Oksigen Terlarut DO Pendugaan Carryng Capacity Melalui Beban Limbah Fospor

2000. William A.W. 2003 oksigen terlarut untuk kehidupan kepiting di tambak yang paling baik mencapai 5 mgl. Penurunan konsentrasi oksigen terlarut terjadi sejalan dengan waktu proses produksi budidaya, fluktuasi oksigen terlarut yang paling tinggi terjadi pada periode produksi ke-3, hal ini disebabkan oleh proses dokomposisi, respirasi kepiting terkait dengan proses osmoregulasi, peningkatan densitas fitoplankton, dll. Hasil analisis regesi fluktuasi oksigen terlarut antara siang dan malam hari sangat dipengaruhi oleh densitas fitoplankton dengan nilai R 2 berkisar antara 0,67 sampai 0,88 pada nilai sifgnifikansi 0,006. hal ini karena semakin tinggi densitas fitoplankton maka akan mengeluarkan oksigen semakin tinggi dari hasil fotosintesa, demikian juga pada malam hari oksigen akan mengalami penurunan sangat tajam karena semua organisme dalam media tambak memanfaatkan oksigen terlarut untuk kehidupannya termasuk organisme pengurai. Tingginya oksigen terlarut pada siang hari selain dipengaruhi dari fotosintesa fitoplankton, proses difusi juga mempunyai andil dalam suplay oksigen terlarut dalam media tambak, hal ini disebabkan suhu air media yang berada pada kisaran 26 – 30 o C belum mempengaruhi kelarutan gas oksigen dari udara yang berdifusi kedalam air media tambak, karena salinitas media masih berada pada kisaran 20 –24 ppt sehingga kondisi air tambak tidak pekat dan gas oksigen dari udara bisa masuk kedalam media tambak.

4.4.4.5. pH Air Tambak

pH air media dalam tambak berkisar antara 7,06 – 7,35 pada periode produksi ke-1 6,52 – 7,02 pada periode produksi ke-2 dan 5,98 – 6,91 pada periode produksi ke-3 kisaran nilai ini tergolong dalam kondisi yang sangat layak sampai tidak layak. Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang asam cenderung menyebabkan kematian pada kepiting bakau yang dibudidayakan di tambak, demikian juga pada pH yang mempunyai nilai kelewat basa. Hal ini disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga aktifitas pernafasan tinggi dan berpengaruh terhadap menurunnya nafsu makan. Ghufron dan H. Kordi, 2005 lebih lanjut ditegaskan bahwa nilai pH yang baik untuk pertumbuhan kepiting bakau di tambak adalah berkisar antara 6,5 - 7,5. Nilai pH air dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2 . pada siang hari karena terjadi fotosintesa maka konsentrasi CO 2 menurun sehingga pH airnya meningkat. Sebaliknya pada malam hari seluruh organisme dalam air melepaskan CO 2 hasil respirasi, sehingga pH air menurun. Penurunan pH terjadi juga sejalan dengan waktu proses produksi budidaya, fluktuasi pH air media yang paling tinggi terjadi pada periode produksi ke-3, hal ini disebabkan oleh proses dokomposisi, respirasi, dan peningkatan densitas fitoplankton. Pada siang hari pH air media cenderung naik sampai 6,91, hal ini karena fitoplankton pada proses fotosintesa memanfaatkan CO 2 secara besar-besaran, apalagi densitas fitoplankton pada periode produksi ke-3 mencapai 9,14 .10 4 sd 2,84 . 10 6 per cc jumlah ini termasuk densitas tinggi sehingga kebutuhan CO 2 sangat tinggi, dengan menurunnya CO 2 dalam lingkungan budidaya maka akan diikuti peningkatan nilai pH, demikian juga pada malam hari kondisi pH air media mencapai nilai 5,98 hal ini disebabkan semua organisme kultivan, dekompuser, plankton, dll melakukan akitivitas respirasi yang mengeluarkan CO 2 , dengan peningkatan ini menyebabkan nilai pH menjadi rendah.

Dokumen yang terkait

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1