TENAGA KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

52

BAB III TENAGA KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 13 TAHUN 2003

1. Pengertian Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja dalam hukum ketenagakerjaan Indonesia dalam hal ini seperti yang diatur dalam UUK, sedikitnya ada 3 tiga macam pengertian. Pertama, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan masyarakat Pasal 1 angka 2 UUK. Kedua, buruh adalah pekerja yang bekerja di perusahaan, dan dalam pekerjaannya harus tunduk pada perintah dan peraturan kerja yang diadakan oleh perusahaan majikan yang bertanggung jawab atas lingkungan perusahaannya, dan buruh akan memperoleh upah serta jaminan hidup lainnya yang wajar dari perusahaan majikan. 54 Ketiga, pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain Pasal 1 angka 3 UUK. Menurut Payaman Simanjuntak, tenaga kerja man power adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. 54 Syaiful Anwar, Sendi-Sendi Hubungan Pekerja dengan Pengusaha, Medan : FH UISU, 1991, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh umurusia. 55 Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun sampai 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun, dan ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja. 56 Pengertian pekerja seperti yang terdapat di dalam Pasal 1 angka 3 UUK dapat diartikan bahwa yang disebut sebagai pekerja itu adalah hanya tenaga kerja yang sudah bekerja. Istilah pekerja tadi adalah untuk menggantikan istilah buruh yang tetap disalah artikan sehingga sering menimbulkan masalah karena istilah buruh dianggap sama seperti pekerja kasar yang selalu mendapat tekanan dari pihak majikan.

2. Macam Tenaga Kerja

Dikenal beberapa macam tenaga kerja lainnya selain tenaga kerja tetap, seperti tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak. 55 Payaman Simanjuntak dalam Sedjun H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cetakan II, Jakarta : Rineka Cipta, 1995, hlm. 3. 56 http:id.m.wikipedia.orgwikiTenaga_kerja diakses pada tanggal 10 Maret 2014, pukul 14.15. Universitas Sumatera Utara Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03MEN1994 Pasal 1 angka 2 memberikan pengertian mengenai tenaga kerja harian lepas, yaitu tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu yang berubah- ubah dalam hal waktu maupun kontinuitas pekerjaan dengan menerima upah didasarkan atas kehadirannya secara harian. Tenaga kerja harian lepas merupakan tenaga kerja dengan perjanjian waktu tertentu. 