PEMBAHASAN 1 PENYAKIT GINJAL KRONIK 1.1 Definisi Penyakit Ginjal Kronik NKFKDOQI, 2004

BAB V PEMBAHASAN

Pasien hemodialisis reguler sering menunjukkan fluktuasi kualitas hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi volume cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidup berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Selama lebih dari 20 tahun terakhir, sejumlah teknik telah digunakan untuk mengurangi keluhan intradialitik yang terjadi. Salah satu teknik adalah dengan modeling Natrium yaitu dengan memodifikasi konsentrasi Natrium dialisat saat tindakan hemodialisis. Kadar Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui sistem pada mesin hemodialisis. Dalam penelitian ini kami meneliti pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis tanpa memandang etiologi dari penyakit ginjal dan obat- obatan yang digunakan. Penelitian dilakukan secara acak randomisasi terhadap pasien hemodialisis untuk mengelompokkan pasien menjadi 2 kelompok yaitu pasien yang mendapat perlakuan modifikasi Natrium dialisat berdasarkan kadar Natrium serum awal Kelompok modifikasi dan kelompok yang tidak mendapat perlakuan modifikasi Natrium dialisat Kelompok kontrol. 3,4 Dari hasil pengukuran yang kami lakukan tidak terdapat perbedaan nilai karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, IMT pasien. Begitu juga dengan lamanya pasien sudah menjalani hemodialisis dan kadar Natrium serum awal tidak didapati perbedaan secara bermakna antara kedua kelompok. Rerata lama HD pada kelompok modifikasi adalah 30,77 bulan dan kelompok kontrol 24,71 bulan p=0,486. Rerata Kadar awal Natrium serum pada kelompok modifikasi 135,33 mEq, kelompok kontrol 136,42 mEq p=0,133. Dengan memakai uji Mann Whitney pada keseluruhan pasien didapatkan adanya perbedaan bermakna antara parameter dimensi kesehatan fisik pada kelompok modifikasi rerata skor 48,72; SB=10,1 dibandingkan kelompok kontrol rerata skor 43,24; SB=11,36 p=0,014. Namun untuk parameter dimensi 25 Universitas Sumatera Utara kesehatan mental tidak berbeda secara bermakna antara kedua kelompok p=0,814. Bila dianalisis lebih jauh pada masing-masing kelompok didapati pada kelompok modifikasi dengan uji paired T T berpasangan perbedaan bermakna skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat p=0,032, sedangkan, untuk skor kualitas hidup SF- 36 dimensi kesehatan mental pada kelompok modifikasi tidak ditemukan perbedaan bermakna p=0,068. Sebaliknya pada kelompok kontrol skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan mental didapatkan perbedaan bermakna dengan uji Wilcoxon p=0,01, sedangkan untuk skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik tidak ditemukan perbedaan bermakna p=0,452. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian dilakukan oleh George Lam Sui Sang, didapatkan antara kedua protokol modifikasi Natrium dialisat dibandingkan dengan standar dialysis, yaitu berkurangnya efek samping kramp, mual, muntah, sakit kepala dan jumlah episode hipotensi namun meningkatnya keluhan interdialitik fatigue, rasa haus, berat badan dan hipertensi. 11 Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa adanya korelasi positif kualitas hidup baik dimensi kesehatan fisik dan mental pasien hemodialisis dengan modifikasi Natrium dialisat sesuai uji Korelasi Spearman. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di tempat yang sama nilai kualitas hidup SF-36 oleh Lina et all 2008, adalalah 43,8 + 14,7 untuk dimensi kesehatan fisik dan 51,9 + 15,2 untuk dimensi kesehatan mental. Penelitian ini masih belum dapat digunakan sebagai alat ukur prognostik yang dibandingkan antara sebelum modifikasi Natrium dialisat dengan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. 7 Studi ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: Pertama, populasi penelitian yang kecil, hanya dilakukan pada 1 rumah sakit pusat. Kedua, penelitian ini tidak membahas secara lebih detail mengenai penyebab terjadinya peningkatan kualitas hidup pada setiap skor SF-36 yang didapat. Ketiga, studi ini hanya meneliti pada 2 waktu saja, yaitu sebelum modifikasi Natrium dialisat dan setelah 1 bulan modifikasi Natrium dialisat. Keempat, pada penelitian ini Universitas Sumatera Utara pemeriksaan kadar Natrium setelah modifikasi tidak dilakukan. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan penelitian yang bersifat multicenter. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN