Cerita tentang Sad Atatayi

41 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 4. Sastraghna Sastragna adalah membunuh dengan cara membabi buta atau mengamuk. Tragedi pembunuhan siswa taman kanak-kanak beberapa kali di Amerika Serikat adalah contoh dari sastragna ini. Dalam Sarasamuscaya 324 disebutkan: “Kunang ikang wwang gumawayaken ikang ulah papa, tan masih mwk ngaranika, apayapan awaknya gumawayikang kapapan, awaknya amukti phalanya dlaha” Terjemahan Adapun orang yang melakukan perbuatan jahat itu, dinamai dengan orang yang tidak sayang dengan dirinya sendiri atau karena dirinya sendiri berbuat kejahatan karenanya dirinya sendiri yang akan mengalami akibatnya kelak. 5. Dratikrama Dratikrama adalah membunuh dengan cara melakukan perbuatan memperkosa, sehingga menghancurkan masa depan seseorang. Selain itu, dapat merusak tatanan nilai yang hidup di masyarakat. 6. Raja Pisuna Raja Pisuna adalah membunuh dengan cara melakukan itnahan. Perbuatan memitnah ini sesungguhnya lebih kejam dari melakukan pembunuhan. Mereka yang melakukan itnah sampai menyebabkan orang lain meninggal dunia, maka kelak setelah mati, rohnya akan terlempar ke Neraka Niraya, yaitu neraka yang sangat panas menyiksa. Kelak setelah lahir kembali ke dunia, maka kelahirannya akan menjadi binatang anjing. Kalaupun masih mempunyai sisa karma baik dan dapat kembali terlahir menjadi manusia, maka sepanjang hidupnya akan selalu mendapat hinaan. Bukan itu saja, sepanjang hidupnya akan selalu dalam keadaan susah dan menderita.

D. Cerita tentang Sad Atatayi

Di dalam Kitab Sabha Parwa, salah satu episodenya menceritakan upaya keras para Kurawa untuk menghabisi keluarga Panca Pandawa. Panca Pandawa terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa. Sementara satus kurawa terdiri dari Duryodana dan adiknya yang berjumlah 99 orang. Berbagai macam cara sudah dilakukan untuk membunuh Panca Pandawa, tetapi semua tidak berhasil karena Panca Pandawa selalu mendapatkan pertolongan dari Para Dewata. Mereka mendapatkan pertolongan Dewata karena mereka baik hati, sopan santun, disiplin belajar, dan pemberani dalam menghadapi masalah. Atas bujukan Sengkuni, paman dari Duryodana atau kakak dari Permaisuri Gandari 42 Kelas VII SMP merekayasa agar Panca Pandawa menghadiri upacara Durgapuja di luar kota kerajaan. Dengan licik, Sangkuni yang dibantu oleh rakyat Kerajaan Gandara membangun sebuah istana megah dan indah, tetapi bahannya terbuat dari kardus. Istana kardus ini dipersiapkan untuk menginap Panca Pandawa ketika mengikuti upacara Durgapuja. Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah rombongan Panca Pandawa ini ke tempat dilaksanakan upacara. Semua berjalan lancar, tidak ada yang aneh dan tidak ada kendala yang dihadapi. Setelah upacara berlangsung, maka beristirahatlah Panca Pandawa dengan istrinya Dewi Drupadi di dalam istana kardus dengan tidak merasa curiga. Kecurigaan mulai muncul ketika tengah malam tiba, karena semua pintu terkunci dari luar. Kemudian, Bima dengan kekuatan kuku Pancanakanya menggali lubang di bawah rumah kardus yang tembus sampai ke hutan. Keluarga Panca Pandawa ini bergegas meninggalkan rumah kardus melalui lubang terowongan yang dibuat oleh Bima. Begitu sampai di hutan, dengan cepat rumah kardus itu terbakar karena dibakar oleh anak buahnya Sengkuni, Raja Gandara. Pada saat pagi tiba, mereka semua pura-pura bersedih mengenang keluarga Pandawa yang dikiranya sudah hangus terbakar bersama istana kardus itu. Pesan dari cerita ini adalah jangan berusaha membunuh orang lain dengan cara apapun juga. Dosanya sangat besar bagi mereka yang melakukan pembunuhan terhadap orang lain, selain terancam hukuman sampai 20 tahun di dunia. Berdasarkan kepercayaan, para pembunuh itu akan terlahir di alam neraka dan kalau reinkarnasi kembali akan menjadi orang yang selalu sakit-sakitan sepanjang hidupnya, kemudian akan meninggal dengan mengenaskan.

E. Cara Menghindari Akibat dari Sad Atatayi