57 Sehingga hak-hak tenaga kerja harian lepas adalah sebagaimana juga dengan tenaga kerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT, yakni mendapatkan upah dan kesejahteraan, namun sistem upah untuk tenaga kerja harian lepas didasarkan pada kehadiran kerja. Tenaga kerja harian lepas bekerja kurang dari 21 dua puluh satu hari dalam 1 satu bulan. Kemudian jika tenaga kerja bekerja 21 dua puluh satu hari atau lebih selama 3 tiga bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjiannya akan berubah menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT. Contohnya seorang pekerja yang bekerja sebagai tenaga kerja harian lepas pada sebuah pabrik sepatu. Ia digaji berdasarkan kehadirannya setiap hari, bila ia tidak bekerja pada hari kerjanya maka ia tidak akan menerima upah. Dengan demikian jelaslah bahwa tenaga kerja harian lepas menerima upah sesuai dengan kehadirannya di tempat kerja. Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dengan menerima upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03MEN1994. Tenaga 57 http:gresnews.comberitaTips01149-hak-tenaga-kerja-harian-lepas diakses 11 Maret 2014 , pukul 22.22. Universitas Sumatera Utara kerja borongan yang dilakukan dengan sistem kerja borongan atau berdasarkan satuan hasil yang dilaksanakan dalam waktu satu bulan atau lebih, maka upah rata-rata sebulan, serendah-rendahnya adalah upah minimum di perusahaan bersangkutan. Dengan demikian, perjanjian kerja untuk tenaga kerja borongan adalah berdasarkan PKWTT yang upahnya dibayarkan secara bulanan, dengan mempersyaratkan pencapaian suatu target atau produktivitas tertentu. Contohnya seorang pekerja yang bekerja di bangunan yang berada dibawah perintah mandor, mereka bekerja untuk menyelesaikan sebuah bangunan, dimana kontrak kerja mereka didasarkan atas selesainya suatu pekerjaan, yaitu selesainya bangunan tersebut. Tenaga kerja kontrak adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah yang didasarkan atas kesepakatan untuk hubungan kerja untuk waktu tertentu dan atau selesainya pekerjaan tertentu Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER- 03MEN1994. Contohnya seseorang yang dikontrak bekerja sebagai karyawan tidak tetap di PTPN IV Bah Jambi pada jangka waktu tertentu. Ia bekerja dan menerima upah untuk jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja. Bila masa kerjanya telah berakhir dan pihak perusahaan tidak memperpanjang kontrak kerjanya lagi, maka sejak itu ia tidak mempunyai hubungan kerja lagi dengan perusahaan yang mempekerjakannya tadi. Namun bila pihak perusahaan memperpanjang kontrak kerjanya, maka ia akan terus bekerja pada perusahaan tersebut sampai habis jangka waktu yang tercatat di dalam perpanjangan perjanjian kerjanya. Universitas Sumatera Utara

3. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja

Membicarakan mengenai hak dan kewajiban tenaga kerja sudah pasti tidak terlepas dari hak dan kewajiban dari perkebunan atau perusahaan itu sendiri, hal ini disebabkan karena hak tenaga kerja adalah merupakan kewajiban pengusaha perkebunan, sedangkan kewajiban tenaga kerja merupakan hak dari pengusaha perkebunan. 58 1. Hak dan Kewajiban Pekerja 1. Hak pekerja Menurut Darwan Prints, yang dimaksud dengan hak di sini adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau status dari seseorang, sedangkan kewajiban adalah suatu prestasi baik berupa benda atau jasa yang harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukan atau statusnya. 59 Mengenai hak-hak bagi pekerja adalah sebagai berikut: 1. Hak mendapat upahgaji Pasal 1602 KUH Perdata, Pasal 88 sd 97 UUK; Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah; Dalam PKB diatur juga mengenai upahgaji. Upah merupakan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Dengan suatu penerimaan upah diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi pekerja dan keluarganya. 60 58 R. Subekti, Op.Cit, hlm. 29-30. 59 Darwan Prints, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 22-23. 60 Soedarjadi, Op.Cit, hlm. 34. Universitas Sumatera Utara 2. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 4 UUK; Dalam PKB diatur juga; Salah satu tujuan penting dari masyarakat Pancasila adalah memberikan kesempatan bagi tiap tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang memberikan kesejahteraan. 61 3. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan kemampuannya Pasal 5 UUK; Dalam PKB tidak ada diatur; Di samping jaminan hidup yang layak, tenaga kerja juga menginginkan kepuasan yang datangnya dari pelaksanaan pekerjaan yang ia sukai dan yang dapat dia lakukan dengan sebaik mungkin dengan mendapatkan penghargaan. 62 4. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan lagi Pasal 9-30 UUK; Dalam PKB telah diatur juga; 5. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama Pasal 3 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek; Dalam PKB telah diatur juga; 6. Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja Pasal 104 UUK jo. UUSP; Dalam PKB telah diatur juga; 7. Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai masa kerja 12 dua belas bulan berturut-turut pada satu majikan atau beberapa 61 Sedjun H. Manulang, Op.Cit, hlm. 7. 62 Ibid. Universitas Sumatera Utara majikan dari satu organisasi majikan Pasal 79 UUK; Dalam PKB telah diatur juga; 8. Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan Pasal 88-98 UUK; Dalam PKB telah diatur juga; 9. Hak atas suatu pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila pada saat diputuskan hubungan kerja ia sudah mempunyai masa kerja sedikit- dikitnya enam bulan terhitung dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir; yaitu dalam hal bila hubungan kerja diputuskan oleh majikan tanpa alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh buruh, atau oleh buruh karena alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh Majikan Pasal 150-172 UUK; Dalam PKB telah diatur juga; 10. Hak untuk melakukan perundingan atau penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase dan penyelesaian melalui pengadilan Pasal 6-115 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004; Dalam PKB telah diatur juga; Menurut Konvensi ILO 1948 ada empat macam hak tenaga kerja yaitu hak berserikat; hak berunding kolektif; hak mogok, dan hak mendapat upah. 11. Kewajiban Pekerja Di samping mempunyai hak-hak sebagaimana diuraikan diatas, tenaga kerja juga mempunyai kewajiban sebagai berikut: 63 1. Wajib melakukan prestasipekerjaan bagi majikan; 63 Darwan Prints, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara 2. Wajib mematuhi peraturan perusahaan; 3. Wajib mematuhi perjanjian kerja; 4. Wajib mematuhi perjanjian perburuhan; 5. Wajib menjaga rahasia perusahaan; 6. Wajib mematuhi peraturan majikan; 7. Wajib memenuhi segala kewajiban selama izin belum diberikan dalam hal ada banding yang belum ada putusannya. 