26
Kelas VII SMP
perilaku semacam ini harus dibuang jauh. Di setiap rumah tangga, umat Hindu hendaknya wajib memiliki Kitab Suci Veda. Setiap saat Kitab Veda
itu dibaca bersama keluarga agar tidak terbelenggu oleh kebodohan. Di dalam Vayu Purana dinyatakan, setiap umat Hindu mempunyai kewajiban
untuk menyampaikan satu patah kata tentang Veda kepada semua orang, kepada para brahmana, ksatria, wesya, dan sudra. Bukan itu saja, Veda
wajib disampaikan kepada orang asing sekalipun.
Sebagian minat dari umat Hindu sangat rendah untuk mempelajari Veda, lalu ajaran suci ini disampaikan dengan kemasan yang menarik dalam
bentuk pertunjukan seni budaya. Banyak jenis seni budaya yang dipakai sebagai media menyebarkan ajaran suci Veda, misalnya kesenian arja,
pertunjukan wayang, drama, dan sinetron bernuansa Hindu Dharmagita. Dharmagita dalam hal ini adalah teknik menyampaikan Veda dengan cara
mewirama dalam bentuk mantra atau sloka.
B. Pengertian Mantra dan Sloka
Mantra dan sloka adalah lagu-lagu pujian yang dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi. Mantra adalah wahyu Tuhan berbahasa Sanskerta. Salah
satu contoh mantra adalah Puja Tri Sandya, kramaning sembah. Mantra diyakini sebagai wahyu Sang Hyang Widhi. Sifat mantra adalah sakral dan
mempunyai kekuatan gaib yang mampu memberikan perlindungan bagi mereka yang mengucapkan. Keyakinan diri sendiri menjadi faktor yang
paling utama agar mantra dapat bertuah. Selain keyakinan, kebenaran cara mengucapkan dan irama pengucapan juga berpengaruh. Mantra yang
diucapkan dengan yakin, benar dan hikmat akan dapat mengabulkan apa yang diinginkan oleh mereka yang mengucapkan.
Sloka adalah ajaran suci yang ditulis dalam bentuk syair yang berbahasa Jawa Kuno atau Sanskerta. Sloka biasanya berbahasa Jawa
Kuno atau bahasa Kawi. Uraian yang berbahasa Jawa halus di dalam kitab Sarascamuscaya adalah sloka. Teknik pengucapan sloka berbeda dengan
teknik pengucapan mantra.Teknik pembacaan sloka mempergunakan irama palawakya disebut juga mamutru.
Sloka berisi ajaran suci yang dibaca dengan irama tertentu. Satu bait sloka terdiri dari empat baris. Yang tiap barisnya memiliki jumlah suku
kata yang sama. Pada umumnya, sloka mempergunakan bahasa Jawa kuno yang berisi puji-pujian tentang kemuliaan dan kemahakuasaan
Sang Hyang Widhi.
Pelaksanaan lomba membaca mantra dan sloka selalu diadakan oleh umat Hindu di bawah koordinasi Parisada Hindu Darma Indonesia dan
dibina oleh pemerintah. Kegiatan lomba melafalkan mantra dan sloka disebut sebagai Utsawa Dharmagita, perlombaan berupa membaca Kitab
27
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Suci Veda dan susastra Hindu lainnya. Kegiatan Utsawa Dharmagita ini selalu dilaksanakan di sekolah dan di masyarakat yang bertujuan:
a. menyampaikan sabda suci Sang Hyang Widhi; b. melestarikan ajaran Veda;
c. membentuk generasi muda Hindu yang terampil membaca kitab suci
Veda; d. meningkatkan rasa bhakti kepada Sang Hyang Widhi;
e. mengekspresikan rasa keindahan; f.
mengembangkan seni dan budaya Hindu; dan g. sebagai media untuk melestarikan Agama Hindu.
Dharmagita sering juga disebut sebagai lagu-lagu rohani atau lagu ketuhanan Hindu. Dalam praktik keagamaan umat Hindu tidak dapat
dipisahkan dengan Dharmagita yang bisa menggugah rasa religiusitas, menggetarkan hati nurani untuk senantiasa tetap dalam keadaan suci.
Dengan demikian, panca indra dapat dikuasai dan dikendalikan. Selain Gita atau nyanyian ketuhanan, pada setiap kegiatan umat Hindu selalu diiringi
oleh Panca Gita, yaitu: 1. suara mantra Puja Pandita atau Pinandita;
2. suara Bajra atau Genta Pandita atau Pinandita; 3. suara gong;
4. suara kulkul atau kentongan; dan 5. suara kidung wargasari.
C. Mantra dan Sloka sebagai Penyelamat Umat Manusia