konvensional yaitu berpusat pada guru, sehingga siswa merasa bosan dan cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Pemanfaatan media dan model pembelajaran oleh guru masih kurang, sehingga keaktifan siswa, interaksi baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa untuk saling bekerja sama masih kurang. Kenyataan ini diperoleh penulis berdasarkan pengalaman selama praktik pengalaman lapangan di SMP Negeri 1 Ungaran.

Untuk mengatasi hal tersebut seorang guru harus dapat berinovasi dengan metode pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa sehingga hasil belajar optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kunci perubahan tersebut terdapat pada pemikiran bahwa siswa secara aktif membentuk pengetahuannya sendiri, yang dikenal sebagai pemikiran konstruktivisme. Dipengaruhi oleh perspektif konstruktivis, pembelajaran dianggap dapat menjawab tantangan pendidikan global sekarang ini (pendidikan yang bermakna, bukan pendidikan yang membebani hidup) adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa atau SCL.

StudentsCentered Learning (SCL) adalah refleksi dari ciri kehidupan global yang

penuh dengan kompetisi dalam perubahan yang sangat cepat. Pendekatan konstruktivisme dalam implementasinya melahirkan pendekatan Students

Centered Learning (SCL) yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa.


(21)

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain maupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa bahkan guru. Banyaknya media pendidikan sebagai saluran proses pembelajaran membuat seorang guru harus jeli dalam memilih media atau bahan ajar dalam proses pembelajarannya.

Bahan ajar merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran, karena melalui bahan ajar ini membantu siswa dalam mempelajari sesuatu serta sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar dan hasil belajar yang ditampilkan. Handout merupakan salah satu bentuk media cetak yang mudah dikembangkan dan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Jika dibandingkan dengan modul, handout lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan fungsi handout sebagai pelengkap materi ajar. Dibandingkan dengan struktur bentuk bahan ajar cetak lainnya, handout tergolong yang paling sederhana karena hanya terdiri dari dua unsur, yaitu identitas handout dan materi pokok atau materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan.

Manfaat utama handout adalah melengkapi kekurangan materi, baik materi yang diberikan dalam buku teks maupun materi yang diberikan secara lisan.

Handout dapat berisi penjelasan singkat atau elaborasi tentang suatu materi


(22)

4

para pembacanya, juga dapat memberikan umpan balik dan langkah tindak lanjut sehingga handout, menjadi bahan yang kaya dengan berbagai macam fungsi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul: “Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Students Centered

Learning (SCL) berbasis Handout pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan

Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP N 1 Ungaran”.


(23)

1.2. Rumusan Masalah

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa cepat merasa bosan dan cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Kurangnya pemanfaatan media dan model pembelajaran oleh guru, berpengaruh terhadap keaktivan dan interaksi antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa, dari sini peneliti ingin meneliti mengenai:

1. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran Students Centered Learning (SCL) berbasis handout pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 1 Ungaran?

2. Bagaimana tingkat efektivitas metode pembelajaran Students Centered

Learning (SCL) berbasis handout pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan

Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 1 Ungaran?


(24)

6

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran Students Centered

Learning (SCL) berbasis handout pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan

Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan siswa kelas VIII SMP N 1 Ungaran.

2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas metode pembelajaran Students Centered

Learning (SCL) berbasis handout pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan

Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 1 Ungaran.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan tentang strategi pembelajaran IPS khususnya Geografi pada Kompetensi Daasara Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan yang selama ini hanya dilakukan metode ceramah.


(25)

1.4.2. Manfaat Praktis

Ada empat manfaat praktis yang terdapat dalam penelitian ini. Bagi sekolah, guru, siswa dan penulis.

A. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Bagi Guru

Guru mengerti dan mengaplikasikan metode pembelajaran Students Centered

Learning (SCL) berbasis handout sehingga memiliki alat bantu mengajar yang

menarik, kreatif, dan afektif.

C. Bagi Siswa

1. Untuk membangkitkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar, sehingga di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai materi Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan melalui metode pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL) berbasis handout.


(26)

8

D. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman langsung mengenai proses pelaksanaan dan pengaplikasiannya metode pembelajaran Students Centered Learning (SCL) berbasis handout.

1.5. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah yang terdapat dalam penelitian ini.

1.5.1. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau membelajarkan peserta didik. Jadi pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar (Warsita, 2008:85), sedangkan efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kamusbahasaindonesia.org/efektif. diunduh pada 24/04/2013 pukul 10:28) berarti adanya efek (pengaruh, hasilnya, akibatnya) terhadap suatu tindakan. Pembelajaran efektif berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar. Pembelajaran efektif merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tentang pengajaran (Daryanto, 2010:150).

Pembelajaran dalam penelitian yang dimaksud adalah usaha pembelajaran di kelas VIII SMP N 1 Ungaran mata pelajaran IPS pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan. Efektifitas dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan pelaksanaan metode pembelajaran


(27)

Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 1 Ungaran.

1.5.2. Indikasi Tingkat Efektifitas

1. Pelaksanaan metode pembelajaran Students Centered Learning (SCL) berbasis

handout ditunjukkan dengan hasil kinerja guru yang membaik di setiap

pertemuan dengan dasar penilaian observasi guru mata pelajaran dan rekan sejawat mahasiswa.

2. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran Students

Centered Learning (SCL) berbasis handout lebih baik dibanding siswa tanpa

menggunakan metode tersebut.

3. Hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran Students

Centered Learning (SCL) berbasis handout lebih baik dibanding siswa yang

tanpa menggunakan metode tersebut.

4. Respon positif siswa terhadap pembelajaran dengan metode pembelajaran


(28)

10

1.5.3. Students Centered Learning (SCL)

Metode pembelajaran SCL dalam penelitian ini lebih merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang refleksif baik bagi pihak siswa maupun guru. Pendekatan dalam SCL, pembelajar memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatan aktif dan partisipasi siswa. Hubungan antara siswa yang satu dengan yang lainnya adalah setara, yang tercermin dalam bentuk kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendorong perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Keaktifan siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk desain belajar yang memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar siswa yang telah didapatkan sebelumnya.

1.5.4. Handout

Bahan cetak adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi (Kemp and Dayton 1985 dalam Prastowo, 2011:77). Handout merupakan salah satu bentuk media cetak yang mudah dikembangkan dan dimanfaatkan dalam pembelajaran. Handout lebih sederhana daripada modul dan sesuai dengan fungsinya sebagai pelengkap materi. Handout yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan tertulis yang siapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik terdiri dari dua unsur, yaitu identitas handout dan materi pokok atau materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan.