8. Hak dan Kewajiban Pengusaha 1. Hak pengusaha Hak pengusaha adalah sesuatu yang harus diberikan kepada pengusaha sebagai konsekuensi adanya pekerja yang bekerja padanya atau karena kedudukannya sebagai pengusaha. Adapun hak-hak dari pengusaha itu sebagai berikut: 64 1. Boleh menunda pembayaran tunjangan sementara tidak mampu bekerja sampai paling lama lima hari terhitung mulai dari kecelakaan itu terjadi, jikalau buruh yang ditimpa kecelakaan tidak dengan perantaraan perusahaan atau kalau belum memperoleh surat keterangan dokter yang menerangkan, bahwa buruh tidak dapat beketja karena ditimpa kecelakaan; 64 Ibid, hlm. 36-37. Universitas Sumatera Utara 2. Dengan persetujuan sebanyak-banyaknya 50 apabila kecelakaan terjadi sedang di bawah pengaruh minuman keras atau barang-barang lain yang memabukkan; 3. Boleh mengajukan permintaan kepada pegawai pengawas, untuk menetapkan lagi jumlah uang tunjangan yang telah ditetapkan, jikalau dalam keadaan selama-lamanya tidak mampu bekerja itu terdapat perubahan yang nyata; 4. Dapat mengajukan keberatan dengan surat kepada Menteri Tenaga Kerja, apabila permintaan izin atau permintaan untuk memperpanjang waktu berlakunya izin ditolak dalam waktu 60 enam puluh hari terhitung mulai tanggal penolakan; 5. Pengusaha berhak untuk: 1. Mendapat pelayanan untuk memperoleh calon tenaga kerja Indonesia yang akan dikirim ke luar negeri dari Kandepnaker. 2. Mendapat informasi pasar kerja. 3. Mewakili dan bertindak untuk dan atas nama perusahaan asing di Luar Negeri yang menunjuknya Pasal 7 Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No. Per.01Men1983. 4. Dapat mengajukan keberatan kepada Menteri Tenaga Kerja atas pencabutan izin usahanya selambat-lambatnya 30 tiga puluh dari setelah keputusan izin usaha dikeluarkan Pasal 10 ayat 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.01Men1983. Universitas Sumatera Utara 5. Menetapkan saat dimulainya istirahat tahunan dengan memperhatikan kepentingan buruh; 6. Mengundurkan saat istirahat tahunan untuk selama-lamaya 6 enam bulan terhitung mulai saat buruh berhak atas istirahat tahunan berhubung dengan kepentingan perusahaan yang nyata-nyata; 7. Dapat memperhitungkan upah buruh selama sakit dengan suatu pembayaran yang diterima oleh buruh tersebut yang timbul dari suatu peraturan perundanganperaturan perusahaansuatu dana yang menyelenggarakan jaminan sosial ataupun suatu pertanggungan Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981; 8. Menjatuhkan denda atas pelanggaran sesuatu hal apabila hal itu diatur secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis atau peraturan perusahaan Pasal 20 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. 9. Minta ganti rugi dari buruh, bila terjadi kerusakan barang atau kerugian lainnya baik milik perusahaan maupun milik pihak ketiga oleh buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya Pasal 23 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1981. 10. Memperhitungkan upah dengan : 1. Denda, potongan dan ganti rugi. 2. Sewa rumah yang disewakan oleh pengusaha kepada buruh dengan perjanjian tertulis. 3. Uang muka atas upah, kelebihan upah yang telah dibayarkan dan cicilan hutang buruh terhadap pengusaha, dengan ketentuan harus Universitas Sumatera Utara ada tanda bukti tertulis Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. 4. Kewajiban Pengusaha Kewajiban pengusaha adalah suatu prestasi yang harus dilakukan oleh pengusaha bagi kepentingan tenaga kerjanya. Adapun kewajiban pengusaha itu adalah sebagai berikut: 65 1. Wajib menjaga agar di perusahaannya tidak dilakukan pekerjaan yang bertentangan dengan ditetapkan dalam Pasal 4 Stb. 647 Tahun 1925. 2. Wajib memberikan keterangan yang diminta oleh pejabat yang berwenang; 3. Wajib memberikan upah buruh: 1. Jika buruh sakit, sehingga tidak dapat melakukan pekerjaannya, dengan ketentuan: 1 Untuk tiga bulan pertama dibayar 100 2 Untuk tiga bulan kedua dibayar 75 3 Untuk tiga bulan ketiga dibayar 50 4 Untuk tiga bulan keempat dibayar 25 2. Jika buruh tidak masuk bekerja karena hal-hal: 1 Buruh sendiri kawin dibayar untuk selama dua hari. 2 Menyunatkan anaknya dibayar untuk selama satu hari. 3 Membabtiskan anaknya dibayar untuk selama satu hari. 4 Mengawinkan anaknya dibayar untuk selama dua hari. 65 Ibid, hlm. 39-45. Universitas Sumatera Utara 5 Anggota keluarga meninggal dunia, yaitu suamiistri, orang tuamertua atau anak dibayar untuk selama dua hari. 6 Istri melahirkan anak dibayar untuk selama satu hari Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. 3. Wajib membayar upah yang biasa dibayarkan kepada buruh yang tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban negara, jika dalam menjalankan kewajiban negara tersebut buruh tidak mendapat upah atau tunjangan lainnya dari pemerintah, tetapi tidak melebihi satu tahun Pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. 