PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PENYEDIA JASA DENGAN

BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PENYEDIA JASA DENGAN

KONSUMEN JASA PENERBANGAN JIKA TERJADI PEMBATALAN PENERBANGAN SEPIHAK A.Penyelesaian Sengketa Antara Penyedia Jasa dengan Konsumen Jasa Penerbangan di Luar Pengadilan Asas hukum yang berbunyi point d’interet,point d actiont tiada kepentingan maka tidak ada aksi. Menggambarkan bahwa gugatan diajukan untuk mempertahankan hak kepentingan orang atau badan hukum yang dilanggar. Pada umumnya, suatu gugatan diajukan oleh seseorang atau beberapa orang pribadi untuk kepentingan mereka,atau juga oleh salah satu atau beberapa badan hukum untuk kepentingan badan hukum itu sendiri,yang dapat diwakili oleh seseorang atau beberapa orang kuasa. 59 59 Az Nasution I, Op cit,Hal 89. Dengan maraknya kegiatan penyediaan jasa penerbangan, terkadang sering terjadi sengketa antara para pihak yang terlibat, yaitu pihak penyedia jasa penerbangan dengan konsumen jasa penerbangan, dimana penyelesaiannya dilakukan melalui proses peradilan litigasi. Namun seringkali penyelesaian sengketa melalui proses litigasi menyebabkan kekecewaan pada pihak yang kalah, oleh sebab itu maka saat ini peraturan perundang-undangan telah mengatur masalah penyelesaian sengketa diluar pengadilan nonlitigasi atau dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa APS Universitas Sumatera Utara Melalui proses tersebut diharapkan tidak terjadi prinsip lose-win tetapi win-win, dimana para pihak merasa menang sehingga menghindarkan terjadinya hard feeling dan loosing face. Di Indonesia, APS alternatif penyelesaian sengketa mempunyai daya tarik khusus karena keserasiannya dengan sistem sosial budaya tradisisonal berdasarkan musyawarah mufaakat. Beberapa hal dibawah ini merupakan keuntungan yang sering muncul dalam APS ,yaitu : 1. sifat kesukarelaan dalam proses 2. prosedur yang cepat : a. keputusan non yudisial b. control tentang kebutuhan organisasi c. prosedur rahasia confidential d. fleksibel dalam merancang syarat – syarat penyelesaian masalah e. hemat waktu f. hemat biaya g. pemeliharaan hubuingan h. tingginya kemiungkinan untuk menyelesaikan kesepakatan i. control dan lebih mudah memperlihatkan hasil j. keputusan bertahan sepanjang waktu Adapun alternatif penyelesaian sengketa menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.30 Tahun 1999 berbunyi : “Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak,yakni Universitas Sumatera Utara penyelesaian diluar pengadilan secara konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 1 UU No.30 Tahun 1999 maka alternatif penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cara berikut. 1.Konsultasi Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara tertentu yang disebut klien dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan yang memberikan pendapat kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Pendapat tersebut tidak mengikat sehingga klien bebas untuk memilih menerima saran tersebut atau tidak. 2. Negoisasi Negoisasi adalah proses konsensus yang digunakan para pihak untuk memperoleh kesepakatan di antara mereka.negoisasi biasanya dipergunakan dalam sengketa yang tidak terlalu pelik, dimana para pihak masih beritikad baik untuk duduk bersamadan memecahkan masalah secara bersama..negoisasi dilakukan apabila komunikasi antar pihak yang bersengketa masih terjalin dengan baik, masih ada rasa saling percaya, dan ada keinginan untuk cepat mendapatkan kesepakatan dan meneruskan hubungan baik. 3.Mediasi Mediasi merupakan proses negosiasi pemecah masalah dimana pihak luar yang tidak berkepentingan ikut dalam proses mediasi tersebut dan bekerjasama dengan pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan masalah. Pihak ketiga Universitas Sumatera Utara tersebut sering juga disebut dengan mediator peran utama mediator adalah ia harus mampu merangsang para pihak untuk menciptakan solusi yang kreatif, dan hal ini hanya dapat dilakukan apabila ia benar – benar memahami kepentingan dari masing-masing pihak yang bersengketa, sehingga para pihak dapat menemukan solusi yang dapat memenuhi kepentingan para pihak yang bersifat fundamental. Hasil dari suatu mediasi dapat dirumuskan secara lisan maupun tertulis yang dapat dianggap sebagai suatu perjanjian baru atau dapat juga dijadikan sebagai suatu perdamaian di muka hakim yang akan menunda proses penyelesaian sengketa di pengadilan. 