(29)

Handout ini berisi materi dengan Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan.

1.5.5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 1989 dalam Khasanah, 2012:8). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penilaian hasil belajar mencakup:

1. Hasil belajar kognitif, dilakukan pengukuran menggunakan tes evaluasi hasil pembelajaran Students CenteredLearning (SCL) berbasis handout antara kelas kontrol dan eksperimen pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan.

2. Aktivitas belajar siswa, pengukuran dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.


(30)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. StudentsCenteredLearning (SCL)

Pengertian SCL dari berbagai literatur (Elsaid, 2010):

 Rogers (1983), SCL merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan guru sebagai pakar menjadi kekuatan peserta didik sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten.

 Kember (1997), SCL merupakan sebua kutub proses pembelajaran yang menekankan peserta didik sebagai pembangun pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah guru sebagai agen yang memberikan pengetahuan.

 Harden dan Crosby (2000), SCL menekankan pada peserta didik sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.

Students Centered Learning (SCL) menekankan pembelajarannya pada

minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar.


(31)

Metode pembelajaran ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan (Elsaid, 2010).

Metode pembelajaran ini berbeda dari model belajar Instructor Centered

Learning yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang

relatif bersikap pasif. Penerapan konsep Students Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.

Students Centered Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang

memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Landasan pemikiran dari SCL adalah teori belajar konstruktivis (Triyono, 2011). Prinsip teori konstruktivis berasal dari teori belajar yang dikembangkan oleh Jean Piaget tahun 1983, Jerome Breuner tahun 1961, dan John Dewey tahun 1933, yaitu memusatkan proses pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep belajar dan memahami. Selanjutnya, konsep pengalaman belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada


(32)

14

kondisi nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati.

John Dewey, Jean Piaget, dan Lev Vygotsky (Nugraheni, 2011) SCL berarti menempatkan siswa sebagai pusat dari kegiatan belajar. Pergerakan konsep tersebut didukung pula oleh penelitian mengenai bagaimana kerja otak manusia yang menyebutkan bahwa siswa belajar secara lebih baik dengan cara mengalami langsung dan mengontrol proses belajar tersebut.

Menurut Hall (Nugraheni, 2011) yang dikutip dalam blog Exploration on

Learning, SCL adalah tentang membantu siswa menemukan gaya belajarnya

sendiri, memahami motivasi dan menguasai keterampilan belajar yang paling sesuai bagi mereka. Hal tersebut akan sangat berharga dan bermanfaat sepanjang hidup mereka. Melaksanakan pendekatan SCL berarti guru perlu membantu siswa untuk menentukan tujuan yang dapat dicapai, mendorong siswa untuk dapat menilai hasil belajarnya sendiri, membantu mereka untuk bekerja sama dalam kelompok, dan memastikan agar mereka mengetahui bagaimana memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia. Pembelajaran lebih merupakan bentuk pengembangan diri secara keseluruhan dibandingkan kemajuan linier yang dicapai guru dengan cara pujian dan sanksi. Kesalahan dilihat sebagai bagian konstruktif dari proses belajar dan tidak perlu dilihat sebagai hal yang memalukan. Pendapat tersebut merupakan inti sari dari prinsip SCL yang muncul dalam berbagai definisi SCL.


(33)

Lea, Stephenson, dan Troy (O’Neill & McMahon tahun 2005 dalam Nugraheni, 2011) mendefinisikan SCL secara lebih luas yaitu mencakup ketergantungan terhadap belajar aktif, penekanan terhadap belajar secara mendalam, pemahaman, meningkatnya tanggung jawab di pihak siswa, meningkatnya perasaan otonomi pada pembelajar, saling ketergantungan antara guru dan siswa.

2.2. Peran Guru dalam Pendekatan StudentsCenteredLearning (SCL)

SCL sendiri titik berat peranan beralih pada siswa sehingga guru harus menyadari bahwa peran mereka adalah sebagai kolaborator dari proses belajar. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengakses semua sumber belajar yang ada. Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa.

Pendekatan metode SCL bercirikan peserta didik harus aktif terlibat dalam proses belajar yang dipicu dari motivasi instrinsik, kemudian topik, isu atau subjek pembelajaran harus menarik dan memicu motivasi instrinsik, serta pengalaman belajar diperoleh melalui suasana yang nyata atau sebenarnya dan relevan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan digunakan di tempat kerja.

Guru yang cenderung menggunakan pendekatan SCL memiliki karakteristik umum yang membuat mereka menjadi guru yang efektif. Afiatin (Nugraheni, 2011) secara umum menyebutkan bahwa karakteristik guru tersebut antara lain mengakui dan menghargai keunikan masing-masing siswa dengan cara mengakomodasi pemikiran siswa, gaya belajar, tingkat perkembangan, kemampuan, bakat, persepsi diri, serta kebutuhan akademis dan non-akademis


(34)

16

siswa. Selanjutnya guru yang efektif akan memulai pembelajaran dengan asumsi dasar bahwa semua siswa bersedia untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Perubahan peran guru dari fokus utama menjadi fasilitator atau pendamping dalam SCL tidaklah mudah. Menurut Doyle (Nugraheni, 2011) ada berbagai penyebab resistensi guru, antara lain mereka lebih senang menjadi pusat perhatian, ada perasaan kurang berarti karena hanya sebagai pendamping siswa sedangkan siswa yang mengontrol seluruh kegiatan belajar, dan guru menganggap bahwa siswa tidak dapat menangani tanggung jawab atas belajarnya sendiri. Pada kenyataannya, banyak guru yang tidak mengetahui bagaimana memegang peran yang baru tersebut.

Untuk mengatasi hambatan peralihan peran tersebut, langkah yang bisa dilakukan guru adalah mengurangi hal-hal yang biasa dilakukan seperti ceramah, mengorganisasikan materi pelajaran, membuat contoh, menjawab pertanyaan, merangkum diskusi, dan memecahkan permasalahan. Disamping itu, sebaiknya banyak dilakukan adalah mendesain aktivitas dan tugas, memperbolehkan siswa menemukan sendiri dan belajar di antara sesamanya, dan menciptakan suasana belajar aktif dalam kelas. Dengan kata lain guru perlu mengulangi pengalaman proses belajarnya sendiri dan menempatkan diri sebagai siswa, sehingga siswa dapat mengalami proses belajar yang menarik dan menyenangkan (Doyle 2006 dalam Nugraheni, 2011).