4. Wajib membayarkan kekurangan atas upah yang biasa dibayarkan kepada buruh yang menjalankan kewajiban negara, bilamana jumlah upah yang diterimanya kurang dari upah yang biasa diterima tetapi tidak melebihi satu tahun Pasal 6 ayat 20 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. 5. Wajib membayarkan upah kepada buruh yang tidak dapat bekerja karena memenuhi kewajiban ibadah menurut agamanya, akan tetapi tidak melebihi tiga bulan Pasal 6 ayat 4 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. 6. Wajib membayar upah kepada buruh yang bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan, akan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya baik karena kesalahan sendiri maupun karena halangan yang dialami oleh pengusaha yang seharusnya dapat dihindari Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. Universitas Sumatera Utara 7. Membayar upah buruh pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan perjanjian Pasal 10 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. 8. Harus membayar seluruh jaminan upah pada tiap pembayaran Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981. 9. Wajib melaporkan secara tertulis kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk Kakandep Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah : 1. Mendirikan perusahaan; 2. Menjalankan kembali 1 satu perusahaan; 3. Memindah kan perusahaan Pasal 6 ayat 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1981. 4. Wajib melaporkan setiap tahun secara tertulis mengenai ketenagakerjaan kepada Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk Kakandep Tenaga Kerja setempat Pasal 7 ayat 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1981. 5. Wajib melaporkan secara tertulis kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk Kakandep Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari sebelum: 1. Memindahkan perusahaan; 2. Menghentikan perusahaan; 3. Membubarkan perusahaan Pasal 8 ayat 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1981. Universitas Sumatera Utara 4. Wajib mengadakan dan memelihara daftar-daftar yang berhubungan dengan istirahat tahunan menurut contoh yang ditetapkan daftar Anggota dan daftar B; 5. Pengusaha wajib : 1. Menjaga jangan terjadi pemutusan hubungan kerja; 2. Merundingkan maksud pemutusan hubungan kerja dengan organisasi buruhburuh yang bersangkutan; 3. Pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan buruh setelah memperoleh izin P4DP4P; 4. Memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh P4DP4P di dalam izin; 5. Memenuhi kewajiban selama izin belum diberikan dan dalam hal ada permintaan banding belum ada keputusan; 6. Setiap permohonan izin akan menggunakan tenaga kerja warga negara asing pendatang, wajib memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja RPTK yang disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja Pasal 2 ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.04Men1984. 7. Pengajuan permohonan RPTK wajib memperhatikan Keputusan Menteri Tenaga Kerja di sektorsubsektor yang bersangkutan sesuai dengan bidang usahanya Pasal 2 ayat 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.04Men1984. 8. Memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam izin pengerahan Pasal 2 ayat 2, Pasal 3 jo. Pasal 4 sub b dan d Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.041970. Universitas Sumatera Utara 9. Memenuhi instruksi-intruksi yang dikeluarkan oleh pejabat yang memberi izin Pengerahan Pasal 2 ayat 3 jo. Pasal 4 sub c Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.041970. 10. Wajib memiliki izin usaha dari Dirjen Binaguna sekarang Dirjen Binapenta, apabila menjalankan usaha pengerahan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri Pasal 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per .01Men1983. 11. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dirjen Binapenta apabila akan memperoleh izin usaha Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01Men1983; 12. Wajib menyelenggarakan Program Astek dengan mempertanggungkan tenaga kerjanya dalam program AKK Asuransi Kecelakaan Kerja, AK Asuransi Kesehatan, dan THT Tabungan Hari Tua Pasal 3 ayat 1 dan Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 331977.

