BAB III TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA KEPADA KONSUMEN JASA
PENERBANGAN JIKA TERJADI PEMBATALAN PENERBANGAN SECARA SEPIHAK
A. Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Penerbangan
Perlindungan terhadap hak-hak konsumen atas pembatalan penerbangan secara sepihak oleh penyedia jasa penerbangan dapat dilihat dari beberapa aspek-
aspek hukum yang berkaitan dengan perlindungan konsumen antara lain :
39
a. KUH perdata, terutama dalam buku kedua, ketiga dan keempat
1. Aspek-aspek keperdataan Didalam aspek keperdataan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan masalah hukum antara pelaku usahapenyedia jasa dengan konsumennya masing-masing termuat dalam :
b. KUHD, buku kesatu dan buku kedua
c. Berbagai peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaidah-kaidah
hukum yang bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum dan masalah antara penyedia jasa tertentu dan konsumen.
Beberapa hal yang dinilai penting dalam hubungan konsumen dan penyedia jasa antara lain hal-hal yang berkaitan dengan informasi dan hal-hal
yang berkaitan dengan perikatan :
39
Az Nasution, Hukum Perlindungan konsumen Suatu pengantar, Jakarta : Diadit media, 2000, Hal.55 Selanjutnya disebut Az Nasution 1
Universitas Sumatera Utara
a. Hal-hal yang berkaitan dengan informasi
40
40
Az Nasution I, Ibid, Hal.57
Bagi konsumen informasi, tentang barang dan jasa merupakan kebutuhan pokok. informasi-informasi tersebut meliputi ketersediaan barang
atau jasa yang dibutuhkan konsumen,tentang kualitas produkjasa dan kualitasnya, harga, tentang persyaratan atau cara memperolehnya, tentang
jaminan atau garansi produk dan lainnya. Informasi dari konsumen tampak dari pembicaraan dari mulut ke mulut tentang suatu produk konsumen, surat-surat
pembaca pada media massa, berbagai siaran kelompok tertentu, tanggapan suatu organisasi konsumen terhadap suatu produk tertentu, siaran pers
organisasi konsumen seperti Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia YLKI tentang hasil penelitian dan risat produk konsumen tertentu yang dapat
ditemukan pada harian-harian umum, majalah, atau harian resmi YLKI yaitu Warta Konsumen.
Dari kalangan usaha penyedia jasa, produsen, importer, atau lainnya diketahui sumber-sumber informasi itu umumnya terdiri berbagai bentuk iklan
baik melalui media elektronik maupun nonelektronik, serta dalam bentuk label termasuk berbagai bentuk selebaran, seperti brosur, pamplet, catalog dan lain-
lain sejenis dengan itu. 1 Tentang Iklan
Menurut ketentuan dari UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 9 ayat 1 berbunyi :
Universitas Sumatera Utara
“Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan sutau barang danatau jasa secara tidak benar atau seolah
olah terdapat keistimewaan pada barangatau jasa tersebut”. Sayangnya dalam undang-undang ini tidak dicantumkan apa yang
dimaksud dengan iklan, yang terdapat dalam undang-undang ini hanyalah berbagai larangan berkaitan dengan periklanan saja. Dari hal-hal yang
terurai diatas setidaknya terdapat dua batasan iklan, yang pertama ditetapkan oleh departemen kesehatan dan yang lainnya ditetapkan oleh
sistem penyiaran nasional. Departemen Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan No.329
Tahun 1976, Pasal 1 Butir ke 13 menetapkan “ iklan adalah usaha dengan cara apapun untuk meningkatkan penjualan,baik secara langsung maupun
tidak langsung ” sedangkan menurut penyiaran nasional Undang-Undang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 1 Butir 5 merumuskan iklan
adalah siaran informasi yang bersifat komersial tentang ktersediaan jasa, barang dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau
tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan.sedangkan dalam Pasal 1 butir 6 menyatakan siaran iklan niaga adalah siaran iklan
secara komersial yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan
tujuan memperkenalkan atau memasyarakatkan atau mempromosikan barang atau jasa kepada khalayak dengan sasaran untuk
mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk yang ditawarkan.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai perilaku periklanan yang lengkap diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
a Pelaku periklanan dilarang memproduksi iklan yang : 1 Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,
kegunaan, harga barang atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang atau jasa
2 Mengelabui jaminan, garansi terhadap barang atau jasa 3 Memuat informasi yang keliru, salah tidak tepat mengenai
barang dan jasa 4 Tidak memuat resiko pemakaian barang atau jasa
5 Mengeksploitasi kejadian seseorang tanpa izin yang berwenang dan izin dari yang bersangkutan.
b Pelaku usaha yang telah melanggar ketentuan pada ayat 1dilarang melanjutkan peredaran iklan.
Selanjutnya berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha periklanan ini diatur dalam Pasal 20 yaitu pelaku usaha periklanan
bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut.
Menurut AZ Nasution terdapat tiga jenis pelaku usaha antara lain : a
Pengiklan, yaitu perusahaan yang memesan iklan untuk memasarkan atau menawarkan produk dan jasa yang ditawarkan.
b Perusahaan iklan, adalah perusahaan yang menawarkan jasa
dalam mendesain atau membuat iklan untuk para pemesannya.
Universitas Sumatera Utara
c Media, media elektronik atau non elektronik atau bentuk media lain
yang menyiarkan atau menayangkan iklan-iklan tersebut. Ketiga pelaku usaha tersebut menurut undang-undang ini
merupakan pelaku usaha tetapi yang manakah yang harus bertanggung jawab sesuai ketentuan pasal 20 UUPK. Menurut AZ Nasution
41
Satu hal yang menarik dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen berkaitan dengan periklanan ini dapat dilihat dalam Pasal 17
ayat 1 huruf f yaitu “… melanggar etika dan ketentuan perundang undangan mengenai peiklanan”. Apakah yang dimaksud dengan etika
periklanan, apabila yang dimaksud etika periklanan adalah kode etik tergantung bagaimana hakim pengadilan negeri mengambil putusannya.
Jika pada konsep iklan tersebut terdapat tanda tangan maka yang bertanggung jawab adalah yang menandatangani konsep iklan tersebut.
Kemudian terdapat tindakan administratif yang dapat dijatuhkan pada pelaku usaha periklanan yang menyiarkan iklan yang menyesatkan,
menipu atau mengakibatkan cedera pada konsumen untuk memasang iklan perbaikan di surat kabar atau televisi. Iklan koreksi seperti ini telah tumbuh
di Negara-negara lain namun Undang-Undang Perlindungan Konsumen sendiri belum memuat sanksi administratif ini padahal kegunaanya sangat
baik dalam upaya pencegahan terhadap tindakan yang merugikan dari pelaku usaha.
41
Ibid,Hal.61
Universitas Sumatera Utara
periklanan, berarti UUPK telah memberikan status hukum yang jelas terhadap pengaturan kode etik periklanan di Indonesia.
b. Hal-hal yang berkaitan dengan perikatan
42
Perikatan yang terjadi karena undang-undang dapat timbul karena undang-undang,baik karena undang-undang maupun akibat perbuatan
seseorang perbuatan itu dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan maupun perbuatan yang dilarang.Dalam perikatan yang timbul karena perjanjian, tidak
dipenuhi atau dilanggarnya janji-janji tersebut dapat mengakibatkan cedera janji wanprestatie. Perbuatan cedera janji ini memberikan hak pada pihak
yang dicederai untuk menggugat ganti rugi berupa biaya, kerugian dan bunga Pasal 1236 KUHPerdata dalam hal perjanjian memberikan sesuatu, Pasal 1239
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penyediaan jasa penerbangan merupakan perjanjian timbal balik antara penyedia jasa dengan
konsumen jasa penerbangan maka dalam perlindungan terhadap hak konsumen harus melihat kepada aspek-aspek keperdataan khususnya yang berkaitan
dengan perikatan. Dalam KUH Perdata Buku ke-III, tentang perikatan termuat ketentuan- ketentuan tentang subjek hukum perikatan, syarat-syarat perikatan,
tentang resiko jenis-jenis perikatan tertentu, syarat-syarat pembatalannya dan berbagai bentuk perikatan yang dapat diadakan Pasal 1233 KUHPerdata
selanjutnya,Pasal 1234 KUHPerdata menyebutkan jenis-jenis perjanjian yang dapat diadakan terdiri atas memberikan sesuatu,berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu.
42
Shidarta,Op cit,Hal.79
Universitas Sumatera Utara
dan Pasal 1242 KUHPerdata dalam hal perjanjian berbuat atau tidak berbuat sesuatu, Pasal 1243,Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPerdata.
Kerugian itu selain dari biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan,kerugian yang juga dialami termasuk juga keuntungan yang
diharapkan yang tidak dapat diterima karena perbuatan ingkar janji tersebut. Perikatan juga dapat terjadi tanpa adanya perjanjian. Antara lain perikatan yang
terjadi karena salah satu pihak merugikan pihak lain karena suatu perbuatan yang dilakukan karena kealfaan atau dengan sengaja. Sebab, apabila seseorang
dirugikan karena perbuatan orang lain, meskipun diantara mereka tidak terdapat suatu perjanjian , maka berdasarkan undang-undang dapat juga timbul
atau terjadi hubungan hukum antara orang tersebut dengan orang yang menimbulkan kerugian itu. Dalam Pasal 1365 KUHPerdata disebutkan bahwa
setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut. Unsur-unsur perbuatan melawan hukum antara lain :
1 Unsur atas pelanggaran hak-hak orang lain.
2 Unsur yang bertentangan dengan kewajiban hukum para pihak.
3 Unsur yang bertentangan dengan kehati-hatian yang hidup atau harus
diindahkan dalam kehidupan. 2. Aspek – Aspek Hukum Administrasi Negara
43
43
Ibid,Hal.95
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan aspek hukum perdata yang memberikan sanksi dalam bentuk ganti kerugian didalam aspek hukum administrasi negara sanksi yang
diberikan berupa sanksi administratif. Sanksi administratif tidak ditujukan pada konsumen pada umumnya, tetapi justru kepada pengusaha. Sanksi administratif
berkaitan dengan perizinan yang diberikan pemerintah kepada pengusaha tersebut. Jika terjadi pelanggaran izin-izin tersebut dapat dicabut oleh pemerintah.
Pencabutan izin hanya bertujuan untuk menghentikan proses produksi atau kegiatan jasa. Dengan demikian dampaknya secara tidak langsung dapat
melindungi kepentingan konsumen. Dengan adanya sanksi administratif membuat pihak pelaku usaha baik barang atau jasa lebih hati-hati dalam menjalankan
usahanya sebab apabila terbukti dengan sengaja melakukan kelalaian yang merugikan konsumen, pemerintah dapat memberikan sanksi administratif berupa
pencabutan izin usaha tersebut.sedangkan untuk hak-hak konsumen yang dirugikan dapat dituntut dengan bantuan hukum perdata.
Campur tangan administratur negara idealnya harus dilatarbelakangi oleh iktikad untuk melindungi konsumen. Sebab seringkali hubungan antara konsumen
dengan para pelaku usaha baik barang maupun jasa tidaklah setara sedangkan dalam undang-undang perlindungan konsumen sendiri disebutkan harus ada
kesetaraan kedudukan konsumen dengan para pelaku usaha. Disinilah letak peran pemerintah melalui administratur negara untuk mewujudkan hal tersebut. Sebab
sanksi administratif seringkali lebih efektif bagi para pelaku usaha yang melanggar hak-hak konsumennya dibandingkan dengan sanksi perdata maupun
sanksi pidana.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa alasan untuk mendukung pernyataan ini.
44
Sejak masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda sudah ada peraturan perundang-undangan yang mempunyai kaitan dengan perlindungan konsumen.
Peraturan-peraturan itu di antaranya Pertama,sanksi
administratif dapat diterapkan secara langsung dan sepihak. Dikatakan demikian karena pemerintah sebagai pihak pemberi izin tidak perlu meminta persetujuan
terlebih dahulu kepada pihak manapun. Persetujuan kalaupun ada dan dibutuhkan mungkin dari instansi-instansi pemerintah terkait.sanksi administratif juga tidak
perlu melalui proses pengadilan. Memang bagi pelaku usaha yang terkena sanksi pencabutan izin diberikan kesempatan untuk membela diri melalui pengadilan tata
usaha negara tetapi sanksi itu sendiri dijatuhkan terlebih dahulu, sehingga berlaku efektif. Kedua, sanksi perdata tidak menawarkan efek jera bagi pelaku usaha.Nilai
ganti rugi yang dijatuh dalam sanksi perdata mungkintidak sebanding dengan besarnya keuntungan yang didapatkan dari perbuatan negatif yang dilakukan
pelaku usaha. Belum lagi mekanisme penjatuhan putusan yang biasanya berbelit- belit dan membutuhkan proses yang lama,sehingga seringkali konsumen menjadi
tidak sabar.Untuk gugatan secara perdata konsumen juga dihadapkan pada posisi tawar-menawar yang terkadang lebih menguntungkan pihak produsen
B. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Hukum dalam Perlindungan Konsumen