Budidaya Soft Crab Kepiting Bakau Scylla sp

kutu air, Artemia, Tetraselmis, Chlorella, Rotifera, Larva Echinodermata, Larva Molusca, Cacing, dll. Afrianto dan Liviawati, 1992. Kepiting bakau atau sering juga disebut kepiting lumpur Mud crab masuk dalam genus Scylla, hidup pada habitat air payau, seperti area hutan mangove, estuaria, secara menyeluruh terdapat pada laut pacifik dan samodra hindia. Kepiting ini berasal dari Tahiti, Australia, dan Jepang sampai pada Afrika Selatan. Fushimi dan S. Watanabe, 2003 ”Mud crab in genus Scylla in habit brackish waters, such as mangove areas and estuaries, throughout the pacific and Indian Oceans, from Tahiti, Australia, and Japan to southern Africa”. Menurut Watanabe, et al. 1996, Kepiting lumpur atau kepiting bakau merupakan sumberdaya perikanan penting yang mempunyai nilai ekonomis penting yang ada di Australia, Jepang, Indonesia, Taiwan, dan Philipina, di negara ini kepiting lumpur atau kepiting bakau menjadi target produksi dalam kegiatan budidaya perikanan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Watanabe, et al. 2000, pada peraiaran hutan mengove dan sekitarnya di daerah Cilacap, Karawang, Gondol , Denpasar - Bali dan secara menyeluruh di Pantai Utara Jawa dan Bali banyak ditemukan kepiting bakau jenis Scylla serrata, Scylla oceanica dan Scylla tranquebarica. Secara umum jenis kepiting ini mempunyai nilai ekonomi tinggi. Lebih lanjut dikatakan ketiga jenis kepiting tersebut juga mendominasi pada areal rawa mangove dan area persemaian mangove. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Tanod, et al. 2001, hasil penelitian yang dilakukan di Segara Anakan Cilacap pada bulan Nopember 1999 – Mei 2000, jenis kepiting yang banyak ditemukan adalah Scylla serrata, Scylla oceanica dan Scylla tranquebarica.

2.1.5. Budidaya Soft Crab Kepiting Bakau Scylla sp

Budidaya soft crab kepiting bakau yang dilakukan di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kab. Pemalang adalah memelihara kepiting bakau dengan kriteria bibit : berkulit keras berisi , tidak cacat, berat ± 100 gekor. Bibit tersebut dipelihara dalam karamba plastik ukuran 26 x 16 x 16 cm 3 satu karamba diisi satu ekor kepiting dengan istilah populer single room. Lama pemeliharaan ± 20 hari hingga kepiting tersebut berganti kulit moulting. Jumlah karamba rata-rata 15.000 buah0,5 ha. Atau setara dengan padat penebaran 3 ekor kepitingm 2 ., untuk mempercepat pertumbuhan pemberian pakan tambahan berupa ikan rucah diberikan 2 kalihari dengan dosis 3-10 BBhr. Panen dilakukan maksimal 4 jam setelah kepiting ganti kulit moulting, kemudian kepiting yang berkulit lunak tersebut direndam dalam air tawar supaya kulit tetap bertahan lunak soft crab. Bila panen dilakukan lebih dari 4 jam setelah moulting maka kepiting sudah dalam proses pengerasan kulit kembali, hal ini akan menurunkan nilai jual. Harga jual soft crab mencapai Rp.69.000,-kg. sedang kepiting yang berkulit keras harga jualnya hanya Rp. 25.000,-kg. Satu kali Illuastrasi 3. Budidaya Soft Crab Kepiting Bakau Sistem Single Room pengelolaan lahantanah digunakan untuk 3 kali produksi massa pemeliharaan hasil observasi lapang, 2007. Tahapan yang dilakukan dalam budidaya soft crab kepiting bakau adalah sebagai berikut : 1 persiapan tambak dan jembatan pengeringan lahan, pengapuran pemupukan organik, pembalikan tanah, pemberantasan hama, 2 pengisian dan pengelolaan kualitas air, 3 pembuatan rakit dan pemasangan karamba single room kedalam rakit, 4 penebaran benih, 5 pemberian pakan tambahan, 6 pemanenan berkala kontrol moulting setiap 3 jam sekali. Salah satu persoalan pelik yang dihadapi dalam budidaya kepiting secara umum adalah terkait dengan keseimbangan lingkungan budidaya. Menurut Subandar A, et al. 2005 keberhasilan suatu usaha budidaya sangat tergantung pada keberhasilan menjaga kondisi lingkungan budidaya dan sekitarnya, hal ini sangat terkait dengan daya dukung, daya tampung, dan self purying, serta daya asimilasi dalam lingkungan tersebut. akibat dari pengaruh lingkungan yang memburuk bisa mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan, timbulnya penyakit, bahkan yang ekstrim berupa kematian massal pada kultivan tersebut. lebih lanjut dijelaskan bahwa peningkatan kandungan P posfor dan N nitrogen dalam air dan sedimen perlu diwaspadai terutama pada budidaya yang tidak mengandalkan pemanfaatan pakan alami, karena dalam proses dekomposisi sisa pakan dan feces akan berpengaruh pada penurunan oksigen terlarut dalam lingkungan budidaya, sehingga kulitvan akan mengalami masalah dalam kealangsungan hidup dan pertumbuhannya.

2.2. Carryng Capacity Tambak

Dokumen yang terkait

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

MENUJU BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TAMBAK MANGUNHARJO - TUGU, SEMARANG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1