Hubungan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat Dengan Kualitas Hidup Yang Diukur Dengan SF-36 Pada Pasien Hemodialisis Reguler

(1)

HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36

PADA PASIEN HEMODIALISIS REGULER

TESIS

Oleh

BANGUN TUA SIREGAR NIM : 107101015

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36

PADA PASIEN HEMODIALISIS REGULER

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Penyakit Dalam dan Spesialis Penyakit Dalam dalam Program Studi Ilmu Penyakit Dalam pada

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

BANGUN TUA SIREGAR NIM : 107101015

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis

: HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM

DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN HEMODIALISIS REGULER

Nama Mahasiswa : BANGUN TUA SIREGAR

Nomor Induk Mahasiswa : 107101015

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik- Spesialis Konsenterasi : Ilmu Penyakit Dalam

Menyetujui, Komisi Pembimbing

dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH

Pembimbing Tesis I Pembimbing Tesis II dr.Syafrizal Nasution, Sp.PD

Sekretaris Program Studi Sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam

dr.Zainal Safri, SpPD,SpJP

NIP.19680504 199903 1 001 NIP.19610403 198709 1 dr.Refli Hasan,SpPD,SpJP(K)


(4)

Judul Tesis

: HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM

DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN

HEMODIALISIS REGULER

Nama Mahasiswa : BANGUN TUA SIREGAR

Nomor Induk Mahasiswa : 107101015

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik- Spesialis Konsenterasi : Ilmu Penyakit Dalam

Menyetujui, Komisi Pembimbing

dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH

Ketua Anggota

dr.Syafrizal Nasution, SpPD

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Dekan Sekrtaris Program Studi

dr.Murniati Manik,MSc,Sp.KK,Sp.GK

NIP.19530719198003 2 001 NIP.19540220 198011 001


(5)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : BANGUN TUA SIREGAR

NIM : 107101015


(6)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Bangun Tua Siregar

NIM : 107101015

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Ilmu Penyakit Dalam

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:

HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN

HEMODIALISIS REGULER

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal :

Yang menyatakan


(7)

Telah diuji dan Lulus

Pada tanggal : 29 Oktober 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : DR. dr. Dharma Lindarto, Sp. PD. KEMD Anggota : dr. Refli Hasan, Sp.PD. Sp JP (K)

dr. E.N Keliat, Sp.PD. KP dr Dairion Gatot, Sp.PD. KHOM


(8)

Abstrak

HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN

HEMODIALISIS REGULER

Bangun TuaSiregar, SyafrizalNasution, AbdurrahimLubis Divisi NefrologidanHipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan

Latar Belakang--- Pasien hemodialisis reguler sering menunjukkan fluktuasi kualitas hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi volume cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidupberhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Selamalebihdari 20 tahunterakhir, sejumlahtekniktelahdigunakanuntuk yang terjadi.Salah satu teknik adalah dengan modeling Natrium yaitu dengan memodifikasi konsentrasi Natrium dialisat saat tindakan hemodialisis.Kadar Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui system pada mesin hemodialisis.

Tujuan---Untuk mengetahui hubungan modifikasi Natrium dialisat dengan kualitas hidup yang diukur dengan SF-36 pada pasien hemodialisis

Metode --- Penelitiandilakukanpada 54 pasienpenyakitginjalkronik yang menjalanihemodialisis di ruangInstalansiHemodialisis RSUP H.Adam Malik, keseluruhanpasiendilakukanpemeriksaankadarNatrium serum, pengisiankuesioner SF-36 (menilaikualitashidup) sebelumdansesudahmodifikasiNatriumdialisat. Selanjutnya dianalisis perbedaan serta korelasinya.

Hasil----

Dijumpaihubungankorelasisangatkuatpadakelompokmodifikasiantaraskorkualitas hidup SF-36 dimensikesehatanfisikdenganmodifikasiNatriumdialisatdengannilai r=0,869. Sedangkanskorkualitashidup SF-36 dimensikesehatan mental berkorelasisedangdenganmodifikasiNatriumdialisatdengannilai r=0,339. Begitu juga pada kelompok control didapati korelasi sangat kuat antara skorkualitashidup SF-36 dimensikesehatanfisikdan mental berkorelasi sangat kuat dengan modifikasi Natrium dialisat dengan nilai r=0,932 dan nilai r=0,870.

Kesimpulan---Pada penelitian ini didapati hubungan korelasi yang positif antara modifikasi Natrium dialisat dengan kualitas hidup dimensi kesehatan fisikdan mental padapasienhemodialisis


(9)

Abstract

THECORRELATION BETWEEN SODIUM DIALYSATE MODIFICATION AND QUALITY OF LIFE MEASURED BY SF-36

IN REGULAR HEMODIALYSIS PATIENTS

Bangun Tua Siregar, SyafrizalNasution,Abdurrahim Rasyid Lubis Nephrology and Hypertension Division, Department of Internal Medicine Faculty of Medicine North Sumatera University/Adam Malik Hospital, Medan

Background --- Regular hemodialysis patientsfrequently showed fluctuation of quality of life influenced by several factors such as anaemia, age, body water volume regulation, nutritionalstatus and others. The management of regular hemodialysis patients, besides adequate hemodialysis treatment, measurement of quality of life were also important. Quality of life were associated with morbidity and mortality. More than 20 years, several techniques had been used to reduced the intradialytic symptoms. One of those were sodium modellingby modification of sodium dialysate concentration during hemodialysis session. Sodium dialysate concentration can be regulated by manually and automatically through hemodialysis machine.

Objective--- To evaluate the association of Sodium dialysate modification and Quality of life measured by SF-36 in hemodialysis patients.

Method --- We recruited 54 chronic hemodialysis patients in Hemodialysis Center at Adam Malik hospital. Blood sample for sodium serum were taken and quality of life measurement by SF-36 questioneir before and after sodium dialysate modification was performed to all subjects. Then to evaluate the difference and correlation.

Results --- Positive significant correlation found in modification group between physical and mental health dimension score and sodium dialysate modification with r=0,864 and r=0,594. In control group, positive correlation found between physical and mental health dimension score between sodium dialysate modification with r=0,918 and r=0,890.

Conclusion --- There was positive significant correlation between Sodium dialysate modification and physical and mental health dimension from quality of life in hemodialysis patients.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga senantiasa penulis panjatkankehadirat Allah SWTyang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Ilmu Penyakit Dalam di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar Sp.PD-KGEH yang telah memberikan izin dan menerima penulis untuk mengikuti Program Magister Penyakit Dalam di FK USU. 2. (Alm) dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGHdandr. Refli Hasan,

Sp.PD,Sp.JP(K)selaku Kepala dan Sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini. 3. (Alm) dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH, dandr. Zainal Safri,

Sp.PD,Sp.JP selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam FK-USU yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

4. dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD-KGHselaku Kepala Divisi Nefrologi dan Hipertensi serta dr. Syafrizal Nasution, SpPD selaku pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan,bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini, dan telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran


(11)

membimbing penulis sampai selesainya karya tulis ini. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan.

5. Prof dr. OK. Moehadsyah, Sp.PD-KR,yangtelah bersedia memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti ujian masuk Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam serta bimbingan dan arahan untuk terus berjuang agar penulis bisa mengikuti pendidikan ini. 6. Para guru besar, Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, Prof. Dr.

Bachtiar Fanani Lubis, Sp.PD-KHOM, Prof. Dr. Habibah Hanum, Sp.PD-Kpsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD-KKV, Prof. Dr. Azhar Tanjung, KP-KAI-Sp.MK, Prof. Dr. OK Moehad Sjah, Sp.PD-KR, Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, Sp.PD-KGEH, Prof. Dr. M Yusuf Nasution, Sp.PD-KGH, Prof. Dr. Abdul Majid, Sp.PD-KKV, Prof. Dr. Azmi S Kar, KHOM, Prof. dr. Gontar A. Siregar Sp.PD-KGEH, Prof. Dr. Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K), Prof. Dr. Harun Al Rasyid Damanik, Sp.PD-KGK, yang telah memberikan bimbingan dan teladan selama penulis menjalani pendidikan.

7. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik/ RSU Pirngadi Medan, para guru penulis selama proses pendidikan:

Dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH (alm), Dr. Salli Roseffi Nasution, Sp.PD-KGH (Alm),Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH,

dr. Refli Hasan, Sp.PD,Sp.JP, DR.dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD-KP, Dr. E.N. Keliat, Sp.PD-KP, Dr. Zuhrial Zubir, Sp.PD-KAI,(Alm) Dr. R Tunggul Sukendar, Sp.PD-KGH Dr. Zainal Safri, Sp.PD,Sp.JP, dr. Dairion Gatot, SpPD.KHOMDr.A.Adin St. Bagindo, Sp.PD-KKV, (Alm) dr. Betthin Marpaung, Sp.PD-KGEH, Dr. Mabel Sihombing, Sp.PD-KGEH,DR. Dr. Blondina Marpaung, Sp.PD-KR, DR.Dr. Juwita Sembiring, Sp.PD-KGEH, Dr. Leonardo Dairi, Sp.PD-KGEH, DR.Dr. Rustam Effendi, Sp.PD-KGEH, Dr. Yosia Ginting, Sp.PD-KPTI, Dr.Tambar Kembaren, Sp.PD-KPTI, Dr. Mardianto, Sp.PD-KEMD, Dr. Armon Rahimi, Sp.PD-KPTI,Dr. Pirma Siburian, Sp.PD-KGer, Dr. Savita Handayani, Dr. Saut Marpaung, Sp.PD, Dr. Endang, Sp.PD, Dr. T.


(12)

Abraham, Sp.PD, Dr. Meutia Sayuti, Sp.PD, Dr. Jerahim Tarigan, Sp.PD, Dr. Calvin Damanik, Sp.PD, Dr. Soegiarto Gani, Sp.PD, Dr. Ilhamd, Sp.PD, Dr. Religius Pinem, Sp.PD, Dr. Elyas Tarigan, Sp.PD, Dr. Fransiskus Ginting, Sp.PD, Dr. Alwi Thamrin Nasution, Sp.PD, Sp.PD, Dr. Imelda Rey, Sp.PD, Dr. Deske Muhadi, Sp.PD, Dr. Melati Sylvani Nasution, Sp.PD, Dr Aron M Pase, Sp.PD, Dr. Dewi Murni Sartika, Sp.PD, Dr Medina, Sp.PD, Dr. Restuti Saragih, Sp.PD, Dr. Dina Aprilia Sp.PD, Dr. Sumi Ramadhani, Sp.PD, Dr Anita Rosari, Sp.PD, Dr. Taufik Sungkar, Sp.PD, Dr. Zulkhairi, Sp.PD, Dr. Adlin, Sp.PD, Dr. Radar Radius Tarigan, Sp.PD, Dr Wika Lubis, Sp.PD, dan

Dr. Riri Andri Muzasti, Sp.PD.

8. dr. Taufik Ashar M.K.M, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penyusunan tesis ini.

9. Teman-teman seangkatanpenulis dr.Eva R,dr.Dedi,dr.Erlinda, dr.Hendra, dr.Amaluddin, dr. Faisal, dr. Martin, dr. Siti Fatimah, dr.Nurfatimah, dr.Johannes, dr. Welly, dr. Mira, dr. Nanda, dr.Josep, dr.Fadly, dr.sheenayang memberikan dorongan semangat serta rekan

dan seluruh rekan seperjuangan peserta PPDS yang telah mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan dan kerja sama dalam menjalani kehidupan sebagai residen.

10.Seluruh Perawat Ruang Hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan teman sejawat stase nefrologi dan Hipertensi, tanpa bantuan mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 11.Kepada Syarifuddin Abdullah, Leli H. Nasution, Erjan Ginting, Tika,

Fitri, Deni, Wanti, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Sembah sujud dan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda (Alm) H. Ahmad Siregar dan Ibunda

Hj. Siti Hawa Rambe atas segala jerih payah, pengorbanan, dan kasih sayang tulus telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mendoakan tanpa henti, memberikan dukungan moril dan materiil, serta mendorong penulis dalam


(13)

berjuang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kesehatan, rahmat, dan karunia-Nya. Amin.

Rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya dan setulusnya penulis tujukan kepada ayah mertua (Alm) Drs.H. Tinggi Dalimunthe dan ibu mertua (Alm) Dra.Hj. Ellyanora Panggabean yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dorongan semangat dan nasehat dalam menyelesaikan pendidikan ini, penulis ucapkan terima kasih yang setulusnya.

Kepada istri tercinta Novita Rizky Dalimunthe, SKM dan anak-anakku tersayang Gina Zalfa Salsabilah Siregar, Ghibta Zaky Syakirah siregar, Ghiyats Zada Shadiq Siregar, tiada kata lain yang bisa disampaikan selain rasa terima kasih atas cinta dan kasih sayang serta kesabaran, ketabahan, pengorbanan, dukungan serta doa yang telah diberikan selama ini.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada Kakak dan Abang kandung penulis

Nursaina, Drs.H.Pardamean, Ir.H.Hasudungan, Dra. Sosmegawati (Alm), Bertua, M. Rinaldi, Dian heryanto dan adik kandung penulis Nurmaita serta Abang dan kaka Ipar penulisIr.H. Faisal Gumanti, Ir. Febri MM. Elya Rosa SKM, dr.Irvan Nevri dan adik ipar penulisRendra A. SP serta segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan bantuan moril, semangat dan doa tanpa pamrih selama pendidikan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan pula terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama pendidikan maupun dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Tuhan Yang maha Esa senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita dan masyarakat.

Medan, Oktober 2014


(14)

DAFTAR ISI Abstrak... Halaman i Abstract………... Kata Pengantar... ii iii

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Singkatan dan Lambang... xi

Daftar Lampiran... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang…... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Hipotesis Penelitian... 3

1.4 TujuanPenelitian... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 1.6 Kerangka Konseptual... 3 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Penyakit Ginjal Kronik...…... 2.1 1 Defenisi Penyakit Ginjal Kronik ...

2.1.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal kronik... ... 2.1.3 Penatalaksanaan Penyakit Ginjal kronik... 2.2. Hemodialisis

2.2.1 Cairan Dialisat... ... 2.2.2 Natrium Dialisat... ... 2.2.3 Pengaruh modifikasi kadar Natrium Dialisat terhadap keluhansaat Hemodialisis...

2.3 Kualitas hidup Pasien Hemodialisis Reguler ... 2.3.1 Defenisi ... 2.3.2 Instrument non spesifik / Generik SF- 36...

5 5 5 6 7 8 8 10 11 11 11


(15)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

3.1 Desain Penelitian... 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 3.3 Subjek Penelitian ... 3.4 Kriteria Penelitian ... 3.5 Populasi dan Sampel... 3.6 Bahan dan Prosedur Penelitian ... 3.7 Identifikasi Sampel... 3.8 Etika Penelitian... 3.9 Definisi Operasional... 3.10 Kerangka Operasional... 3.11 Analisis Data ...

14

14 14 14 15 15 16 16 16 17 18 18

BAB IV

BAB V

HASIL PENELITIAN...………...

4.1. Karakteristik Subjek Penelitian…...…..……... 4.2.Skor Kualitas Hidup SF 36 dimensi kesehatan Fisik dan Mental... 4.3.Analisis Hubungan antara Variabel...

P EMBAHASAN...

19

20

20 25

25

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………...

6.1 Kesimpulan………. 6.2 Saran………

28

28 29


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik... 5 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat

Penyakit ... 6 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian... 20 4.2 Skor Kualitas Hidup SF36 Dimensi Kesehatan Fisik dan

Mental Sebelumdan sesudah Modifikasi Kadar Natrium

Dialisat ...…………... 21 4.3 Skor Kualitas Hidup SF36 Dimensi Kesehatan Fisik dan

Mental Sebelumdan sesudah Modifikasi Kadar Natrium

Dialisat Pada Kelompok Modifikasi ... 22 4.4 Skor Kualitas Hidup SF36 Dimensi Kesehatan Fisik dan

Mental Sebelumdan sesudah Modifikasi Natrium


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka konseptual... 4 2.1 Proses Hemodialisis... 7 3.1 Kerangka operasional... 18 4.1 Grafik Scater Plot Hubungan Skor Kualitas Hidup SF 36

dimensi kesehatanFisik dan mental dengan modifikasi


(18)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Pemakaian pertama

kali pada halaman AIDS BB IMT CM DN ECF GNC HD HN KDOQI Kg LFG LVH mEq/L Na PGK PGOI RSUP SB SF-36 SPSS TB UAN Lambang N P X ) 2 / 1 (−α Z

2

) 1 (−β

Z

Acquired Imunodefesiensi Syndrome Indeks Massa Tubuh

Berat Badan

Centi Meter

Diabetes Nefropathy Extra Celuler Fluid

Glomerulus Nefritik Cronis Hemodialisys

Hipertensi nefropathy

Kidney Disease Outcomes Quality Initiative Kilo gram

Laju Filtrasi Glomerulus Left Ventrikel Hipertropy Milli Equivalent per Liter Natrium

Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit Ginjal Obstruktif infeksi Rumah Sakit Umum Pusat

Simpangan Baku

Statistical Package for the Social Sciences Short Form -36

Tinggi Badan

Uric Acid Nefropathy

Jumlah Subyek penelitian Tingkat kemaknaan Chi-SquareDeviat baku α Deviat baku β

Proporsi PGK Pasien Hemodialisis

Perkiraanproporsi PGK pasien Hemodialisis Bedaproporsi 11 17 17 21 21 8 21 18 21 5 21 5 5 1 11 6 21 20 21 2 19 17 21 15 15 20 15 15 15 15 15 0 P a P 0 0 P P


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8

Persetujuan Komisi Etik Penelitian. ... Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian... Surat Persetujuan Setelah Penjelasan... Kertas Kerja Profil Peserta Penelitian... SF-36 Survey Kesehatan... Daftar Riwayat Hidup... Hasil Statistik...………... Master Tabel...

32 33 34

35 36

42 45 55


(20)

Abstrak

HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN

HEMODIALISIS REGULER

Bangun TuaSiregar, SyafrizalNasution, AbdurrahimLubis Divisi NefrologidanHipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan

Latar Belakang--- Pasien hemodialisis reguler sering menunjukkan fluktuasi kualitas hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi volume cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidupberhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Selamalebihdari 20 tahunterakhir, sejumlahtekniktelahdigunakanuntuk yang terjadi.Salah satu teknik adalah dengan modeling Natrium yaitu dengan memodifikasi konsentrasi Natrium dialisat saat tindakan hemodialisis.Kadar Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui system pada mesin hemodialisis.

Tujuan---Untuk mengetahui hubungan modifikasi Natrium dialisat dengan kualitas hidup yang diukur dengan SF-36 pada pasien hemodialisis

Metode --- Penelitiandilakukanpada 54 pasienpenyakitginjalkronik yang menjalanihemodialisis di ruangInstalansiHemodialisis RSUP H.Adam Malik, keseluruhanpasiendilakukanpemeriksaankadarNatrium serum, pengisiankuesioner SF-36 (menilaikualitashidup) sebelumdansesudahmodifikasiNatriumdialisat. Selanjutnya dianalisis perbedaan serta korelasinya.

Hasil----

Dijumpaihubungankorelasisangatkuatpadakelompokmodifikasiantaraskorkualitas hidup SF-36 dimensikesehatanfisikdenganmodifikasiNatriumdialisatdengannilai r=0,869. Sedangkanskorkualitashidup SF-36 dimensikesehatan mental berkorelasisedangdenganmodifikasiNatriumdialisatdengannilai r=0,339. Begitu juga pada kelompok control didapati korelasi sangat kuat antara skorkualitashidup SF-36 dimensikesehatanfisikdan mental berkorelasi sangat kuat dengan modifikasi Natrium dialisat dengan nilai r=0,932 dan nilai r=0,870.

Kesimpulan---Pada penelitian ini didapati hubungan korelasi yang positif antara modifikasi Natrium dialisat dengan kualitas hidup dimensi kesehatan fisikdan mental padapasienhemodialisis


(21)

Abstract

THECORRELATION BETWEEN SODIUM DIALYSATE MODIFICATION AND QUALITY OF LIFE MEASURED BY SF-36

IN REGULAR HEMODIALYSIS PATIENTS

Bangun Tua Siregar, SyafrizalNasution,Abdurrahim Rasyid Lubis Nephrology and Hypertension Division, Department of Internal Medicine Faculty of Medicine North Sumatera University/Adam Malik Hospital, Medan

Background --- Regular hemodialysis patientsfrequently showed fluctuation of quality of life influenced by several factors such as anaemia, age, body water volume regulation, nutritionalstatus and others. The management of regular hemodialysis patients, besides adequate hemodialysis treatment, measurement of quality of life were also important. Quality of life were associated with morbidity and mortality. More than 20 years, several techniques had been used to reduced the intradialytic symptoms. One of those were sodium modellingby modification of sodium dialysate concentration during hemodialysis session. Sodium dialysate concentration can be regulated by manually and automatically through hemodialysis machine.

Objective--- To evaluate the association of Sodium dialysate modification and Quality of life measured by SF-36 in hemodialysis patients.

Method --- We recruited 54 chronic hemodialysis patients in Hemodialysis Center at Adam Malik hospital. Blood sample for sodium serum were taken and quality of life measurement by SF-36 questioneir before and after sodium dialysate modification was performed to all subjects. Then to evaluate the difference and correlation.

Results --- Positive significant correlation found in modification group between physical and mental health dimension score and sodium dialysate modification with r=0,864 and r=0,594. In control group, positive correlation found between physical and mental health dimension score between sodium dialysate modification with r=0,918 and r=0,890.

Conclusion --- There was positive significant correlation between Sodium dialysate modification and physical and mental health dimension from quality of life in hemodialysis patients.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemodialisis adalah modalitas yang paling banyak digunakan di dunia sebagai terapi pengganti ginjal dan memungkinkan pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal untuk menghindari komplikasi akut seperti hiperkalemia, asidosis dan edema paru dengan demikian hidup lebih lama.1

Meskipun tindakan hemodialisis sudah mengalami kemajuan dalam teknologi, namun tindakan tersebut masih memberikan keluhan-keluhan bagi pasien antara lain mual, muntah, kulit kering, kramp, rasa haus, gangguan seksual dan access site.

Mekanisme fisiologis yang dapat menerangkan komplikasi dialysis tersebut masih belum sepenuhnya diketahui, kemungkinan karena perpindahan cairan yang cepat dan gradient osmotik antara cairan intraseluler dan ekstraselular. Saat tindakan ultrafiltrasi, cairan tubuh awalnya dipindahkan dari ruang intravaskular. Jika cairan ultrafiltrasi tidak diisi kembali (refilled) dengan cairan dari ruang ekstravaskular, maka terjadi hipotensi dan kramp. Selanjutnya, penurunan osmolalitas ekstraseluler dapat menyebabkan perbedaan gradient osmotik transien antara ruang ekstraseluler dan intraselular yang mengakibatkan pembengkakan sel (cell swelling). Hal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya disequilibrium dialisis di sistem syaraf pusat, yang menimbulkan keluhan sakit kepala, nausea dan muntah.

2,3

Selama lebih dari 20 tahun terakhir, sejumlah teknik telah digunakan untuk mengurangi keluhan intradialitik yang terjadi. Salah satu teknik adalah dengan modeling Natrium yaitu dengan memodifikasi konsentrasi Natrium dialisat saat tindakan hemodialisis. Selama dialysis, konsentrasi Natrium dialisat berkurang dengan dilusi yang proporsional dari dialisat sampai mencapai kadar isoosmolar (sekitar 138mEq/L) sesuai dengan kadar Natrium pasien.

4

3,4


(23)

Kadar Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui sistem pada mesin hemodialisis. Beberapa studi tentang kadar natrium dialisat telah menunjukkan pengurangan keluhan intradialitik.

Pasien hemodialisis reguler juga sering menunjukkan fluktuasi kualitas hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi volume cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidup berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Penilaian kualitas hidup dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor resiko dan memodifikasi terapi terhadap faktor resiko tersebut.

4

SF-36 telah dipakai secara luas untuk mengevaluasi kualitas hidup pada penyakit-penyakit kronis termasuk penyakit ginjal stadium akhir. SF-36 adalah penilaian kualitas hidup dengan sistem skor yang meliputi 36 pertanyaan dengan 8 skala yaitu (1) fungsi fisik, (2) keterbatasan akibat masalah fisik, (3) perasaan sakit/ nyeri, (4) kesehatan umum, (5) vitalitas, (6) fungsi sosial, (7) keterbatasan akibat masalah emosional, dan (8) kesehatan mental.

5,23

7

Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi kesehatan umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional disebut sebagai dimensi “Kesehatan Mental” (Mental Component Scale), sementara fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/ nyeri, persepsi kesehatan umum dan energi disebut sebagai dimensi “Kesehatan Fisik” (Physical Component Scale). Masing-masing skala dinilai 0-100, dimana skor yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.

5,7

Penelitian yang menghubungkan antara modifikasi kadar Natrium dialisat dengan kualitas hidup menggunakan SF-36 pada pasien-pasien hemodialisis regular, sepengetahuan kami belum ada di Indonesia. Tertarik dengan hal tersebut, kami ingin melakukan penelitian untuk melihat hubungan tersebut pada pasien hemodialisis reguler di Medan khususnya di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adan Malik Medan.


(24)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah, yaitu : Apakah ada hubungan modifikasi kadar Natrium dialisat dengan kualitas Hidup pasien hemodialisis reguler ?

1.3 Hipotesa

Ada hubungan modifikasi kadar Natrium dialisat dengan kualitas hidup pasien hemodialisis reguler.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan modifikasi kadar Natrium dialisat dengan kualitas hidup yang diukur dengan SF-36 pada pasien

hemodialisis reguler dan untuk mengetahui besar hubungan tersebut.

1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan modifikasi kadar natrium dialisat dengan kualitas hidup yang diukur dengan SF-36 pada pasien hemodialisis reguler.

1.5 Manfaat Penelitian

Setelah mengetahui hubungan modifikasi kadar natrium dialisat dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis reguler, maka hasil penelitian ini akan memiliki manfaat :

a. Sebagai masukan bagi praktisi medis dalam upaya memperbaiki kualitas hidup pasien hemodialisis reguler dengan menerapkan kadar Natrium mesin hemodialisis sesuai kadar Natrium plasma.

b. Sebagai dasar bagi penelitian-penelitian berikutnya yang juga berhubungan dengan modifikasi kadar natrium dialisat.


(25)

1.6 KERANGKA KONSEPTUAL

Pasien Hemodialisis Reguler

Modifikasi kadar natrium dialisat sesuai kadar natrium

plasma pasien

Kualitas hidup diukur denganSF-36

Hipertensi

Asidosis Edema paru LVH


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 PENYAKIT GINJAL KRONIK

2.1.1 Definisi Penyakit Ginjal Kronik (NKF/KDOQI, 2004)

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, yang umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Sedangkan gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, dimana akan memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Kriteria PGK dapat dilihat pada table 2.1

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik

1. Kerusakan ginjal yang terjadi >3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi:

a. kelainan patologis

b. terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin,atau kelainan dalam tes pencitraan

2. LFG <60ml/mnt/1,73m2 ginjal.

selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan

2.1.2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (NKF/KDOQI, 2004)

PGK diklasifikasikan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:

LFG (ml/mnt/1,73m2) =

72 X kreatinin plasma (mg/ml) (140-umur) x berat badan *)


(27)

Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit

Derajat Penjelasan

(ml/mnt/1,73m2

) LFG

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90 2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59 4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau

dialysis

2.1.3 Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik.9

Penatalaksanaan PGK meliputi:

a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid

c. Memperlambat perburukan fungsi ginjal

d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular

e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

f. Terapi pengganti ginjal

Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement Therapy) diperlukan pada penderita PGK stadium terminal, ketika LFG <15 ml/mnt/1,73m2, dimana ginjal tidak dapat mengkompensasi kebutuhan tubuh untuk mengeluarkan zat-zat sisa hasil metabolisme yang dikeluarkan melalui pembuangan urin, mengatur keseimbangan asam-basa dan keseimbangan cairan serta menjaga kestabilan dalam lingkungan.8

Tujuan terapi pengganti ginjal untuk mempertahankan kehidupan, meningkatkan kualitas hidup sehingga penderita dapat beraktifitas seperti biasa serta mempersiapkan transplantasi ginjal apabila memungkinkan.' Terapi pengganti ginjal yang tersedia saat ini ada 2 pilihan: dialisis dan transplantasi ginjal. Ada 2 metode dialisis yaitu hemodialisis dan peritoneal dialisis.9


(28)

2.2 HEMODIALISIS

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih oleh para penderita Penyakit Ginjal Kronik stadium terminal. Dalam suatu proses HD, darah penderita dipompa oleh mesin ke dalam kompartemen darah pada dialyzer. Dialyzer mengandung ribuan serat sintetis yang berlubang kecil ditengahnya. Darah mengalir di dalam lubang serat sementara dialisat mengalir diluar serat, sedangkan dinding serat bertindak sebagai membran semipermeabel tempat terjadinya proses ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terjadi dengan cara meningkatkan tekanan hidrostatik melintasi membran dialyzer dengan cara menerapkan tekanan negatif kedalam kompartemen dialisat yang menyebabkan air dan zat-zat terlarut berpindah dari darah kedalam cairan dialisat untuk selanjutnya dibuang.8


(29)

2.2.1 Cairan Dialisat

Cairan dialisat adalah suatu cairan pembersih yang digunakan dalam bahan-bahan kimia yang serupa dengan yang terdapat dalam tubuh manusia.

Komposisi dialisat dan persiapan bersama dengan penggunaan dialisat merupakan salah satu topik yang paling menarik dalam nefrologi, di mana kemungkinan bisa ber inovatif dan perbaikan yang beragam. Selain itu, belajar tentang seni dan ilmu dari penciptaan dialisat adalah salah satu cara terbaik untuk lebih memahami proses patofisiologis yang mendasari asam basa, cairan, elektrolit, serta kelainan tekanan darah. Di sisi lain, pengetahuan yang mendalam tentang proses patofisiologis di atas sangat akan meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar di mana dialisat yang dihasilkan.

10

10

2.2.2 Natrium Dialisat

Dari semua elektrolit dalam plasma manusia, Natrium adalah yang paling banyak (natrium plasma normal adalah 138 mmol/L dan disertai dengan angka yang sesuai anion). Akibatnya, tingkat osmolalitas plasma ( normal menjadi 287 mmol/kg ) terkait erat dengan nilai natrium plasma. Perlu dicatat bahwa tingkat dialisat natrium menentukan tidak hanya pertukaran natrium antara dialisat dan plasma, antara plasma dan cairan ekstraselular (ECF), tetapi juga pertukaran antara air dialisat dan plasma, antara plasma dan ECF, dan antara ECF dan intraselulernya.

Pada awal hemodialisis, dialiser koil yang digunakan pada saat itu tidak bisa menahan tekanan hidrostatik transmembran tinggi dengan baik, penghapusan air selama dialisis telah dicapai dengan menggunakan sejumlah besar glukosa ( misalnya, lebih dari 1.800 mg/dL) pada dialisat, mengambil keuntungan dari proses yang dikenal sebagai ultrafiltrasi osmotik. Karena konsentrasi air dalam plasma kemudian lebih tinggi daripada dalam dialisat (osmolalitas yang lebih tinggi pada dialisat dari dalam plasma), air akan mengalir dari plasma ke dialisat. Oleh karena itu, jika dialisat isonatrik itu harus digunakan, hipernatremia akan selalu terjadi. Akibatnya, selama hari awal, konsentrasi Natrium dialisat yang sengaja tetap rendah, misalnya dalam urutan 126-130 mmol/L.

10


(30)

Selanjutnya, bagaimanapun, membran lebih tahan yang dapat menahan tekanan transmembran tinggi dikembangkan. Membran yang baru dimasukkan ke dalam piring dan kapiler dialyzers dengan tertutup kompartemen dialisat, sehingga memungkinkan untuk mengeluarkan cairan dengan mengubah tekanan transmembran. Proses terakhir ini dikenal sebagai ultrafiltrasi hidrostatik. Dengan teknik baru ini, kebutuhan untuk meningkatkan konsentrasi glukosa dialisat tidak lagi ada. Pendekatan menurunkan konsentrasi glukosa dialisat bertepatan dengan yang mengangkat tingkat dialisat natrium (misalnya, menjadi antara 130 dan 137 mmol / L ).

Terlepas dari penghapusan produk limbah, tujuan penting dari dialisis adalah untuk membuang natrium dan air keuntungan yang diperoleh selama interval interdialitik sebelumnya tanpa membuat perubahan signifikan dalam konsentrasi natrium plasma. Volume ultrafiltrasi yang sesuai dengan jumlah natrium dan air terakumulasi selama periode interdialitik demikian diperlukan (dengan asumsi bahwa pasien telah mencapai status '' kering ''). Selain ultrafiltrasi yang tepat, dalam rangka memenuhi tujuan di atas, dialisat dengan konsentrasi natrium yang tepat harus digunakan. Dengan ultrafiltrasi hidrostatik , natrium akan dihapus pada tingkat yang erat mirip dengan air, sehingga memungkinkan tingkat natrium plasma tetap relatif konstan. Perlu dicatat bahwa mayoritas natrium dan air dihilangkan dengan ultrafiltrasi dibandingkan dengan difusi.

10

Kadar Natrium pada cairan dialisat memainkan peranan penting dalam refill volume darah dari kompartemen interstisial. Pengembalian volume darah dari interstisial ke dalam kompartemen intravaskular akan rendah bila status hidrasi dari interstisial juga rendah.

10

Semakin tinggi konsentrasi Natrium pada cairan dialisat, maka cairan akan bergerak dari kompartemen intraselular, sedangkan konsentrasi Natrium yang rendah, disequilibrium antara kompartemen intraselular dan ekstraselular akan terjadi. Oleh karena itu, dialisis dengan kadar Natrium yang rendah, pengembalian volume darah dari kompartemen interstisial akan terganggu, oleh karena normalnya cairan akan bergerak dari interstisial kedalam kompartemen intraselular, sementara dengan kadar Natrium dalam dialisat, cairan akan bergerak dari intraselular ke dalam kompartemen interstisial, yang pada gilirannya akan


(31)

mempengaruhi pengembalian volume darah dari interstisial kedalam kompartemen intravaskular.10

2.2.3 Pengaruh modifikasi kadar Natrium Dialisat terhadap keluhan- keluhan saat hemodialisis (Hemodialysis-Related Symptoms)

Pada penelitian yang dilakukan oleh George Lam Sui Sang dan kawan-kawan, mereka meneliti modifikasi Natrium (sodium ramping) dari 414 sesi hemodialisis pada 23 pasien secara acak dari kadar Natrium dialisat tetap yaitu 140 mEq/L, modifikasi linear dari 155 mEq/L menjadi 140 mEq/L atau berkala dari 155 mEq/L selama 3 jam dan 140 mEq/L selama 1 jam. Dari hasil penelitian didapatkan tidak ada perbedaan bermakna antara kedua protokol modifikasi Natrium dialisat dibandingkan dengan standar dialysis, yaitu berkurangnya efek samping (kramp, mual, muntah, sakit kepala) dan jumlah episode hipotensi namun meningkatnya keluhan interdialitik (fatigue, rasa haus), berat badan dan hipertensi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh davenport dan kawan-kawan, mereka meneliti 2187 pasien dengan hemodialisis reguler 3 kali seminggu, pada peresepan dialisat dengan konsentrasi Natrium 140 mmol/L dan > 140 mmol/L didapatkan 13,5% pasien hemodialisis menggunakan dialisat tinggi Natrium mengeluhkan hipotensi intradialisis dan membutuhkan resusitasi cairan, dibandingkan dengan pasien hemodialisis dengan dialisat Natrium lebih rendah sebesar 2,7%.

11,12

Santos dan peixoto pada penelitiannya didapatkan hasil bahwa peresepan dialisat rendah Natrium menurunkan rasa haus pasien, IDWG, dan tekanan darah pada pasien dengan hemodialisis reguler.

12,22

Depaula dan kawan-kawan mendapatkan hasil dari penelitiannya bahwa ada penurunan yang signifikan dalam berat badan interdialytic (2,91 +/- 0,87 kg vs 2,29 + / -0,65 kg, P <0,001), nilai haus interdialytic, dan episode hipotensi intradialytic dalam individual Na (+) periode dibandingkan dengan fase standar.

13


(32)

2.3 Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Reguler 2.3.1 Definisi

Kualitas hidup adalah kumpulan beberapa hal seperti : kesejahteraan material, kesehatan, produktivitas, keakraban, keamanan, kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan emosional yang dinilai baik secara obyektif (menurut nilai-nilai kultural) maupun subyektif (kepuasan yang diukur secara individu).15

Penilaian kualitas hidup umumnya dilakukan pada penyakit-penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, asma, keganasan, AIDS dan penyakit ginjal tahap akhir, karena pada penyakit-penyakit tersebut kualitas hidup dapat berubah baik akibat pengaruh terapi jangka panjang maupun jangka pendek.

Terdapat berbagai instrument untuk mengukur kualitas hidup, umumnya terdiri dari instrument nonspesifik/generik (misal SF-36) dan instrument spesifik (disease specific).

15

15

2.3.2 Instrumen non spesifik/generik SF-36

SF-36 merupakan instrumen non spesifik yang biasanya digunakan

Pada hampir semua penelitian penyakit kronis dan bisa juga digunakan untuk menilai kualitas hidup pada populasi yang sehat. SF-36 telah terbukti dapat dipakai untuk menilai kualitas hidup penderita penyakit kronis termasuk pasien hemodialisis.

7,16

SF-36 berisi 36 pertanyaan yang terdiri dari 8 skala antara lain 17 :

a. Fungsi fisik (Physical Functioning)

Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan aktivitas seperti berjalan, menaiki tangga, membungkuk, mengangkat, dan gerak badan. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan melakukan semua aktivitas fisik termasuk latihan berat.


(33)

b. Keterbatasan akibat masalah fisik (Role of Physical)

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan masalah terhadap aktivitas sehari-hari, antara lain tidak dapat melakukannya dengan sempurna, terbatas dalam melakukan aktivitas tertentu atau kesulitan di dalam melakukan aktivitas. Nilai tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan masalah terhadap pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.

c. Perasaan sakit/ nyeri (Bodily Pain)

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas rasa nyeri dan pengaruh nyeri terhadap pekerjaan normal baik di dalam maupun di luar rumah. Nilai yang rendah menunjukkan rasa sakit yang sangat berat dan sanga membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada keterbatasan yang disebabkan oleh rasa nyeri.

d. Persepsi kesehatan umum (General Health)

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan termasuk kesehatan saat ini, ramalan tentang kesehatan dan daya tahan terhadap penyakit. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri sendiri yang sangat baik.

e. Energi/ Fatique (Vitality)

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan, capek, dan lesu. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah, capek, dan lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh semangat dan berenergi. f. Fungsi sosial (Social Functioning)

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kesehatan fisik atau masalah emosional yang menggangu aktivitas sosial normal. Nilai yang rendah menunjukkan gangguan yang sering. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak adanya gangguan.


(34)

g. Keterbatasan akibat masalah emosional (Role Emotional)

Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan masalah emosional mengganggu aktivitas termasuk menurunnya waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas, pekerjaan menjadi kurang sempurna, dan bahkan tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak adanya gangguan aktivitas karena masalah emosional.

h. Kesehatan mental (Mental Health)

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan mental secara umum termasuk depresi, kecemasan, dan kebiasaan mengontrol emosional. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan tegang dan depresi sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan tenang, bahagia.

Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi kesehatan umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional disebut sebagai dimensi “Kesehatan Mental” (Mental Component Scale), sementara fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/ nyeri, persepsi kesehatan umum dan energi disebut sebagai dimensi “Kesehatan Fisik” (Physical Component Scale). Masing-masing skala dinilai 0-100, dimana skor yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.5,23

Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, peniaian terhadap kualitas hidup merupakan faktor utama disamping tindakan hemodialisis yang adekuat. Kualitas hidup berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Penilaian kualitas hidup dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor resiko dan memodifikasi terapi terhadap faktor resiko tersebut.5,23


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian Eksperimental dengan rancangan case control yaitu membandingkan beberapa parameter sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat

Penelitian dilakukan di unit hemodialisis Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

3.2.2 Waktu

Pengambilan sampel dilakukan mulai periode Juli 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Subjek Penelitian

Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam Malik mulai periode Juli 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.4 Kriteria Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi

Penderita PGK dengan Hemodialisis reguler ≥ 3 bulan , usia ≥ 17 tahun bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Pasien yang tidak bersedia dilakukan pemeriksaan, hemodialisis tidak teratur dan mengalami komplikasi selama penelitian berlangsung.


(36)

3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

3 .5.2 Sampel

Penderita PGK dengan hemodialisis yang sesuai kriteria besar sampel. Besar sampel

(

)

(

)

2 2 ) 1 ( ) 2 / 1

( (1 ) ) (1 )

a o a a o o P P P P Z P P Z n − − + −

≥ −α −β

Dimana :

= deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96

= deviat baku alpha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282

= proporsi PGK dengan Hemodialisis 0,029

= perkiraan proporsi PGK dengan Hemodialisi yang diteliti, (sumber)

sebesar = 0,229

= beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,20

Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 27 orang. )

2 / 1 (−α

Z α

) 1 (−β

Z β 0 P a P 0 0 P P


(37)

3.6 Bahan dan Prosedur Penelitian

a. Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan untuk mengikuti penelitian.

b. Dicatat nama, umur, jenis kelamin, berat badan (BB), tinggi badan (TB, lama menjalani hemodialisis, Diagnosa PGK, dilakukan pengukuran IMT

c. Dilakukan penilaian kualitas hidup dengan menggunakan formulir SF-36

d. Pemeriksaan Laboratorium kadar Natrium plasma Predialisis e. Dilakukan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat sesuai kadar natrium

plasma pasien dengan menggunakan Formula: Kadar Na Dialisat lebih rendah 5 mEq/L jika kadar Na Plasma 139-140 mEq/L, 4 mEq/L jika 137-138 mEq/L, 3 mEq/L jika 135-136 mEq/L dan 2 mEq/L jika < 135 mEq/L

f. Pasien menjalani hemodialisis

g. Dilakukan penilaian kualitas hidup dengan formulir SF-36 setelah 1 bulan modifikasi kadar Natrium dialisat.

3.7 Identifikasi Sampel

3.7.1 Variabel bebas : Modifikasi kadar Natrium dialisat

3.7.2 Variabel tergantung : Kualitas hidup yang diukur dengan SF-36

Sebelum dan sesudah dilakukanmodifikasi Kadar Natrium dialisat.

3.8 Etika Penelitian

Ethical Clearance ( izin untuk melakukan penelitian ) diperoleh dari komite penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD-KKV,SpJP (K) pada tanggal 10 Juli 2014 dengan nomor 338/ KOMET/FKUSU/2014. Informed consent dari subjek penelitian yang bersedia untuk ikut.


(38)

3.9 Definisi Operasional

Penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis (PGK-HD) yaitupenyakit ginjastadium akhir berdasarkan data dari rekam medis yang telah menjalani

hemodialisis selama ≥ 3 bulan.

Modifikasi Kadar Natrium Dialisat adalah suatu tekhnik hemodialisis dengan cara menyesuaikan kadar natrium Dialisat dengan kadar Natrium Plasma.

Kualitas Hidup : kumpulan beberapa hal,seperti : Kesejahteraan material,

kesehatan, produktivitas, keakraban, keamanan, kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan emosional yang dinilai baik secara obyektif (menurut nilai-nilai kultural) maupun subyektif, kepuasan yang diukur secara individu.

SF-36 : Instrumen non spesifik/generik untuk penilaian kualitas hidup Penderitapenyakit kronis termasuk penyakit ginjal kronik dengan HD . SF-36 berupa sistem skor yang meliputi 36 pertanyaan dengan 8 skala yaitu (1) fungsi fisik, (2) keterbatasan akibat masalah fisik, (3) perasaan sakit/ nyeri, (4) kesehatan umum, (5) vitalitas, (6) fungsi sosial, (7) keterbatasan akibat masalah emosional, dan (8) kesehatan mental. kemudian masing-masingskala disimpulkan menjadi dua dimensi yaitu dimensi kesehatan fisik dan dimensi kesehatan mental. SF-36 diberi skor 0 sampai 100, dimana skor yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.


(39)

3.10 Kerangka Operasional

3.11 Analisis Data

Univariat untuk memperoleh gambaran distribusi rerata, standar deviasi masing-masing variabel.

Untuk menguji perbedaan skor SF 36 kesehatan fisik dan kesehatan mental sebelum dan sesudah modifikakasi pada kelompok modifikasi dan kontrol digunakan uji Mann Whitney dan uji wilcoxon

Untuk melihat Hubungan Skor SF36 sebelum dan sesudah Kesehatan Fisik dan Kesehatan Mental pada Kelompok Modifikasi dan Kontrol

menggunakan uji Korelasi Spearman.

Data diolah dengan menggunakan Program SPSS versi 19.0 dengan batas kemaknaan p < 0.05

Pasien PGK dengan Hemodialisis

Dicatat : Identitas, umur, jenis

kelamin,TB,BB,IMT,Lama HD,Diagnosa

Kualitas Hidup diukur dengan SF-36 Sebelum Modifikasi kadar

Natrium Dialisat

Sesudah Modifikasi kadar Natrium Dialisat

Kriteria Inklusi

Kualitas Hidup diukur dengan SF-36


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Telah dilakukan penelitian dengan cara eksperimental dengan rancangan case control diruang Instalasi Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Juli-Agustus 2014. Secara keseluruhan, terdapat 54 orang pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Karakteristik klinis dasar subyek penelitian dapat dilihat pada table 4.1.

Dari hasil randomisasi dengan menggunakan tabel acak diperoleh 30 pasien dilakukan modifikasi kadar natrium dialisat (Kelompok Modifikasi) dan sebanyak 24 pasien tidak dilakukan modifikasi (Kelompok Kontrol).

Pasien di kedua kelompok kebanyakan berjenis kelamin perempuan, sebanyak 19 pasien (63,3%) di kelompok modifikasi dan 18 pasien (75%) pada kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan yanng signifikan kedua kelompok berdasarkan jenis kelamin (p=0,359). Rerata umur kedua kelompok tidak berbeda secara bermakna (p=0,902), dimana pada kelompok modifikasi dengan rerata umur 50,73 tahun dan kontrol 51,13 tahun. Rerata tinggi dan berat badan kelompok modifikasi adalah 161,67 cm dan 58,37 kg sedangkan di kelompok kontrol 162,38 cm dan 57,5 kg dan tidak berbeda secara bermakna (p=0,683, p=0,782) .

Diagnosis terbanyak di kedua kelompok adalah Penyakit ginjal hipertensi (Hipertensi Nefropati), kelompok modifikasi sebanyak 13 pasien (43,3%) dan kelompok kontrol sebanyak 14 orang (58,3%). Dari hasil pengukuran terhadap IMT ditemukan rerata IMT pada kelompok modifikasi 22,19 kg/m2 dan kelompok kontrol 21,67 kg/m2

Rerata lama HD pada kelompok modifikasi adalah 30,77 bulan dan kelompok kontrol 24,71 bulan dan tidak berbeda secara bermakna (p=0,486).

. Tidak ada perbedaan bermakna IMT pada kedua kelompok (p=0,559).

Kadar awal Natrium serum rerata pada kelompok modifikasi 135,33 mEq, kelompok kontrol 136,42 mEq dan tidak berbeda secara bermakna (p=0,133).


(41)

Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian

Karakteristik Modifikasi

(n=30)

Kontrol (n=24)

P

Jenis Kelamin

Laki-laki 11 (36,7) 6 (25) 0,359

Perempuan

a 19 (63,3) 18 (75)

Umur, rerata (SB), tahun 50,73(12,26) 51,13 (10,72) 0,902 Tinggi Badan, rerata (SB), cm

b 161,67 (6,73) 162,38 (5,71) 0,683 Berat Badan, rerata (SB), kg

b 58,37 (9,95) 57,51 (12,68) 0,782 Diagnosis, n (%)

b

DN 4 (13,3) 4 (16,7) 0,453

GNC

a 5 (16,7) 3 (12,5)

HN 13 (43,3) 14 (58,3)

PGOI 7 (23,3) 2 (8,3)

PNC 0 1 (4,2)

UAN 1 (3,3) 0

IMT, rerata (SB), kg/m2 22,19 (3,37) 21,67 (3,92) 0,559 Lama HD, rerata (SB), bulan

b 30,77 (27,51) 24,71 (22,78) 0,486 Natrium, rerata (SB), mEq

c 135,33 (2,54) 136,42 (2,65) 0,133b

a

Chi Square, b T independent, c Mann Whitney

4.2. Skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental

Dari hasil penelitian sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi dan kontrol, beberapa parameter didapati berbeda bermakna dengan skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental sesuai uji analisis yang telah dilakukan.

Parameter dimensi kesehatan fisik yang dinilai dengan SF-36 setelah dilakukan modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi lebih tinggi (rerata skor 48,72; SB=10,1) dibandingkan kelompok kontrol (rerata skor 43,24;


(42)

SB=11,36) dan berbeda secara bermakna dengan uji Mann Whitney (p=0,014). Sedangkan untuk parameter dimensi kesehatan mental setelah dilakukan modifikasi Natrium dialisat pada kelompok kontrol lebih tinggi (rerata skor 48,08; SB=8,94) dibandingkan kelompok modifikasi (rerata skor 47,96; SB=5,49), namun tidak berbeda secara bermakna dengan uji Mann Whitney (p=0,814).(Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Skor Kualitas Hidup SF-36 Dimensi Kesehatan Fisik dan Mental Sebelum dan sesudah Modifikasi Natrium Dialisat

Skor Kualitas Hidup SF-36 Modifikasi (n=30)

Kontrol (n=24)

Nilai P

SF-36 Dimensi Kes. Fisik, Pre-Modifikasi, rerata (SB)

47,19 (10,11) 42,99 (13,11) 0,088

SF-36 Dimensi Kes.Mental, Pre-Modifikasi, rerata (SB)

46,26 (5,27) 46,41 (12,19) 0,503

SF-36 Dimensi Kes. Fisik, Post-Modifikasi, rerata (SB)

48,72 (10,1) 43,24 (11,36) 0,014*

SF-36 Dimensi Kes. Mental, Post-Modifikasi, rerata (SB)

47,96 (5,49) 48,08 (8,94) 0,814

Uji paired T (T berpasangan) digunakan untuk membandingkan skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi. Dari uji ini didapatkan perbedaan bermakna skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi (p=0,032). Sedangkan, untuk skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan mental tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,068). (Tabel 4.3).


(43)

Tabel 4.3 Skor kualitas hidup SF-36 Dimensi kesehatan fisik dan mental sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi

Skor kualitas hidup SF-36 Modifikasi (n=30)

Nilai P

SF-36 Dimensi Kes. Fisik, pre-modifikasi, rerata (SB) 47,19 (10,11) 0,032* SF-36 Dimensi Kes. Fisik, post-modifikasi, rerata (SB) 48,72 (10,1)

SF-36 Dimensi Kes. Mental, pre-modifikasi, rerata (SB) 46,26 (5,27) 0,068 SF-36 Dimensi Kes.Mental, post-modifikasi, rerata (SB) 47,96 (5,49)

Pada kelompok kontrol digunakan uji Wilcoxon untuk membandingkan skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat.

Dari uji ini didapatkan perbedaan bermakna skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan mental sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok kontrol (p=0,01) dimana rerata skor SF-36 dimensi kesehatan mental pre-modifikasi 46,11 (SB=12,19) dan post-modifikasi 48,08 (SB=8,94). Sedangkan, untuk skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,452). (Tabel 4.4).


(44)

Tabel 4.4 Skor kualitas hidup SF-36 Dimensi kesehatan fisik dan mental Sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok kontrol

Skor kualitas hidup SF-36 Kontrol (n=24)

Nilai P

SF-36 Dimensi Kes. Fisik, pre-modifikasi, rerata (SB) 42,99 (13,11) 0,452 SF-36 Dimensi Kes. Fisik, post-modifikasi, rerata (SB) 43,24 (11,36)

SF-36 Dimensi Kes. Mental, pre-modifikasi, rerata (SB) 46,41 (12,19) 0,01* SF-36 Dimensi Kes. Mental, post-modifikasi, rerata (SB) 48,08 (8,94)

4.3. Analisis Hubungan antar variabel

Dari hasil analisis hubungan antara modifikasi Natrium dialisat dengan skor kualitas hidup dimensi kesehatan fisik dan mental yang dinilai dengan SF 36 pada keseluruhan pasien, beberapa parameter berkorelasi positif bermakna dengan dimensi kesehatan fisik dan mental.

Dilakukan uji Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental dengan modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi dan kontrol.


(45)

Gambar 1. Grafik Scatter Plot Hubungan Skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental dengan modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi


(46)

BAB V PEMBAHASAN

Pasien hemodialisis reguler sering menunjukkan fluktuasi kualitas hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi volume cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidup berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Selama lebih dari 20 tahun terakhir, sejumlah teknik telah digunakan untuk mengurangi keluhan intradialitik yang terjadi. Salah satu teknik adalah dengan modeling Natrium yaitu dengan memodifikasi konsentrasi Natrium dialisat saat tindakan hemodialisis. Kadar Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui sistem pada mesin hemodialisis.

Dalam penelitian ini kami meneliti pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis tanpa memandang etiologi dari penyakit ginjal dan obat-obatan yang digunakan. Penelitian dilakukan secara acak (randomisasi) terhadap pasien hemodialisis untuk mengelompokkan pasien menjadi 2 kelompok yaitu pasien yang mendapat perlakuan modifikasi Natrium dialisat berdasarkan kadar Natrium serum awal (Kelompok modifikasi) dan kelompok yang tidak mendapat perlakuan modifikasi Natrium dialisat (Kelompok kontrol).

3,4

Dari hasil pengukuran yang kami lakukan tidak terdapat perbedaan nilai karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, IMT pasien. Begitu juga dengan lamanya pasien sudah menjalani hemodialisis dan kadar Natrium serum awal tidak didapati perbedaan secara bermakna antara kedua kelompok. Rerata lama HD pada kelompok modifikasi adalah 30,77 bulan dan kelompok kontrol 24,71 bulan (p=0,486). Rerata Kadar awal Natrium serum pada kelompok modifikasi 135,33 mEq, kelompok kontrol 136,42 mEq (p=0,133).

Dengan memakai uji Mann Whitney pada keseluruhan pasien didapatkan adanya perbedaan bermakna antara parameter dimensi kesehatan fisik pada kelompok modifikasi (rerata skor 48,72; SB=10,1) dibandingkan kelompok kontrol (rerata skor 43,24; SB=11,36) (p=0,014). Namun untuk parameter dimensi


(47)

kesehatan mental tidak berbeda secara bermakna antara kedua kelompok (p=0,814).

Bila dianalisis lebih jauh pada masing-masing kelompok didapati pada kelompok modifikasi dengan uji paired T (T berpasangan) perbedaan bermakna skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat (p=0,032), sedangkan, untuk skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan mental pada kelompok modifikasi tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,068). Sebaliknya pada kelompok kontrol skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan mental didapatkan perbedaan bermakna dengan uji Wilcoxon (p=0,01), sedangkan untuk skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,452).

Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian dilakukan oleh George Lam Sui Sang, didapatkan antara kedua protokol modifikasi Natrium dialisat dibandingkan dengan standar dialysis, yaitu berkurangnya efek samping (kramp, mual, muntah, sakit kepala) dan jumlah episode hipotensi namun meningkatnya keluhan interdialitik (fatigue, rasa haus), berat badan dan hipertensi.11

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa adanya korelasi positif kualitas hidup baik dimensi kesehatan fisik dan mental pasien hemodialisis dengan modifikasi Natrium dialisat sesuai uji Korelasi Spearman. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di tempat yang sama nilai kualitas hidup SF-36 oleh Lina et all (2008), adalalah 43,8 % + 14,7% untuk dimensi kesehatan fisik dan 51,9 %

+ 15,2 % untuk dimensi kesehatan mental.

Penelitian ini masih belum dapat digunakan sebagai alat ukur prognostik yang dibandingkan antara sebelum modifikasi Natrium dialisat dengan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

7

Studi ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: Pertama, populasi penelitian yang kecil, hanya dilakukan pada 1 rumah sakit pusat. Kedua, penelitian ini tidak membahas secara lebih detail mengenai penyebab terjadinya peningkatan kualitas hidup pada setiap skor SF-36 yang didapat. Ketiga, studi ini hanya meneliti pada 2 waktu saja, yaitu sebelum modifikasi Natrium dialisat dan setelah 1 bulan modifikasi Natrium dialisat. Keempat, pada penelitian ini


(48)

pemeriksaan kadar Natrium setelah modifikasi tidak dilakukan. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan penelitian yang bersifat multicenter.


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Diperlukan modifikasi Natrium dialisat dalam peningkatan kualitas hidup terutama dimensi kesehatan fisik pada pasien hemodialisis.

2. Hubungan antara skor kualitas hidup SF-36 baik dimensi fisik dan mental berkorelasi positif dengan modifikasi Natrium dialisat secara statistik. 3. SF-36 merupakan kuesioner praktis dan konsisten untuk mengukur

kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani tindakan hemodialysis, meskipun masih diperlukan keabsahannya.

6.2 Saran

1. Pasien hemodialisis regular sebaiknya dilakukan pemeriksaan Natrium serum setiap bulan untuk dapat memodifikasi Natrium dialisat yang digunakan sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.

2. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar, multicenter, dan penelitian yang memantau dalam waktu tertentu.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dunlop JL, Vandals AC, Rashme DZ,: Rationale and design of the Natrium Lowering In Dialysate (SOLID) trial: a randomised controlled trial low versus standard dialysate Natrium concentration during hemodialysis for regression of left ventricular mass. BMC Nephrology 2013 : 14:149

2. Jenson BM, Dobbe SA, Squillace DP, McCarthy JT: Clinical benefits of High and variable sodium concentration dialysate in hemodialysis patients. ANNA J 1994, 21(2): 115–120.

3. Martinez-Vea A, Garcia C, Gaya J, Rivera F, Oliver JA: Abnormalities of Thirst regulation in patients with chronic renal failure on hemodialysis. Am J Nephrol 1992, 12(1– 2):73–9

4. Sadowski RH, Allred EN, Jabs K: Sodium modeling ameliorates Intradialytic and interdialytic symptoms in young hemodialysis patients. J Am Soc Nephrol 1993, 4(5):1192– 8

5. Izhar H.K comorbidity : the mayor challenge for survival and quality of life in end stage renal disease. Neprol Dial Transplant : 1998: 2622-8 6. Fischbach M, Tarral E, Geisert J: Sequential hypertonic hemodialysisIn

children. Pediatri Nephrol 1988,2(4):442–446.

7. Zadeh KK, Kopple JD, Blok G, Humphreys MH : Association among SF 36 quality of life measures and nutrition, hospitalization and mortality in hemodyalisis. J of the American Society of Nephrology, 2003 : 12 : 2797-2806

8. Suharjono, Susalit E, Hemodialisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2009 : 1050-2.

9. Suwitra K, Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2009


(51)

10.Sam RI, Vaseemuddin, Leong WH,: Composition and clinical use of hemodialysates. Hemodialysis International 2006; 10: 15–28.

11.George Lam Sui Sang, carl khavithavong, Ray ulan, CarlM : Sodium ramping in hemodialysis : a study of benefecial and adverse effects (AJKD) 1997 : (29) 669-77

12.Davenport A, Cox C, Thuraisingham R. The importance of dialysate Natrium concentration in determining interdialytic weight gains in chronic hemodialysis patients: The PanThames Renal Audit. The International Journal of Artificial Organs, 2006 : (31). 5 411-7.

13.Santos SF, Peixoto AJ.: Revisiting the dialysate Natrium prescription as a tool for better blood pressure and interdialytic weight gain management in hemodialysis patients. CJASN 2008 ;3(2):522-30.

14.Dominic SC, Ramachandran S, Somiah S, Mani K, Dominic SS: Quenching the thirst in dialysis patients. Nephron 1996, 73(4):597–600. 15.Cummins, R.A : Self-rated quality of life scales for people with an

intellectual disability : A review journal of Applied Research in intellectual Disabilities1997 : 10 (3),199-216

16.Mingardi G, Cornalba L, Cortinovis : Health related quality of life in dialysis patients. A report from an italian study using the SF – 36 health survey. Nephr Dial Transpl 1999 : 14:1503-10

17.John RF : Assessing health status with the SF-36. Age and aging 1998 27: 33

18.Carr AJ, Higginson IJ. Measuring Quality of Life: Are Quality of Life Measures Patient Centred?. BMJ 2001; 322: 1357 – 60

19.Hecking M, Karaboyas A, Saran R, Sen A, Inaba M, Rayner H, Horl WH, Pisoni RL,Robinson BM, Sunder-Plassmann G, et al: Dialysate sodium concentration and the association with interdialytic weight gain, hospitalization, andmortality.Clin J Am Soc Nephrol 2012, 7(1):92–100. 20.Koller M, Lorenz W. Quality of Life: A Deconstructions for Clinicians. J

R Soc Med 2002; 95: 481 – 488

21.Tang HL, Wong SH, Chu KH, Lee W, Cheuk A, Tang CM, Kong IL, Fung KS, Tsang WK,Chan HW : Sodium ramping reduces hypotension


(52)

and symptoms During haemodialysis. Hong Kong Med J 2006, 12 (1):10–14.

22.Wilkinson R, Barber SG, Robson V: Cramps, thirst and hypertension in hemodialysis Patients the influence of dialyzate sodium Clin Nephrol 1977, 7(3):101–5.

23.Gabriele Helga F, Jens Reimer, Thomas Philip Uwe Heemann. Aspects of Quality of Life through end-stage renal disease. Quality of life Research: 2003;103


(53)

(54)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum wr. Wb.

Salam sejahtera bagi Bapak/Ibu, Saudara/i, Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu, Saudara/i, meluangkan waktu untuk membaca dan mengisi surat persetujuan ini. Sebelumnya, perkenankan saya memperkenalkan diri. Nama saya dr.Bangun Tua Siregar, peserta Program Pendidikan Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU).

Saya sedang melakukan pengumpulan data penelitian tugas akhir sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di FK-USU. Adapun judul penelitian saya adalah “Hubungan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat dengan Kualitas Hidup yang diukur dengan SF 36 Pada Pasien Hemodialisis Reguler“

Penelitian ini bertujuan untuk menilai Hubungan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat dengan Kualitas Hidup yang diukur dengan SF 36 Pada Pasien Hemodialisis Reguler.

Apabila memang terbukti Modifikasi Kadar Natrium Dialisat ini memang memperbaiki Kualitas Hidup hemodialisis reguler sehingga bisa kita persentasikan kepada pihak yang terkait agar bisa diterapkan secara rutin kepada semua pasien hemodialisis reguler.

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengisi kuisioner, menjalani pemeriksaan fisik. Kemudian pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah di daerah lipatan siku sebanyak 5 cc oleh ahlinya.

Perlu saya ingatkan, keikutsertaan Bapak/Ibu, Saudara/i adalah suka rela dan tidak dikenakan biaya. Semua data yang terkumpul saya jamin kerahasiaannya. Bila keterangan yang saya berikan masih belum jelas, Bapak/Ibu, Saudara/i dapat menanyakan langsung kepada saya :

Nama : dr. Bangun Tua Siregar

Alamat : Jl. Abdul HakimPerumahan Classic II, No. 86. Tanjung sari. Medan No. telp : 081253107466

Atas perhatian Bapak/Ibu, Saudara/i saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,


(55)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONCERN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Umur : tahun

Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan No. telp/HP :

*

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan keburukan prosedur penelitian ini, menyatakan bersedia

Demikianlah surat persetujuan bersedia ikut dalam penelitian ini saya buat, untuk dapat digunakan seperlunya.

ikut serta dalam penelitian tentang ” Hubungan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat dengan Kualitas Hidup yang diukur dengan SF-36 pada Pasien Hemodialisis Reguler.”. Apabila sewaktu-waktu saya mengundurkan diri dari penelitian ini, kepada saya tidak dituntut apapun.

Medan, 2014

Saksi, Yang memberi pernyataan,

(...) (...)

*


(56)

Lampiran 4

Tanggal : MR :

No. peserta :

DATA PESERTA I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Kode : X/Y Tempat/Tanggal lahir :

*

Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan

Pekerjaan :

*

Pendidikan terakhir :

Status : Kawin/Belumkawin

Faktor risiko :

*

No.telp/Hp :

II. KUISIONER

Parameter Sebelum Modifikasi Natrium Dialisat

Setelah Modifikasi Natrium Dialisat

SF 36

III. PEMERIKSAAN FISIK

Parameter Sebelum Modifikasi Natrium Dialisat

BMI (kg/m2)

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Parameter Sebelum Modifikasi Natrium Dialisat

Natrium serum


(57)

Lampiran 5

SF-36 Survei Kesehatan

Nama : Pre / Post Modifikasi Natrium Dialisat

PetunjukPengisian Kuesioner:

Jawablah semua pertanyaan.

Beberapa pertanyaan tampak serupa, tetapi sebenarnya berbeda. Silahkan untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk membaca dan menjawab pertanyaan dengan melingkari atau mencentang kotak yang sesuai dengan jawaban Anda.

1. Secara umum, bagaimana pendapat anda mengenai kondisi kesehatan Anda?

□ Sempurna

□ Sangat baik

□ Baik

□ Cukup

□ Buruk

2. Dibandingkan dengan satu tahun yang lalu Anda saat ini?

, bagaimana kondisi kesehatan

□ Saat ini jauh lebih baik daripada satu tahun yang lalu

□ Saat ini agak lebih baik daripada satu tahun yang lalu

□ Sama saja daripada satu tahun yang lalu

□ Saat ini agak lebih buruh daripada satu tahun yang lalu


(58)

3. Pertanyaan berikut berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin Anda lakukan sehari-hari. Apakah kondisi kesehatan Anda sekarang membatasi diri Anda untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Jika ya, sejauh mana?

Ya, sangat membatasi

(1)

Ya, sedikit membatasi

(2)

Tidak, tidak membatasi sama sekali

(3) A Kegiatan yang menguras energi,

seperti berlari, mengangkat beban berat, ikut serta dalam olahraga berat B Kegiatan yang tidak terlalu menguras

energi, seperti memindahkan meja, bersepeda, dan bekerja di kebun/ halaman

C Membawa barang keperluan sehari-hari, seperti belanjaan

D Naik tangga lebih dari satu tingkat E Naik tangga satu tingkat

F Membungkuk atau berlutut G Berjalan lebih dari 1,6 kilometer H Berjalan beberapa blok atau gang

I Berjalan satu blok atau satu gang J Mandi dan berpakaian sendiri


(59)

4. Selama 4 minggu terakhir

, apakah Anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh kondisi kesehatan fisik anda?

Ya (1)

Tidak (2) A Mengurangi jumlah jam yang Anda pakai untuk

bekerja dan melakukan kegiatan lain B Tidak mencapai yang Anda inginkan

C Terbatas dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain

D Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain, misalnya memerlukan waktu lebih lama

5. Selama 4 minggu terakhir, apakah Anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh gangguan emosional Anda, seperti depresi atau cemas?

Ya (1)

Tidak (2) A Mengurangi jumlah jam yang Anda pakai

untuk bekerja dan melakukan kegiatan lain B Tidak mencapai yang Anda inginkan

C Tidak dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan lain secermat biasanya


(60)

6. Selama 4 minggu terakhir

□ Tidak sama sekali

, apakah masalah kesehatan dan gangguan emosional Anda mengganggu kegiatan sosial yang biasa Anda lakukan dengan keluarga, teman, tetangga, atau kelompok

□ Sedikit

□ Biasa saja

□ Sering

□ Sangat sering

7. Seberapa sering Anda merasa nyeri selama empat minggu terakhir

□ Tidak sama sekali

?

□ Sedikit

□ Biasa saja

□ Sering

□ Sangat sering

8. Selama empat minggu terakhir

□ Tidak sama sekali

, bagaimana rasa nyeri mengganggu Anda dalam kegiatan sehari-hari (baik pekerjaan/ kegiatan di dalam dan di luar rumah)?

□ Sedikit

□ Biasa saja

□ Sering


(61)

9. Pertanyaan-pertanyaan berikut berkaitan dengan apa yang Anda rasakan dan bagaimana kondisi Anda selama empat minggu terakhir. Untuk masing-masing pertanyaan, pilihlah jawaban yang paling seusai dengan apa yang Anda rasakan. Seberapa sering Anda merasakannya dalam kurun waktu empat minggu terakhir.

Selalu (1)

Sering (2)

Biasa (3)

Jarang (4)

Kadang-Kadang

(5)

Tidak Pernah

(6) A Apakah Anda merasa

penuh semangat? B Apakah Anda merasa

gelisah?

C Apakah Anda merasa putus asa dan kecewa seolah-olah tidak ada orang lain yang dapat membahagiakan Anda? D Apakah Anda merasa

tenang dan damai? E Apakah Anda memiliki

banyak tenaga? F Apakah Anda merasa

murung dan sedih? G Apakah Anda merasa

jenuh?

H Apakah Anda merasa bahagia?

I Apakah Anda merasa lelah?


(62)

10.Selama empat minggu terakhir

emosional Anda mengganggu kegiatan sosial yang Anda lakukan?

, sejauh mana masalah kesehatan dan gangguan

(misalnya: mengunjungi teman, keluarga, dll)

□ Selalu

□ Sering

□ Biasa

□ Jarang

□ Kadang-kadang

□ Tidak pernah

11. Benarkah atau salahkah pernyataan berikut ini? Pasti

benar (1)

Hampir benar

(2)

Tidak tahu

(3)

Hampir salah

(4)

Pasti salah

(5) A Saya cenderung lebih mudah

sakit daripada orang lain B Saya sehat seperti orang lain

yang saya kenal

C Saya merasa kesehatan saya akan memburuk

D Kesehatan saya sempurna


(63)

-Selesai-Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : dr. Bangun Tua Siregar

Tempat/ Tgl. Lahir : Simanosor Tapus / 03 Desember 1975 Suku/ Bangsa : Batak Angkola / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Abdul Hakim Perum Classic No.86. Tanjung Sari Telepon seluler : 081253107466

Status : Menikah

Nama Istri : Novita Rizky Dalimunthe, SKM Anak : Gina Zalfa Salsabilah Siregar Gibhta Zaky Syakirah Siregar Ghiyats Zada Shadiq Siregar

II. Pendidikan

1. SD Simanosor Tapus, Tamat Tahun 1988 2. SMP Negeri Simangambat Tamat Tahun 1991

3. SMU Negeri 2 Padang Sidempuan, Tamat Tahun 1994

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Tamat Tahun 2001

5. PPDS Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, (2010 – sekarang)

III. Riwayat Pekerjaan

PNS Puskesmas Sungai Mariam Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (2006 – sekarang)

IV. Perkumpulan Profesi

Anggota IDI Cabang Medan


(1)

IMT Equal variances assumed

.310 .580 .529 52 .599 .525 .993 -1.467 2.518

Equal variances

not assumed

.520 45.5 86

.605 .525 1.010 -1.508 2.559

Natrium Equal variances assumed

.024 .878

-1.528

52 .133

-1.08 3

.709 -2.506 .339

Equal variances not assumed -1.520 48.4 17

.135

-1.08 3

.713 -2.516 .349

Test Statisticsa

lama_HD SF36_Pre_Fisik SF_36_Pre_Mental

SF_36_Post_ Fisik

SF_36_Post _ Mental

Mann-Whitney U 320.000 262.000 321.500 219.000 346.500

Wilcoxon W 620.000 562.000 621.500 519.000 646.500

Z -.697 -1.708 -.670 -2.455 -.235

Asymp. Sig. (2-tailed)

.486 .088 .503 .014 .814

a. Grouping Variable: modifikasi_kontrol

Tes Korelasi Spearman

Korelasi SF36 Pre Fisik dan SF36 Post Fisik seluruh sampel

Correlations

SF36_Pre_ Fisik

SF_36_Post_ Fisik

Spearman's rho SF36_Pre_Fisik Correlation Coefficient 1.000 .894**

Sig. (2-tailed) . .000

N 54 54

SF_36_Post_Fisik Correlation Coefficient .894** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .


(2)

Correlations

SF36_Pre_ Fisik

SF_36_Post_ Fisik

Spearman's rho SF36_Pre_Fisik Correlation Coefficient 1.000 .894**

Sig. (2-tailed) . .000

N 54 54

SF_36_Post_Fisik Correlation Coefficient .894** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 54 54

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi SF 36 Pre Mental dan SF 36 Post Mental seluruh sampel

Correlations

SF_36_Pre_ Mental

SF_36_Post_ Mental Spearman's rho SF_36_Pre_Mental Correlation Coefficient 1.000 .733**

Sig. (2-tailed) . .000

N 54 54

SF_36_Post_Menta l

Correlation Coefficient .733** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 54 54

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi SF36 Pre Fisik dan SF36 Post Fisik pada kelompok modifikas

Correlations

SF36_Pre_Fisik SF_36_Post_Fisik Spearman's rho SF36_Pre_Fisik Correlation Coefficient 1.000 .864**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

SF_36_Post_Fisik Correlation Coefficient .864** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30


(3)

Korelasi SF36 Pre Mental dan SF36 Post Mental pada kelompok modifikas

Correlations

SF_36_Pre_Mental SF_36_Post_Mental Spearman's rho SF_36_Pre_Mental Correlation

Coefficient

1.000 .594**

Sig. (2-tailed) . .001

N 30 30

SF_36_Post_Menta l

Correlation Coefficient

.594** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi SF36 Pre Fisik dan SF36 Post Fisik pada kelompok kontrol

Correlations

SF36_Pre_Fisik SF_36_Post_Fisik Spearman's rho SF36_Pre_Fisik Correlation

Coefficient

1.000 .918**

Sig. (2-tailed) . .000

N 24 24

SF_36_Post_Fisik Correlation Coefficient

.918** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 24 24


(4)

Korelasi SF36 Pre Mental dan SF36 Post Mental pada kelompok kontrol

Correlations

SF_36_Pre_ Mental

SF_36_Post_ Mental Spearman's rho SF_36_Pre_Mental Correlation Coefficient 1.000 .890**

Sig. (2-tailed) . .000

N 24 24

SF_36_Post_Mental Correlation Coefficient .890** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 24 24

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 SF36_Pre_Fisik 47.1900 30 10.11423 1.84660

SF_36_Post_Fisik 48.7197 30 10.10345 1.84463

Pair 2 SF_36_Pre_Mental 46.2617 30 5.26897 .96198

SF_36_Post_Mental 47.9627 30 5.49524 1.00329

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 SF36_Pre_Fisik & SF_36_Post_Fisik

30 .932 .000

Pair 2 SF_36_Pre_Mental & SF_36_Post_Mental


(5)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) 95% Confidence

Interval of the Difference Mean Std.Deviati on Std. Error

Mean Lower Upper Pair 1 SF36_Pre_Fisik -

SF_36_Post_Fisik

-1.52967 3.71635 .6785 1 -2.91738 - .14196 - 2.254

29 .032

Pair 2 SF_36_Pre_Mental - SF_36_Post_Mental

-1.70100 4.92310 .8988 3 -3.53931 -. 13731 - 1.892

29 .068

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank

Sum of Ranks SF_36_Post_Fisik -

`SF36_Pre_Fisik

Negative Ranks 9a 12.61 113.50

Positive Ranks 14b 11.61 162.50

Ties 1c

Total 24

SF_36_Post_Mental - SF_36_Pre_Mental

Negative Ranks 4d 13.25 53.00

Positive Ranks 19e 11.74 223.00

Ties 1f

Total 24

a. SF_36_Post_Fisik < SF36_Pre_Fisik b. SF_36_Post_Fisik > SF36_Pre_Fisik c. SF_36_Post_Fisik = SF36_Pre_Fisik d. SF_36_Post_Mental < SF_36_Pre_Mental e. SF_36_Post_Mental > SF_36_Pre_Mental f. SF_36_Post_Mental = SF_36_Pre_Mental


(6)

Test Statisticsb

SF_36_Post_Fisik - SF36_Pre_Fisik

SF_36_Post_Mental - SF_36_Pre_Mental

Z -.751a -2.588a

Asymp. Sig. (2-tailed) .452 .010

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test