13. Ruang Lingkup dan Dasar Hukum Perlindungan Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang tersedia di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Terlebih lagi dari sebagian besar tenaga kerja yang tersedia adalah yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskilllabour, sehingga posisi tawar mereka menjadi rendah. 66 66 Asri Wijayanti, Op.Cit, hlm. 75. Universitas Sumatera Utara Sejak awal tahun 1980, orde baru mulai memacu Industrialisasi Orientasi Eksport IOE, yang kemudian disusul dengan merosot tajamnya harga minyak dan gas bumi di pasaran Indonesia yang mengakibatkan munculnya berbagai masalah, misalnya dalam hal pemberian upah serta pemberian perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang mulai terasa tidak sesuai dengan seharusnya. 67 Keadaan ini menimbulkan adanya kecenderungan majikan untuk berbuat sewenang-wenang kepada pekerjaburuh. Majikan atau pengusaha dapat dengan leluasa untuk menekan pekerjaburuh untuk bekerja secara maksimal, terkadang melebihi kemampuan kerjanya. Seiring didengar himbauan-himbauan dari banyak pihak agar upah tidak hanya dipandang sebagai faktor produksi dan agar hubungan perburuhan handaknya memperlihatkan miniature yang lebih manusiawi, terlebih-lebih mengenai perlindungan hukum terhadap tenaga kerja, namun sejalan dengan hal itu kita dapat melihat kasus-kasus yang mengundang keprihatinan terhadap kaum pekerja. Contohnya adalah dimutasikannya seorang tenaga kerja tanpa melalui prosedur pemeriksaan terlebih dahulu karena suatu peristiwa hilangnya sejumlah uang yang nilai nominalnya cukup besar di dalam brankas kantor dimana tenaga kerja itu bekerja. Kenyataan di atas dapat dijadikan sebagai bahan acuan mengenai bagaimana sebenarnya kondisi perburuhan di negara kesatuan ini. Artinya, masih banyak lagi masalah-masalah yang telah dan mungkin masih dialami tenaga kerja yang sama sekali belum terungkap. Berhubungan dengan persoalan-persoalan ini, muncullah undang-undang untuk memberikan keadilan 67 Carina F. Marbun, Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara II, Skripsi, Medan : FH USU, 2008, hlm. 41. Universitas Sumatera Utara sosial bagi tenaga kerja, untuk menciptakan daya kerja yang tinggi, efisien serta tepat guna, baik pihak pemerintah maupun swasta yang seharusnya memberikan semacam motivasi atas ransangan kepada tenaga kerja seperti gaji yang sesuai, bonus ataupun tunjangan lainnya. Sehingga perlu dipahami secara mendalam tentang makna perlindungan tenaga kerja sehingga persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tenaga kerja tidak muncul lagi ke permukaan. Dan juga dibentuknya serikat pekerjaburuh yang ada di perusahaan. Dengan adanya serikat pekerjaburuh, dapat menyeimbangkan posisi pekerjaburuh dengan majikan atau pengusaha, serta melalui wadah serikat pekerjaburuh ini diharapkan akan terwujud peran serta buruh dalam produksi. 68 Perlindungan hukum adalah tindakan atau memberikan pertolongan dalam bidang hukum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI yang dimaksud perlindungan adalah cara, proses, perbuatan melindungi. Menurut Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, yang dimaksud perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan atau pelaksana lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan. Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat perhatian dalam hukum ketenagakerjaan. Beberapa pasal dalam UUK diantaranya mengatur hal itu, salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, seperti yang dijelaskan pada penjelasan Pasal 5 UUK yaitu 68 Asri Wijayanti, Op.Cit, hlm. 77. Universitas Sumatera Utara bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama dan aliran politik sesuai dengan minta dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat. Tujuan dari perlindungan tenaga kerja adalah untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah, dan juga untuk melindungi kepentingan tenaga kerja agar mereka dapat mencapai kesejahteraan serta mendapat rasa aman sewaktu menjalankan pekerjaannya. Adapun dasar hukum perlindungan tenaga kerja adalah UUK. Perlindungan terhadap tenaga kerja harus dijalankan disetiap perusahaan. Karena para pekerja adalah tulang punggung perusahaan. Tanpa adanya pekerja, tidak akan mungkin perusahaan itu bisa jalan dan berpartisipasi dalam pembangunan. 69 Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat maka perlu dilakukan pemikiran bahwa pekerja harus menjaga keselamatan dalam menjalankan pekerjaannya. Perlu pula diusahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapin dalam pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin. Pemikiran-pemikiran itu merupakan program perlindungan kerja, yang dalam praktek sehari-hari berguna untuk dapat mempertahankan produktivitas dan kestabilitasan perusahaan. 70 69 Lalu Husni, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Raja Grafindo, 1996, hlm. 95. 70 Ibid, hlm 96. Universitas Sumatera Utara Perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk menghindarkan buruh dari tindakan sewenang-wenang yang bisa saja dilakukan oleh majikan serta untuk memberikan perlindungan kepada pihak buruh baik terhadap pihak majikan maupun terhadap tempat dimana buruh bekerja serta terhadap alat-alat kerjanya. 71 Secara garis besar perlindungan tenaga kerja ini secara umumnya akan mencakup: 72 1. Norma keselamatan kerja, yang meliputi keselamatan kerja yang bertalian dengan mesin pesawat, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. 2. Norma keselamatan kerja dan kesehatan kerja perusahaan, yang meliputi pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit. 3. Norma kerja, yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian dengan waktu bekerja, sistem pengupahan istirahat, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan ibadah menurut agama keyakinan masing- masing yang diakui oleh pemerintah, kewajiban sosial masyarakat dan sebagainya guna memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta menjaga perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral. 71 P. Nainggolan, Hukum Perburuhan, Medan : FH USU, 1989, hlm 88. 72 G. Kartasapoetra dan Rience Indraningsih, Pokok-Pokok Hukum Perburuhan, Cetakan I, Bandung : Armiro, 1982, hlm. 43-44. Universitas Sumatera Utara 4. Tenaga kerja yang mendapat kecelakaan danatau menderita penyakit kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitas akibat kecelakaan danatau penyakit akibat pekerjaan, ahli warisnya berhak mendapat ganti kerugian. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Iman Soepomo membagi perlindungan pekerjaan ini menjadi 3 tiga macam: 73 1. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup memenuhi keperluan sehari-hari baginya beserta keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena sesuatu di luar. 2. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja itu mengecam dan memperkembangkan perikehidupannya sebagai manusia pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga, atau yang bisa disebut kesehatan kerja. 3. Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh pesawat-pesawat atau alat kerja lainnya atau oleh bahan yang diolah atau dikerjakan perusahaan. Di dalam pembicaraan selanjutnya, perlindungan jenis ini disebut dengan keselamatan kerja. Perlindungan bagi tenaga kerja sangat penting, mengingat besarnya peranan tenaga kerja dalam pembangunan serta dalam mewajarkan produktivitas di perusahaan, sehingga sudah sewajarnya apabila kepada para tenaga kerja diberikan perlindungan penuh dalam pemeliharaan dan pengembangan terhadap kesejahteraan. Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah bagi pekerjaburuh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat dan berkumpul dalam suatu wadah serikat pekerjaburuh. Kemerdekaan berserikat 73 Lalu Husni, Op.Cit, hlm. 76. Universitas Sumatera Utara dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak dasar dimiliki oleh warga negara dari suatu negara hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat. Keberadaan serikat pekerjaburuh saat ini lebih terjamin dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaBuruh. Pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 dinyatakan bahwa serikat pekerjaburuh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerjaburuh, baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya. Universitas Sumatera Utara 73

BAB IV ASPEK HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Studi Pada Perjanjian Kerja Pt. Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Dengan Tenaga Kerja Tetap)

0 59 113

Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu)

0 41 176

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 PADA PT KANDANG KARYA PERKASA Pelaksanaan Perjanjian Kerja Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pada PT Kandang Karya Perkasa Di Kabupaten Sukoharjo.

0 6 19

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 PADA PT KANDANG KARYA PERKASA Pelaksanaan Perjanjian Kerja Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pada PT Kandang Karya Perkasa Di Kabupaten Sukoharjo.

0 5 14

TENAGA KERJA WANITA (Studi Tentang Perlindungan Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Di PT Adetex Boyolali).

0 2 18

Perjanjian Kerja Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Menurut Hukum Islam.

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM KESELAMATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAAN TERHADAP TENAGA KERJA DI PT. X SURABAYA.

0 0 80

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Kontrak Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Muhammad Wildan

0 0 9

PERLINDUNGAN HUKUM KESELAMATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAAN TERHADAP TENAGA KERJA DI PT. X SURABAYA

0 0 43

ANALISIS TENTANG HAK-HAK TENAGA KERJA SETELAH PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG RI NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN -

0 0 83