(35)

Guru yang menerapkan SCL harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Mengakui dan menghargai keunikan masing-masing siswanya dengan cara

mengakomodasi pemikiran siswa, gaya belajarnya, tingkat perkembangannya, kemampuan, bakat, persepsi diri, serta kebutuhan akademis dan non-akademis siswa.

2. Memahami bahwa pembelajaran adalah suatu proses konstruktivis, oleh karena itu siswa diminta untuk mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka. Selain itu juga mencoba mengembangkan pengalaman belajar dimana siswa dapat secara aktif menciptakan dan membangun pengetahuannya sendiri serta mengkaitkan apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh.

3. Menciptakan iklim pembelajaran yang positif dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk berbicara dengan guru secara personal, memahami siswa dengan sebaik-baiknya, menciptakan lingkungan yang nyaman dan menstimulasi bagi siswa, memberikan dukungan pada siswa, mengakui dan menghargai siswa

4. Memulai pembelajaran dengan asumsi dasar bahwa semua siswa dengan kondisinya masing-masing bersedia untuk belajar dan ingin melakukan dengan sebaik-baiknya, serta memiliki minat intrinsik untuk memperkaya kehidupannya.


(36)

18

2.3. Prinsip-prinsip Psikologi StudentsCenteredLearning (SCL)

Bekal bagi para guru untuk dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator salah satunya adalah memahami prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Prinsip tersebut adalah (Elsaid, 2010):

1. Dasar proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses alamiah untuk mencapai tujuan yang bermakna secara pribadi, bersifat aktif, dan melalui mediasi secara internal, merupakan proses pencarian dan pembentukan makna terhadap informasi dan pengalaman yang disaring melalui persepsi unik, pemikiran, dan perasaan siswa.

2. Tujuan proses pembelajaran. Siswa belajar untuk menciptakan makna, representasi pengetahuan melalui kuantitas dan kualitas data yang tersedia.

3. Pembentukan pengetahuan. Siswa mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya melalui cara-cara yang unik dan penuh makna.

4. Pemikiran tingkat tinggi. Strategi tingkat tinggi untuk “berpikir tentang

berpikir” memantau dan memonitor proses mental, menfasilitasi kreativitas dan berpikir kritis.

5. Pengaruh motivasi dalam pembelajaran. Kedalaman dari keluasan informasi diproses, serta apa dan seberapa banyak hal itu dipelajari dan diingat dipengaruhi oleh: (a) kesadaran diri dan keyakinan kontrol diri, kompetensi, dan kemampuan, (b) kejelasan nilai-nilai personal, minat, dan tujuan,


(37)

(c) harapan pribadi terhadap kesuksesan dan kegagalan, (d) afeksi, emosi, dan kondisi pikiran secara umum, serta (e) tingkat motivasi untuk belajar.

6. Motivasi intrinsik untuk belajar. Individu pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu dan menikmati pembelajaran, tetapi pemikiran dan emosi negatif (misalnya perasaan tidak aman, takut gagal, malu, ketakutan mendapat hukuman, atau pelabelan/ stigmatisasi) dapat mengancam antusiasme mereka.

7. Karakteristik tugas-tugas pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi. Rasa ingn tahu, kreativitas, dan berpikir tingkat tinggi dapat distimulasi melalui tugas-tugas yang relevan, otentik yang memiliki tingkat kesulitan dan kebaruan bagi masing-masing siswa

8. Kendala dan peluang perkembangan. Kemajuan individual dipengaruhi oleh perkembangan fase-fase fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang merupakan fungsi genetis yang unik serta pengaruh faktor lingkungan.

9. Keberagaman sosial dan budaya. Pembelajaran difasilitasi oleh interaksi sosial dan komunikasi dengan orang lain melalui penempatan yang fleksibel, keberagaman (budaya dan latar belakang keluarga) serta instruksional yang adaptif.

10. Penerimaan sosial, harga diri, dan pembelajaran. Pembelajaran dan harga diri sangat terkait ketika individu dihargai. Hubungan yang saling peduli satu sama lain membuat mereka dapat saling mengetahui potensi, menghargai bakat-bakat unik dengan tulus, dan menerima saling menerima sebagai individu.


(38)

20

11. Perbedaan individual dalam pembelajaran. Meskipun prinsisp-prinsip dasar pembelajaran, motivasi, dan instruksi afeksi berpengaruh terhadap semua siswa (termasuk suku, ras, gender, kemampuan fisik, agama, dan status sosial), siswa memiliki perbedaan kemampuan dan preferensi dalam model dan strategi pembelajaran. Perbedaan-perbedaan ini merupakan pengaruh dari lingkungan (apa yang dipelajari dan dikomunikasikan dalam budaya dan kelompok sosial yang berbeda) dan keturunan (apa yang muncul sebagai fungsi genetis).

12. Filter kognitif. Keyakinan personal, pemikiran, dan pemahaman berasal dari pembelajaran dan interpretasi sebelumnya, hal ini dapat menjadi dasar individual dalam pembentukan realitas dan interpretasi pengalaman hidup.

Ada lima faktor penting yang perlu diperhatikan dalam prinsip psikologi pembelajaran SCL, yaitu:

1. Faktor Metakognitif dan Kognitif

Faktor Metakognitif dan kognitif ini menggambarkan bagaimana siswa berpikir dan mengingat, serta penggambaran faktor-faktor yang terlibat dalam proses pembentukan makna informasi dan pengalaman.

2. Faktor Afektif

Faktor Afektif yang menggambarkan bagaimana keyakinan, emosi, dan motivasi mempengaruhi cara seseorang menerima situasi pembelajaran, seberapa banyak orang belajar, dan usaha yang mereka lakukan untuk mengikuti pembelajaran.


(39)

3. Faktor Perkembangan

Faktor Perkembangan ini menggambarkan bahwa kondisi fisik, intelektual, emosional, dan sosial dipengaruhi oleh faktor genetik yang unik dari faktor lingkungan.

4. Faktor Pribadi dan Sosial

Faktor pribadi dan sosial menggambarkan bagaimana orang lain berperan dalam proses pembelajaran dan cara-cara orang belajar dalam kelompok. Faktor ini mencerminkan bahwa dalam interaksi sosial, orang akan saling belajar dan dapat saling menolong melalui berbagai perspektif individual.

5. Faktor Perbedaan Individu

Faktor perbedaan Individu menggambarkan bagaimana latar belakang individu yang unik dan kapasitas masing-masing berpengaruh dalam pembelajaran. Faktor ini membantu menjelaskan mengapa individu mempelajari sesuatu yang berbeda, waktu yang berbeda, dan dengan cara-carayang berbeda pula.


(40)

22

2.4. Manfaat, Sifat, Syarat dan Prosedur Kegiatan Metode Pembelajaran

StudentsCenteredLearning (SCL)

Manfaat Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran Students Centered Learning (SCL)

Ada empat manfaat yang bisa diperoleh dari metode pembelajaran

StudentsCenteredLearning (SCL) (Priyatmojo, 2010), yaitu:

1. Mengembangkan daya nalar berdasarkan pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki dan sharing pengetahuan/ pengalaman dari teman kelompoknya.

2. Memupuk rasa tenggang rasa, empati, simpati dan menghargai pendapat orang lain.

3. Kesediaan berbagi pengetahan/ pengalaman dengan orang lain bermanfaat untuk menambah pengetahuan secara kolektif

4. Melalui proses sharing, peserta didik juga mendapatkan tambahan pengetahuan untuk dirinya sendiri

Sifat Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran Students Centered Learning (SCL)

Sifat dari metode pembelajaran Students Centered Learning (SCL) ini ada tujuh (Priyatmojo, 2010), yaitu:

1. Berbagi pengetahuan/ pengalaman (argumen) di antara tenaga pendidik dan peserta didik, serta antar peserta didik


(41)

3. Tenaga pendidik sebagai fasilitator dan mediator

4. Wawasan peserta didik diperkaya dengan cara berdiskusi secara bebas dan saling menghargai pendapat orang lain

5. Meningkatkan mutu berpikir secara kritis: analisis, sintesis dan evaluatif

6. Seluruh anggota kelompok harus bersikap saling membutuhkan secara positif

7. Hasil pembelajaran bersifat divergen

Syarat Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran Students Centered Learning (SCL)

Terdapat sembilan syarat dimana metode pembelajaran Students Centered

Learning (SCL) dapat terlaksana (Priyatmojo, 2010). Syarat tersebut ialah:

1. Pengelompokan peserta didik secara heterogen, misalnya: pengetahuan, kemampuan analisis, perbedaan etnis

2. Tugas dan struktur pembelajaran harus dijelaskan secara rinci

3. Peserta didik sudah mempunyai pengalaman belajar

4. Diberikan akses untuk berkontribusi/untuk berbicara secara adil

5. Masing-masing peserta didik memberikan kontribusi pendapatnya

6. Peserta didik mampu menjelaskan alasan tentang pendapatnya

7. Peserta didik mau mendengarkan dan memberi komentar atas pendapat temannya


(42)

24

8. Hasil diskusi merupakan “daftar pendapat atau gagasan” yang diterima seluruh anggota kelompok

9. Proses pembelajaran harus didukung suasana saling pengertian

Prosedur kegiatan Pembelajaran Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran StudentsCenteredLearning (SCL)

Prosedur yang harus ditempuh oleh guru dalam kegiatan pembelajaran metode pembelajaran Students Centered Learning (SCL) (Priyatmojo, 2010), yaitu:

1. Tenaga pendidik menjelaskan topik yang akan dipelajari;

2. Tenaga pendidik membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 5 orang;

3. Tenaga pendidik membagikan lembar kasus yang terkait dengan topik yang dipelajari dalam penelitian ini lembar kasus yang dimaksud oleh peneliti adalah

handout siswa;

4. Tenaga pendidik meminta masing-masing peserta didik membaca handout yang telah dibagikan dan mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan solusi terhadap kasus;

5. Tenaga pendidik meminta peserta didik mendiskusikan hasil pekerjaannya dalam kelompok masing-masing;

6. Tenaga pendidik meminta masing-masing kelompok mendiskusikan kesepakatan kelompok;


(43)

7. tenaga pendidik meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapannya.

2.5. Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoẽ adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerimaan pesan (Sadiman, 2009:6). Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication

Technology/ AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau infomasi.

Tahun 1970, Gagne (Sadiman, 2009:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs di tahun yang sama (Sadiman, 2009:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar seperti handout, film, kaset, dan film bingkai. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA) (Sadiman, 2009:7) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.


(44)

26

Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Ciri-ciri media pendidikan menurut Gerlach & Ely (Arsyad, 2011:12-14) adalah:

1. Ciri Fiksatif (FixativeProperty)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekronstruksi suatu peristiwa atau objek. Ciri ini, media memungkinkan merekam kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

2. Ciri Manipulatif (ManipulativeProperty)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.

3. Ciri Distributif (DistributiveProperty)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.


(45)

2.6. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar

Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media (Arsyad, 2011:75-76): 1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor;

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa;

3. Praktis, luwes, dan bertahan;

4. Guru terampil dalam menggunakannya. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya;

5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan;

6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.


(46)

28

2.7. Bahan Ajar

Bahan ajar (instructional materials) yang secara garis besar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan, maka bahan ajar mengandung isi yang substansinya meliputi tiga macam, yaitu pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Prastowo, 2011:43). Bahan ajar tidaklah sama dengan sumber belajar. Sebab, bahan ajar memiliki berbagai jenis dan bentuk.

Namun, para ahli telah membuat beberapa kategori untuk macam-macam bahan ajar. Kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasinya adalah berdasarkan bentuk, cara kerja dan sifatnya.

1. Bahan Ajar Menurut Bentuknya

Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif (Prastowo, 2011:40).

a. Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,

leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket.

b. Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.


(47)

c. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film.

d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan/ atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact disk interactive.

2. Bahan Ajar Menurut Cara Kerjanya

Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar komputer (Prastowo, 2011:41).

a. Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi di dalamnya, sehingga peserta didik bisa langsung mempergunakan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya, foto, diagram, display, dan model.

b. Bahan ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan atau dipelajari peserta didik. Contohnya, slide,

filmstrip, overhead transparancies, danproyeksikomputer.

c. Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk mempergunakannya, mesti memerlukan alat


(48)

30

pemain (player) media rekam tersebut, seperti tape compo, CD Player, VCD

Player, atau multimedia player. Contohnya, kaset, CD, dan flashdisk.

d. Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yang biasa berbentuk videotape player, VCDPlayer dan DVD Player. Karena bahan ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan ajar ini juga memerlukan media rekam. Hanya saja bahan ajar ini dilengkapi dengan gambar. Jadi dalam tampilan, dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya, video, dan film.

e. Bahan ajar (media) komputer, yakni berbagai bahan ajar noncetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contohnya, computer mediated instruction dan computer based multimedia atau hypermedia.

3. Bahan Ajar Menurut Sifatnya

Rowntree (Prastowo, 2011:42) mengatakan bahwa berdasarkan sifatnya, bahan ajar dibagi menjadi empat macam.

a. Bahan ajar yang berbasiskan cetak, seperti buku, handout, pamflet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, dan foto bahan dari majalah serta koran.

b. Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, seperti audio cassette, siaran radio,

slide, filmstrips, film, videocassette, siaran televisi, video interaktif, computer


(49)

c. Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, seperti kitsains, lembar observasi, dan lembar wawancara.

d. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), seperti telephone, handphone, dan video

conferencing.

2.8. Handout

Echols dan shadily (Prastowo, 2011:78) mengartikan bahwa hand-out adalah sesuatu yang diberikan secara gratis. Sementara itu, Mohammad (Prastowo, 2011:78) memaknai handout sebagai selembar (atau beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik kepada peserta didik.

Kamus Oxford (http://oxforddictionaries.com/definition/english/ handout?q=handout, diunduh pada 24/04/2013 pukul 10:32), handout dimaknai sebagai a piece of printed information provided free of charge, especially to

accompany a lecture or advertise something atau bagian bahan cetak yang

menyediakan informasi gratis, khususnya untuk menyertai pembelajaran atau mempromosikan sesuatu. Bahan ajar ini bersumber dari literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik.

Bahan ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan mereka saat mengikuti proses pembelajaran, dengan demikian bahan ajar ini bukanlah suatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan praktis. Berdasarkan pandangan yang telah dikemukakan, dapat dipahami bahwa ringkasan suatu topik,


(50)

32

makalah suatu topik, lembar kerja siswa siswa, petunjuk praktikum, tugas, atau tes, dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah (tidak menjadi suatu kumpulan lembar kerja siswa), maka pengemasan materi pembelajaran tersebut termasuk dalam kategori handout.

Menurut Nurmaningsih (Ristyastini, 2012) handout adalah selebaran tertulis tentang materi pelajaran yang diedarkan kepada siswa secara cuma-cuma sebagai bahan penjelasan yang dapat berupa skema, diagram, rangkuman terbatas, maupun contoh-contoh perhitungan yang dapat memudahkan pemahaman siswa tentang konsep yang diberikan sehingga siswa dapat belajar lebih efisien. Menurut Chai–Chairi (Ristyastini, 2012) handout termasuk media cetak yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar, biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Katrin (1996:170, dalam Ristyastini, 2012) handout adalah catatan yang dibuat oleh guru yang digandakan dan dibagikan kepada siswa yang melingkupi pokok-pokok penting pelajaran, jadwal pelajaran, tujuan pelajaran, tugas atau pekerjaan rumah dan sumber referensi.

Karakteristik yang harus dimiliki oleh handout adalah padat informasi dan dapat memberikan kerangka pemikiran yang lebih utuh. Sebagai media pengajaran penjelasan yang lebih rinci tentang isi handout masih harus diberikan oleh guru yang mengadakan pembelajaran. Handout diberikan pada awal atau sebelum pelajaran dimulai dan merupakan catatan tambahan bagi siswa.


(51)

2.9. Peran Handout

Peran handout bagi kegiatan pembelajaran dipaparkan dalam fungsi, tujuan serta kegunaan handout.

1. Fungsi Handout

Menurut Steffen dan Peter Ballstaedt (Prastowo, 2011:80), fungsi handout adalah: a. Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat,

b. Sebagai pendamping penjelasan pendidik,

c. Sebagai bahan rujukan peserta didik,

d. Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar,

e. Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan,

f. Memberi umpan balik, dan

g. Menilai hasil belajar.

2. Tujuan Pembuatan Handout

Pembuatan handout dalam fungsi pembelajaran memiliki tiga tujuan, yaitu untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik, memperkaya pengetahuan peserta didik serta untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari pendidik.


(52)

34

3. Kegunaan Handout

Penyusunan handout dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa manfaat, di antaranya memudahkan peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran, serta melengkapi kekurangan materi, baik materi yang diberikan dalam buku teks maupun materi yang diberikan secara lisan oleh pendidik. Menurut Davies (Ristyastini, 2012) ada enam kegunaan handout yaitu:

1. Dapat membantu siswa untuk memperoleh informasi tambahan yang belum tentu mudah diperoleh secara cepat dari tempat lain;

2. Memberikan rincian prosedur atau teknik pelaksanaan yang terlalu kompleks bila menggunakan media audiovisual;

3. Materi yang terlalu panjang atau kompleks yang telah diringkas dalam bentuk catatan yang mudah dipahami;

4. Dapat menghemat waktu, menggantikan catatan siswa dan memelihara kekonsistenan penyampaian materi di kelas oleh guru;

5. Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik;

6. Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru.

2.10. Tahap-Tahap Pengembangan Handout

Kelebihan media Handout dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah dapat merangsang rasa ingin tahu dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar serta memelihara


(53)

konsistensi penyampaian materi pelajaran di kelas oleh guru sesuai dengan perancangan pengajaran.

Selain itu handout juga berguna untuk memperkenalkan informasi atau teknologi baru, dapat memeriksa hasil pembelajaran siswa, mendorong keberanian siswa berprestasi dan dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan. Ada empat kelebihan handout sebagai salah satu media cetak (Arsyad, 2000:38, dalam Ristyastini, 2012) yaitu:

1. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing – masing;

2. Di samping dapat mengulang materi, siswa dapat mengikuti urutan pikiran secara logis;

3. Perpaduan teks dan gambar dapat menambah daya tarik serta memperlancar pemahaman informasi yang disampaikan;

4. Lebih ekonomis dan mudah terdistribusi.

Sedangkan kelemahan handout sebagai media cetak menurut Arsyad (2000:38-39 dalam Ristyastini, 2012) ada lima yaitu:

1. Sulit menampilkan gerak dan suara dalam halaman media cetak;

2. Proses pencetakan memakan waktu lama;

3. Bagian-bagian pelajaran harus dirancang sedemikian rupa;

4. Cepat rusak atau hilang;


(54)

36

Tahapan pengembangan handout tidak jauh berbeda dengan tahapan pengembangan modul. Pembeda keduanya, bahwa handout tidak selengkap modul. Jika modul dikembangkan untuk mencapai target pembelajaran tertentu maka handout dikembangkan untuk menutup kelemahan atau sebagai komplemen dari modul, buku atau sumber belajar lain yang digunakan (Wuryanto, 2010). Jika dilihat dari macamnya, handout dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu handout yang terlepas sama sekali dari buku utamanya dan bagian yang tak terpisahkan dari buku atau modul yang digunakan untuk materi tertentu.

Handout akan berisi materi baru jika dalam perkembangan pembelajaran

ditemukan konsep pemikiran atau masalah baru yang belum dibahas dalam buku sumber yang digunakan. Sementara itu, handout akan berisi penjelasan yang lebih lengkap dari materi yang sudah dibahas dalam buku atau diberikan dalam pembelajaran lisan.

Menurut Nurtain (Ristyastini, 2012) bentuk handout ada tiga yaitu berbentuk catatan di mana handout menyajikan konsep-konsep, prinsip, gagasan pokok tentang suatu topik yang akan dibahas. Kemudian berbentuk diagram,

handout ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang dilukis secara

lengkap maupun yang belum lengkap. Serta yang berbentuk catatan dan diagram,

handout ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua.

Aspek yang harus diperhatikan pada saat mengembangkan handout adalah kedalaman dan banyaknya materi. Jika informasi yang diberikan terlalu sedikit, pembaca tidak akan memperoleh manfaat apa-apa dari handout. Sebaliknya, jika informasi dalam handout terlalu banyak, pembaca akan enggan untuk


(55)

membacanya. Tahapan pengembangan handout dimulai dari mengevaluasi bahan ajar yang digunakan dengan menggunakan kompetensi dasar, kemudian berdasarkan evaluasi, putuskan materi yang harus dikembangkan dengan menggunakan handout, baru atau pengayaan. Setelah itu baru memutuskan

isi handout bisa secara over view atau ringkasan dan memutuskan cara

penyajiannya baik berupa narasi, tabel, gambar, diagram, atau kombinasi semuanya.

Handout disusun atas dasar kompetensi dasar yang harus dicapai oleh

peserta didik, maka handout harus diturunkan dari kurikulum. Langkah-langkah menyusun handout adalah (Ristyastini, 2012):

1. Melakukan analisis kurikulum;

2. Menentukan judul handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai;

3. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Diutamakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya;

4. Menulis handout dengan kalimat yang singkat padat namun jelas;

5. Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan kemungkinan kekurangan-kekurangan;

6. Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi


(56)

38

Ada tujuh pertimbangan yang perlu dilakukan dalam menyusun handout, yaitu substansi materi memiliki relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai peserta didik, materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang defenisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, dan rangkuman. Kemudian padat pengetahuan, kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan, kalimat yang disajikan singkat dan jelas, serta referensi yang dapat diambil dari buku maupun internet.

Menurut Aziz (Ristyastini, 2012) ada tiga syarat dalam menyusun

handout, yaitu memuat kerangka materi yang mungkin berisikan pernyataan,

definisi, konsep, rumus, dan sejenisnya. Disajikan dalam bentuk pernyataan, daftar, dan diagram serta penyajian informasi hendaknya diringkas, padat, dan mudah dipahami siswa.

Aspek- aspek yang ada dalam penyusunan handout sesuai format menurut Penyaji dan Katrin (1996:170, dalam Ristyastini, 2012) terdiri atas judul pokok bahasan dan sub pokok bahasan, jadwal pelajaran, tujuan pembelajaran khusus, pokok-pokok penting pelajaran, tugas atau pekerjaan rumah, dan sumber. Unsur-unsur penyusun handout adalah:

1. Standar Kompetensi, adalah tujuan yang dicapai siswa setelah diberi satu pokok bahasan yang berfungsi untuk memberikan pandangan umum tentang hal-hal yang dikuasai siswa;

2. Kompetensi Dasar, adalah tujuan yang akan dicapai setelah mengikuti pelajaran untuk satu kali pertemuan. Fungsinya untuk memberikan fokus pada siswa pada sub pokok bahasan yang sedang dihadapi;


(57)

3. Ringkasan materi pelajaran merupakan kesimpulan-kesimpulan dari bahan ajar yang akan disampaikan atau diberikan pada siswa dan telah disusun secara sistematis. Fungsinya agar memungkinkan siswa dapat mengetahui sistematika pelajaran yang harus dikuasai, sekaligus memandu siswa dalam pengayaan diluar proses mengajar di kelas;

4. Soal-soal, permasalahan yang harus diselesaikan siswa setelah ia menerima atau mempelajari materi pelajaran tersebut, penyelesaian soal itu dikumpul atau dinilai, kemudian dibahas secara bersama-sama untuk membantu siswa dalam melatih memahami materi pelajaran yang akan diberikan;

5. Sumber bacaan seperti buku atau bahan ajar apa saja yang akan digunakan atau menjadi sumber dari materi pelajaran yang diberikan. Fungsinya untuk menelusuri lebih lanjut materi pelajaran yang akan disampaikan.

Handout dapat dikembangkan dengan beragam isi, misalnya:

1. Peta atau diagram konsep yang menghubungkan antar topik atau bagian dalam topik;

2. Anotated bibliografi merupakan kumpulan abstrak dari sumber yang relevan

dengan materi yang sedang dipelajari akan sangat bermanfaat bagi peserta didik. Handout yang berisi anotated bibliografi ini akan membantu pembaca yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang materi ajar tertentu;

3. Informasi tambahan untuk meluruskan kesalahan dan bias yang ada dalam bahan ajar;


(58)

40

4. Memberikan contoh baru dan contoh tambahan untuk konsep yang sulit dipahami peserta didik. Contoh-contoh ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang peserta didik agar pemahaman dapat ditingkatkan; dan

5. Memberikan kasus untuk dipelajari dan diselesaikan, baik secara individu maupun kelompok.

Handout dapat diisi dengan informasi dalam bentuk naratif deskriptif,

tabel, diagram, gambar, dan foto (Wuryanto, 2010). Pilihan penggunaan kata-kata, tabel, atau gambar ini tergantung dari materi yang akan disajikan. Sama seperti dalam pengembangan modul, diagram, grafis, gambar, foto dan yang sejenis lainnya digunakan jika penjelasan dengan kata-kata tidak atau kurang dapat mencerminkan konsep yang diinginkan.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan gambar banyak digunakan pada saat mencoba menyampaikan sesuatu, termasuk pada saat mengembangkan handout. Sepuluh manfaat yang melatar belakangi penggunaan gambar dalam pengembangan handout adalah (Wuryanto, 2010):

1. Hiasan, adalah gambar yang berfungsi sebagai hiasan atau dekorasi dalam

handout dapat dimanfaatkan untuk mengurangi kebosanan.

2. Alat motivasi, di mana gambar jika dipilih dengan tepat, dapat dimanfaatkan untuk memotivasi peserta didik untuk terus menekuni materi yang ada dalam handout.


(59)

3. Menyampaikan perasaan, yaitumelalui gambar dapat dikirimkan pesan yang mencerminkan perasaan, misalnya gambar ini yang mencerminkan niat untuk mencapai target.

4. Mempengaruhi yang artinya gambar dapat mempengaruhi orang yang melihatnya.

5. Ilustrasi berarti gambar dapat membantu kita untuk membayangkan pesan yang ingin disampaikan.

6. Deskripsi bertujuan untuk menjelaskan materi secara lebih dalam. Narasi saja kadang tidak mencukupi, dengan gambar informasi yang ingin disampaikan dapat lebih jelas dipahami.

7. Menjelaskan, di mana satu gambar dapat menjelaskan bahwa cuaca berawan.

8. Penyederhanaan, melalui gambar dapat dilakukan penyederhanaan cara menyampaikan konsep tanpa mengurangi arti.

9. Kuantifikasi, hal ini penting karena ada orang yang kesulitan jika harus berhubungan dengan angka. Bantuan gambar seperti pictogram, bar chart,

pie chart, atau line graph akan lebih mudah diterima pesanya.

10. Problem posing dalam hal ini, gambar juga dapat digunakan untuk

memunculkan masalah. Gambar kebakaran hutan, misalnya, dapat menimbulkan polemik tentang perlunya menjaga kelestarian hutan.


(60)

42

Kesepuluh manfaat gambar ini tidak berdiri sendiri. Satu gambar dapat memiliki beragam fungsi pada saat yang bersamaan. Perlu diperhatikan pada saat menggunakan gambar adalah manfaat yang diinginkan dari satu gambar tertentu, tidak dikalahkan oleh manfaat lain yang mungkin bertolak belakang dengan manfaat yang diinginkan. Untuk menghindari salah penafsiran dalam penggunaan gambar pada handout, ada enam faktor yang harus diperhatikan pada saat menggunakan gambar (Wuryanto, 2010), yaitu:

1. Jelas fungsinya, dalam hal ini gambar yang dimaksudkan untuk menjelaskan atau memunculkan masalah sebaiknya diinformasikan secara eksplisit sehingga peserta didik memperhatikan gambar tersebut.

2. Seimbang fungsinya. Jangan sampai fungsi gambar yang lebih minor berakibat negatif pada fungsi mayor yang sebenarnya.

3. Tentukan aktivitas. Jika menggunakan gambar, pastikan bahwa peserta didik membaca gambar tersebut. Informasi yang diberikan gambar jangan diulang dalam narasi sehingga peserta didik harus melihat gambar untuk dapat memahami materi.

4. Konvensi, pastikan bahwa peserta didik memahami konvensi yang digunakan dalam gambar. Jika perlu, jelaskan dalam teks sehingga pesan yang ingin disampaikan dalam gambar dapat diterima dengan benar.

5. Membatasi informasi dengan cara tidak memunculkan terlalu banyak informasi pada satu gambar. Meskipun secara teori satu gambar dapat memberikan banyak informasi, batasilah informasi yang ingin disampaikan.


(61)

6. HindariSARA, jangan menggunakan gambar yang dapat memicu SARA.

2.11. Pemanfaatan Media Handout dalam Proses Pembelajaran

Handout dapat dikembangkan untuk beragam alasan, tetapi alasan yang

paling utama adalah melengkapi kekurangan yang ditemukan dalam bahan ajar (baik dalam bentuk tercetak maupun non cetak) (Wuryanto, 2010). Dalam proses pembelajaran, handout dapat digunakan untuk tujuan berikut:

1. Bahan rujukan, yaitu handout berisi materi (baik baru maupun pendalaman) yang penting untuk diketahui dan dikuasai peserta didik. Keuntungan lain adalah materi handout relatif baru sehingga peserta didik dapat diekspos dengan isu mutahir. Di samping itu, komunikasi antara peserta didik dan fasilitator dapat dikembangkan melalui handout.

2. Pemberi motivasi,melalui handout, fasilitator dapat menyelipkan pesan-pesan sebagai motivator.

3. Pengingat, materi dalam handout dapat digunakan sebagai pengingat yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk mempelajari materi sesuai urutan yang dianjurkan dan juga membantu peserta didik untuk melakukan kegiatan yang diminta.

4. Memberiumpanbalik, umpan balik dapat diberikan dalam bentuk handout dan tidak berhenti hanya pemberian umpan balik tetapi dapat pula diikuti dengan langkah-langkah berikutnya.

5. Menilai hasil belajar, tes yang diberikan dalam handout dapat dijadikan alat mekanisme untuk mengukur pencapaian hasil belajar.


(62)

44

2.12. Kerangka Berpikir

Penggunaan metode ceramah yang dirasa membosankan membuat siswa merasa jenuh akan kegiatan belajar. Akibatnya banyak yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru dan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Berawal dari pembelajaran konvensional yang membosankan dan membuat siswa jenuh, maka perlu adanya suatu variasi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi, salah satunya menggunakan metode

Students Centered Learning (SCL) berbasis handout yang dipandang sebagai

kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Melalui empat variabel penelitian yang saling bertautan satu sama lain, seperti pelaksanaan pembelajaran, aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, dan respon positif siswa terhadap pembelajaran.

Untuk mengetahui kaitan antar variabel, dilakukan penelitian eksperimen dalam penelitian ini. Terdapat dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui hasil dari penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah efektifitas metode Students CenteredLearning (SCL) berbasis handout yang nantinya dapat direkomendasikan atau disarankan untuk mengganti pembelajaran konvensional yang membosankan dan meningkatkan minat serta hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian penulis, jalan pemikirannya dapat dilihat pada gambar 2.2.


(63)

Gambar 2.2. Diagram Alir Penelitian Keterangan:

--- : Hubungan antar variabel : Proses analisis

: Hasil penelitian : Perbaikan metode

Handout Kegiatan pembelajaran

yang konvensional

Metode StudentsCentered

Learning (SCL)

Rekomendasi

Efektifitas metode Students Centered

Learning (SCL) berbasis handout

Pelaksanaan pembelajaran

Respon positif siswa tentang metode

SCL berbasis Handout Hasil belajar

Aktivitas belajar siswa


(64)

46

2.13. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71). Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS yang diajarkan dengan metode pembelajaran Students Centered Learning


(1)

Tidak 1

11. Penampilan

Berpenampilan pantas, selayaknya guru 4

Rapi 3

Penampilan tidak rapi dan kurang layak untuk mengajar 2

Tidak pantas, tidak rajin 1

12. Penggunaan papan

tulis

Dimanfaatkan dengan baik 4

Digunakan sebagian 3

Hanya digunakan sesekali 2

Tidak digunakan 1

13. Pengelolaan waktu

pelajaran

Disiplin 4

Kekurangan jam pelajaran hingga memakan jam pelajaran

berikutnya 3

Belum mampu memanfaatkan/ mengelola waktu 2

Tidak bisa mengelola waktu 1

14.

Penggunaan media

pembelajaran (handout)

Digunakan dan dimanfaatkan dengan baik 4

Kurang dalam penggunaannya 3

Hanya dipakai diawal atau akhir pelajaran 2


(2)

Lampiran 25

LEMBAR PENGAMATAN KINERJA GURU METODE PEMBELAJARAN STUDENTSCENTEREDLEARNING (SCL)

BERBASIS HANDOUT Nama Guru Praktikan : M. Muzamzam Diar Achda

Kelas : VIII (Delapan)

Mata Pelajaran : IPS

Berilah tanda (√) untuk setiap aspek yang diamati pada kolom skor sesuai dengan kriteria penskoran sebagai berikut:

 Skor 4 : Sangat baik

 Skor 3 : Baik

 Skor 2 : Cukup baik

 Skor 1 : Kurang baik

No Aspek Yang Diamati Skor

1 2 3 4

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. A. Pendahuluan apakah guru:

Memotivasi atau membangkitkan minat siswa

Menghubungkan topik terdahulu yang merupakan prasyarat untuk topik berikutnya

Telah menyiapkan alat, bahan, dari metode pembelajaran Students CenteredLearning (SCL) berbasis handout

B. Kegiatan Inti apakah guru:

Mengkondisikan siswa aktif belajar

Memberikan penegasan pertanyaan dan jawaban yang dibuat secara arif Memahami jawaban alternatif siswa

Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir, merumuskan gagasan, mengungkapkan pikiran, dan membantu kesulitan belajar

Telah mengelola kelas dengan baik

C. Penutup apakah guru:

Membimbing siswa menyimpulkan materi Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya


(3)

11. 12. 13. 14

D. Kesan Terhadap Guru Mengajar Penampilan

Penggunaan papan tulis Pengelolaan waktu pelajaran

Penggunaan media pembelajaran (handout)

Ungaran, 30 Mei 2013 Observer Guru Pamong

Ana Prastiwi, S.Pd.


(4)

Lampiran 26

REKAPITULASI OBSERVASI KINERJA GURU METODE PEMBELAJARAN STUDENTSCENTEREDLEARNING (SCL)

BERBASIS HANDOUT OBSERVER I No

Aspek Yang Diam

ati

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

% Kategori

Skor Skor Skor

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1 A1 2 3 3 8 67% Baik

2 A2 3 3 3 9 75% Baik

3 A3 4 4 4 12 100% Sangat Baik

4 B1 2 3 4 9 75% Baik

5 B2 3 3 4 10 83% Sangat Baik

6 B3 2 3 4 9 75% Baik

7 B4 2 3 4 9 75% Baik

8 B5 2 3 4 9 75% Baik

9 C1 2 3 4 9 75% Baik

10 C2 2 3 4 9 75% Baik

11 D1 2 4 4 10 83% Sangat Baik

12 D2 2 4 4 10 83% Sangat Baik

13 D3 2 4 4 10 83% Sangat Baik

14 D4 3 4 4 11 92% Sangat Baik

∑ 4 9 20 0 20 27 0 0 48 6 0 0

Rata-rata 59 % 84 % 90 % 80 % Sangat Baik

Kriteria Baik Sangat Baik Sangat Baik

Kriteria

76% - 100% Sangat baik 51 % - 75 % Baik 26 % - 50 % Cukup baik


(5)

REKAPITULASI OBSERVASI KINERJA GURU METODE PEMBELAJARAN STUDENTSCENTEREDLEARNING (SCL)

BERBASIS HANDOUT OBSERVER II No

Aspek Yang Diam

ati

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

% Kategori

Skor Skor Skor

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1 A1 3 3 4 10 83% Sangat Baik

2 A2 2 3 3 8 67% Baik

3 A3 3 3 4 10 83% Sangat Baik

4 B1 2 3 4 9 75% Baik

5 B2 2 2 3 7 58% Baik

6 B3 2 3 3 8 67% Baik

7 B4 1 2 4 7 58% Baik

8 B5 3 4 4 11 92% Sangat Baik

9 C1 2 3 3 8 67% Baik

10 C2 3 3 4 10 83% Sangat Baik

11 D1 3 3 4 10 83% Sangat Baik

12 D2 4 3 4 11 92% Sangat Baik

13 D3 2 2 4 8 67% Baik

14 D4 3 3 4 10 83% Sangat Baik

∑ 4 18 12 1 4 30 6 0 40 12 0 0 127

Rata-rata 63 % 71 % 93 % 76 % Sangat Baik

Kriteria Baik Baik Sangat Baik

Kriteria

76% - 100% Sangat baik 51 % - 75 % Baik 26 % - 50 % Cukup baik


(6)

Gambar 1.1. Siswa kelas eksperimen Sumber: Dokumentasi peneliti

Gambar 1.6. SMP Negeri 1 Ungaran Sumber: Dokumentasi peneliti

Gambar 1.5. Suasana siswa kelas Eksperimen mengisi angket Sumber: Dokumentasi peneliti

Gambar 1.3. Suasana kelas eksperimen Sumber: Dokumentasi peneliti

Gambar 1.4. Suasana kelas kontrol Sumber: Dokumentasi peneliti Gambar 1.2. Siswa kelas kontrol Sumber: Dokumentasi peneliti DOKUMENTASI PENELITIAN