60 4. Konsiliasi Konsiliasi sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa diluar pengadilan adalah suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian diluar pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakannya proses pengadilan,melainkan juga dalam setiap tingkatan peradilan yang sedang berlangsung baik didalam maupun diluar peradilan.hasil dari kesepakatan para pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa konsiliasi harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani secara bersama oleh para pihak yang bersengketa dan didaftarkan di pengadilan negeri. Kesepakatan tertulis dari konsiliasi ini bersifat final dan mengikat para pihak. 60 Teti Marsulina, “Berbagai Persoalan yuridis Seputar Asuransi dan Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Asuransi dan Konsumen Asuransi Berdasarkan UU No 8 Tahun 1999”,Yustika Vol III,2000,Hal 221 Universitas Sumatera Utara 5. Penilaian Ahli Yang dimaksud dengan penilaian ahli adalah pendapat hukum lembaga arbitrase. Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 yang menyatakan lembaga arbitrase adalah badan hukum yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan putusan mengenai sengketa tertentu,lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hokum tertentu dalam hal belum timbul sengketa. Dalam suatu bentuk kelembagaan arbitrase tidak hanya bertugas untuk menyelesaikan perselisihan pendapat maupun sengketa antara para pihak dalam suatu perjanjian pokok, melainkan juga dapat memberikan konsultasi dalam bentuk opini atau pendapat hukum atas permintaan para pihak yang melakukanya. oleh karena itu pandapat tersebut harus diberikan atas permintaan dari para pihak bersama-sama dengan melalui mekanisme sebagaimana halnya suatu penunjukkan lembaga arbitrase untuk menyelesaikan suatu perselisihan atau sengketa, maka bisa dikatakan bahwa pendapat hukum tersebut dinyatakan final. Karena sebenarnya sifat dari pendapat hukum merupakan putusan dari lembaga arbitrase itu sendiri. Dalam kaitannya dengan kasus pembatalan penerbangan secara sepihak yang dilakukan oleh Mandala Airlines. Didalam hukum perlindungan konsumen dikenal 2 lembaga yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan melalui jalur non litigasi diluar pengadilan. Dan dalam lembaga-lembaga inilah mekanisme penyelesaian sengketa dengan metode konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi maupun penilaian ahli dipergunakan Universitas Sumatera Utara Adapun lembaga-lembaga tersebut tersebut antara lain : a. Penyelesaian sengketa pembatalan penerbangan sepihak melalui YLKI YLKI merupakan lembaga swadaya masyarakat yang diakui oleh pemerintah yang dapat berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. YLKI menyediakan sarana dengan bentuk pengaduan terhadap transaksi yang bermasalah yaitu dengan membuka pengaduan dari empat saluran yang ada yaitu telepon, surat, dengan datang langsung ke kantor YLKI, dan email. Adapun sistem yang digunakan adalah pertama, sistem full up atau secara tertulis. Bentuk pengaduan yang dilakukan oleh konsumen harus dalam bentuk tertulis dengan disertai bukti-bukti yang cukup dan identitas konsumen yang bersangkutan. Misalnya dalam kasus kegagalan pembayaran melalui ATM, maka konsumen dapat melampirkan “slip” tanda pembayaran dalam aduannya. Kemudian YLKI akan mempelajari berkas perkara tersebut, selanjutnya YLKI akan melayangkan surat kepada pelaku usaha untuk dimintai keterangannya. Pihak YLKI kemudian melakukan surat-menyurat apabila pihak konsumen tidak puas atas tanggapan dari pelaku usaha, dan YLKI juga dapat mengundang kedua belah pihak yang bermasalah untuk didengar pendapatnya. Dalam hal ini, YLKI bertindak sebagai mediator. Sistem kedua yakni sistem non-full up, dalam sistem ini YLKI akan memberikan konsultasi dan saran-saran yang dapat Universitas Sumatera Utara dilakukan konsumen, jika konsumen merasa yakin dan perlu kasusnya untuk ditindaklanjuti, maka dapat dilakukan sistem full up. 61 b. Penyelesaian sengketa pembatalan penerbangan sepihak melalui Direktorat Perlindungan Konsumen Disperindag Dalam kaitannya dengan kasus pembatalan penerbangan sepihak yang dilakukan oleh Mandala Airlines, konsumen jasa penerbangan yang merasa dirugikan dapat mengajukan pengaduan dalam bentuk tertulis kepada YLKI disertai bukti-bukti yang dalam hal ini berupa tiket penerbangan yang merupakan bukti adanya hubungan kontraktual antara penyedia jasa dengan konsumen jasa penerbangan, lalu YLKI akan meminta penjelasan kepada Mandala Airlines terkait masalah pembatalan penerbangan secara sepihak tersebut. Kemudian YLKI menyampaikan penjelasan tersebut kepada konsumen dalam bentuk surat. Namun disini YLKI hanya bertindak sebagai mediator atau sebagai pihak ketiga yang hanya menjembatani hubungan antara pihak Mandala dengan pihak konsumen. YLKI tidak mempunyai kewenangan untuk memberikan sanksi dan kewenangan untuk memberikan keputusan. Keputusan terhadap permasalahan pembatalan penerbangan tersebut merupakan hasil kesepakatan kedua belah pihak apakah mereka setuju atau tidak dengan usul yang diberikan oleh YLKI. Dari sisi pemerintah melalui Direktorat Perlindungan Konsumen Disperindag, upaya konsumen yang dapat dilakukan hampir sama dengan YLKI, yaitu melakukan pengaduan disertai dengan bukti kejadian. Perbedaannya adalah pada saat pemanggilan pelaku usaha untuk dimintai keterangan perihal 61 Adrian Sutedi,Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan konsuman,Jakarta : Ghalia Indonesia,2008 ,Hal.135 Universitas Sumatera Utara masalah yang ada. Apabila ditemukan adanya hak-hak konsumen yang dilanggar, pihak pelaku usaha dapat dengan cepat merespons dan mematuhi ketentuan yang telah digariskan oleh Direktorat tersebut. Hal ini terkait dengan ancaman pencabutan izin usaha yang dikeluarkan oleh Disperindag. Tetapi ini ampuh untuk menindaklanjuti permasalahan konsumen yang mengemuka. Mekanisme pengaduan melalui lembaga pemerintah ini masih jarang dilakukan konsumen karena ketidaktahuan terhadap bentuk penyaluran pengaduan yang tenyata disediakan oleh Disperindag. 62 c. Penyelesaian sengketa pembatalan penerbangan sepihak melalui BPSK Seperti yang telah dijelaskan diatas penyelesaian sengketa melalui Direktorat Perlindungan Konsumen Disperindag terhadap pembatalan penerbangan secara sepihak yang dilakukan oleh Mandala. Konsumen dapat mengajukan pengaduan sama dengan bentuk pengaduan yang diatur oleh YLKI yaitu dalam bentuk tertulis disertai dengan bukti berupa tiket penerbangan. Dalam penyelesaian sengketa masalah pembatalan penerbangan Direktorat Perlindungan Konsumen Disperindag bertindak sebagai administratur negara. Sehingga apabila Mandala Airlines terbukti bersalah Direktorat Perlindungan Konsumen Disperindag mempunyai kewenagan untuk memberikan sanksi administratif. BPSK merupakan badan bentukan pemerintah yang tugas utamanya adalah melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dengan cara melalui mediasi, arbitrase atau konsiliasi. Penyelesaian masalah sengketa 62 Ibid,Hal 80 Universitas Sumatera Utara konsumen melalui badan ini sangat murah, cepat, sederhana dan tidak berbelit- belit. Konsumen yang bersengketa dengan pelaku usaha bisa datang ke badan ini dan mengisi formulir pengaduan, nantinya BPSK akan mengundang para pihak yang bersengketa untuk melakukan pertemuan pra-sidang. BPSK berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan dan keterangan yang diadukan oleh pihak-pihak yang bersengketa. Dalam penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi konsumen sebaiknya memilih menggunakan arbitrase, sebab hasil putusan arbitrase mengikat para pihak dan mempunyai kekuatan hukum layaknya putusan pengadilan. Jangka waktu penyelesaian sengketa oleh BPSK adalah 21 duapuluh satu hari sejak pengaduan diterima, sebagaimana diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan pelaku usaha dalam waktu paling lambat 7tujuh hari sejak menerima putusan dari BPSK wajib melaksanakan putusan tersebut. Kemudian, dari sisi pelaku usaha, umumnya pengaduan yang ada dapat berasal dari saluran telepon, surat, dan e-mail yang diterima oleh customer service. 63 Dalam Kaitannya dengan sengketa pembatalan penerbangan secara sepihak antara Mandala Airlines dengan konsumennya. Penyelesaian sengketa dengan bantuan lembaga BPSK dilakukan dengan cara pihak Mandala dan pihak konsumen bersama-sama untuk mengisi formulir pengaduan kemudian BPSK akan memanggil kedua pihak untuk dimintai keterangannya berkaitan dengan 63 Sri syawali Dan Nani Sri Imaniyati, Hukum perlindungan Konsumen, Bandung : Mandar Maju, 2000 ,Hal.95 Universitas Sumatera Utara masalah pembatalan penerbangan sepihak, Bpsk akan menindak lanjuti masalah tersebut dengan mempelajari bukti-bukti yang ada, setelah itu BPSK dapat mengeluarkan keputusan dalam bentuk putusan arbitrase. Dalam penyelesaian permasalahan pembatalan penerbangan sepihak ini BPSK bertindak sebagai arbiter yang kewenangannya diatur dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, diantaranya meliputi : a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi; b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen; c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku; d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini; e. Menerima pengaduan, baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen; g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini; i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan palku usaha, saksi, saksi ahli atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memnuhi panggilan Badan Penyelesaian; Universitas Sumatera Utara j. Mendapatkan, meneliti, danatau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan danatau pemeriksaan; k. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian dipihak konsumen; l. Memberitahukan putusan kepada pelaku usah yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; m. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini. Sehingga penyelesaian sengketa pembatalan penerbangan sepihak antara Mandala Airlines dengan konsumennya melalui lembaga BPSK akan menghasilkan putusan yang bersifat final, mengikat kedua pihak serta mempunyai kekuatan hukum yang jelas. Namun, terkadang penyelesaian sengketa pembatalan penerbangan secara sepihak melalui lembaga-lembaga tersebut tidak dapat memuaskan konsumen oleh sebab itu didalam UU Perlindungan konsumen Pasal 45 Ayat 3 disebutkan bahwa penyelesaian sengketa diluar pengadilan tidak menghilangkan tanggung jawab pidana. Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa konsumen jasa penerbangan yang merasa kurang puas dengan hasil penyelesaian sengketa diluar pengadilan terhadap masalah pembatalan penerbangan tersebut dapat mengajukan penyelesaian di lingkungan peradilan umum. Universitas Sumatera Utara B.Penyelesaian Sengketa Antara Penyedia Jasa Dengan Konsumen Jasa Penerbangan di Peradilan Umum Telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsumen jasa penerbangan yang tidak puas dengan hasil penyelesaian sengketa diluar pengadilan dapat mengajukan gugatan perdata maupun tuntutan pidana melalui jalur pengadilan, penyelesaian sengketa terhadap kasus pembatalan penerbangan dapat dilakukan secara perdata maupun secara pidana. 1. Penyelesaian sengketa pembatalan penerbangan secara sepihak di peradilan umum melalui jalur perdata Sengketa pembatalan penerbangan sepihak yang dilakukan Mandala Airlines terhadap konsumennya di sini dibatasi pada sengketa perdata. Masuknya suatu sengketaperkara ke depan pengadilan bukanlah karena kegiatan sang hakim, melainkan karena inisiatif dari pihak yang bersengketa dalam hal ini penggugat baik itu pihak Mandala Airlines ataupun konsumen. Pengadilan yang memberikan pemecahan atas hukum perdata yang tidak dapat bekerja diantara para pihak secara sukarela. Dalam hubungan ini Sajipto Rahardjo mengatakan: 64 64 Yusuf sofie,Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Bandung : Angkasa, 1986 ,Hal 308 “Pembicaraan mengenai bekerjanya hukum dalam hubungan dengan proses peradilan secara konvensional melibatkan pembicaraan tentang kekuasaan kehakiman, prosedur berperkara dan sebagainya”. Universitas Sumatera Utara Istilah “prosedur berperkara” didahului dengan pendaftaran gugatan dikepaniteraan perkara perdata di pengadilan negeri. Sebelumnya, itu berarti surat gugatatan harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu secara teliti dan cermat. Pasal 45 ayat 1 UUPK menyatakan: a. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menylesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. b. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan maupun di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. c. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang. d. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh pihak yang bersengketa. Dari pernyataan Pasal 45 ayat3 jelas seharusnya bukan hanya tanggung jawab pidana yang tetap dibuka kesempatannya untuk diperkarakan, melainkan juga tanggung jawab lainnya. Konsumen jasa penerbangan yang merasa perlu mengajukan tuntutan pidana, diberikan kesempatan untuk mengajukan tuntutan Universitas Sumatera Utara pidana terhadap Mandala Airlines tuntutan pidana ini dapat diajukan secara linear atau bersamaan dengan pengajuan gugatan perdata. Dalam kasus perdata di Pengadilan Negeri, pihak konsumen yang diberikan hak gugatan menurut Pasal 46 UUPK adalah: 1. seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan; 2. sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan bersama; 3. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hokum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi itu adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan melaksanakan kegiatan sesuai anggaran dasarnya; 4. pemerintah danatau instansi terkait jika barang danatau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugiaan materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit. Pada klasifikasi kedua, gugatan dapat dilakukan oleh sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama. Ketentuan ini harus dibedakan dengan gugatan yang mewakilkan kepada orang lain seperti diatur dalam Pasal 123 ayat 1 HIR. Penjelasan Pasal 46 menyebutkan gugatan kelompok ini dengan istilah class action. Pada kasus pembatalan penerbangan yang dilakukan oleh Mandala, konsumen yang merasa dirugikan lebih dari satu orang sehingga ketentuan mengenai pengajuan gugatan class action dalam UU Universitas Sumatera Utara Perlindungan Konsumen. Dapat dipergunakan dalam kasus pembatalan penerbangan sepihak yang dilakukan oleh Mandala Airlines. 65 65 Ibid Dalam pengajuan gugatan dalam sengketa pembatan penerbangan harus diwakilkan oleh kuasa hukum, kuasa hukum inilah yang berwenag untuk menyiapkan gugatan yang akan diajukan ke panitera pengadilan negeri. Sebelum menyusun gugatan, kuasa hukum terlebih dahulu menerima pemberian kuasa dari konsumen untuk memberikan bantuan hukum untuk mewakili kepentingan konsumen di pengadilan. Wujudnya dalam bentuk surat kuasa yang secara jelas dan terperinci menyebutkan untuk apa kuasa itu diberikan. Adanya kekeliruan atau cacat dalam pemberian kuasa dapat mengakibatkan gugatan dinyatakan tidak dapat diterima,sebelum penyusunan surat gugatan hendaknya dipertimbangkan beberapa hal : Pertama, menggali fakta-fakta dari konsumen termasuk siapa saja dari konsumen yang dirugikan atau terlibat dalam sengketa tersebut. Sebelum sengketanya ditangani kuasa hukum biasanya pada waktu mengadu ke organisasi konsumen atau instansi yang berkompeten, konsumen sudah membuat kronologis permasalahan atas inisiatif sendiri, baik secara lisan atau tertulis. Konsumen sangat dianjurkan untuk membuatnya secara tertulis. Kuasa hukum sebaiknya tidak menunjukkan sikap yang paling tahu atas permasalahan konsumen. Bukankah yang mengalami fakta-fakta itu, konsumen sendiri. Jadi kuasa hukum diharapkan tidak menambahkan fakta-fakta yang sebenarnya tidak dialami konsumen. Universitas Sumatera Utara Kedua, mempelajari bukti-bukti yang dimiliki konsumen, termasuk disini surat-surat dan saksi-saksi. Dalam kaitannya dengan masalah pembatalan penerbangan ini bukti yang paling kuat yang dimiliki konsumen adalah tiket yang merupakan alat bukti yang sah dan kuat serta keterangan dari semua penumpang yang mengalami pembatalan penerbangan tersebut. Ketiga, kuasa hukum konsumen hendaknya menggali sejauh mungin hal- hal apa saja yang sudah dilakukan konsumen, misalnya meyurati produsen, wawancara dengan media massaelektonik atau menulis surat pembaca di media massa. Ini penting guna memperhitungkan kemungkinan adanya gugatan balik berupa pencemaran nama baik dari produsen. Keempat, menyangkut kompetensikewenangan mengadili secara absolut maupun kewenangan mengadili secara relatif. Kompetisi relatif ini menyangkut mengenai kewenangan pengadilan yang berlaku sebab, Dalam sengketa pembatalan penerbangan secara sepihak oleh Mandala Airlines tergugatnya berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas PT. Karenanya gugatan diajukan di Pengadilan negeri di daerah hukum domisili PT tersebut. 66 Gugatan yang diajukan konsumen kepada PT Mandala Airlines dapat menggunakan ketentuan yang ada dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa Siapapun yang menimbulkan kerugian mempunyai kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut. Sehingga Konsumen dalam hal ini seluruh penumpang yang dirugikan oleh pembatalan penerbangan tersebut dapat 66 Ibid Universitas Sumatera Utara meminta ganti rugi materi dengan nominal yang tidak dibatasi kepada pihak Mandala. 2. Penyelesaian sengketa pembatalan penerbangan secara sepihak di peradilan umum melalui jalur pidana. Pada kasus pembatalan penerbangan secara sepihak oleh Mandala Airlines konsumen diberikan kesempatan untuk meminta pertanggung jawaban pidana. Dalam hukum pidana dikenal 2 bentuk perbuatan melawan hukum yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan peraturan perundang - undangan tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat. Pelaku pelanggaran berupa kejahatan mendapatkan sanksi berupa pemidanaan sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh peraturan perundangan namun tidak bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat. 67 67 Andi hamzah, Op cit. Telah dijelaskan pada Bab sebelumnya bahwa pembatalan penerbangan secara sepihak merupakan sebuah pelanggaran, sehingga ketentuan serta sanksi pidana yang terdapat didalam KUH pidana tidak dapat dipergunakan, ketentuan yang dapat dipergunakan adalah ketentuan yang diatur dalam UU Perlindungan Konsumen yang berkaitan dengan pidana. Konsumen jasa penerbangan dapat mengadukan pelanggaran pembatalan penerbangan yang dilakukan Mandala kepada Kepolisian Negara republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang kewenangannya diatur dalam Pasal 59 Ayat 1 dan 2. Universitas Sumatera Utara Merekalah yang mempunyai kewenangan untuk melakukan penyidikan, mengumpulkan bukti-bukti, memintai keterangan saksi-saksi yang terkait dengan kasus pembatalan penerbangan yang dilakukan oleh Mandala Airlines, dan menjalankan semua mekanisme yang diatur dalam hukum acara pidana. Apabila terbukti bersalah atas perbuatan pembatalan penerbangan secara sepihak Mandala Dapat dikenai sanksi pidana. Jika dilihat Pada penjelasan Bab sebelumnya bahwa pembatalan penerbangan sepihak yang dilakukan pihak Mandala telah melanggar ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 tentang perbuatan yang dilarang, maka sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada mandala Airlines adalah sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 62 Ayat 1 yang berbunyi : “ Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat 2 dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 dua milyar rupiah” Dari ketentuan yang diatur pada pasal diatas jelas terlihat bahwa pertanggung jawaban Mandala Airlines Atas pembatalan penerbangan jika dilihat dari Ketentuan Sanksi Pidana Pasal 62 Ayat 1 UU Perlindungan Konsumen jelas lebih besar jika dibandingkan dengan ketentuan Refund atau pengembalian uang yang diatur dalam Bab VI UU tentang Tanggung Jawab Pelaku Usaha Pasal 19 Ayat 1 dan 2. Maka dalam kasus pembatalan penerbangan secara sepihak oleh PT Mandala Airlines perlu adanya kejelian dari konsumen dalam menuntut hak- haknya. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN