ibu dalam keluarga. Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga Soepardan, 2007,hal.28.
D. DIARE 1 . Definisi Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair , bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanyatiga kali atau lebih
dalam satu hari Kemenkes RI, 2011. Diare adalah pengeluaran kotoran atau tinja dengan frekuensi yang meningkat
tiga kali dalam 24 jam disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, dengan darah atau tanpa darahlender dalam tinja Wijoyo dalam
Banister,dkk, 2006 Resiko terbesar diare adalah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang dapat
kehilangan lima liter air setiap harinya beserta elektrolit utama, yaitu natrium dan kalium yang berada didalamnya. Keduanya sangat penting untuk proses fisiologis
normal. Kehilangan dua elektrolit utama ini dapat menyebabkan bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. Kondisi dehidrasi ini
lebih berat terjadi pada balita dan anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa Wijoyo, 2013, hal. 8.
Jika anak mengalami diare, tinjanya encer dan lebih sering buang air besar daripada biasanya. Kadang-kadang diare disertai muntah, nyeri lambung, atau
demam. Penyebab umumnya adalah virus, pemberian antibioticyang mengganggu keseimbangan bakteri normal di dalam usus,atau dietbias jenis atau jumlah
makanan. Penyebab yang jarang terjadi adalah beberapa penyakit tertentu dan infeksi bakteri atau parasit. Kebanyakan diare sembuh tanpa perawatan dalam
Universitas Sumatera Utara
beberapa hari. Perawatan diare termasuk mengistirahatkan usus untuk sementara waktu sambil memastikan anak mendapatkan cukup cairan yang keluar melaui
tinjanya. Anak yang mengalami diare infeksi atau diare yang tidak dapat dikendalikan harus tinggal di rumah sampai perawatan selesai dan mendapatkan hasil
yang negative dari pemeriksaannya Satyanegara, 2006. Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah
atau lender dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefisikan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada anak yang sebelumnya sehat. Diare terbagi menjadi
diare akut, disentri, dan diare persisten Sodikin, 2011, hal.225. Diare adalah buang air besar yang lebih sering, lebih banyak dan dengan
konsistensi yang lebih lembek atau encer dari biasanya. Pada bayi atau anak yang lebih besar yang normal bisa lebih dari tiga kali dalam sehari dan hal ini masih
dikatakan normal. Pola buang air besar pada anak terutama pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, buang air besar lebih dari tiga kali sehari
dengan konsistensi cair sudah bias dianggap diare, sedangkan pada bayi yang baru lahir hal tersebut dapat dikatakn normal. Orang tua memiliki peranan yang penting
dalam menilai pola buang air besar anak sehari-hari. Bayi dan anak dikatakan diare jika buang air besar lebih sering, lebih encer, dan lebih banyak dari biasanya. Selain
itu juga, perlu diperhatikan bau dan warnanya untuk mengetahui adanya infeksi atau sebab yang lainnya Sofwan, 2010,hal 3.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena seolah-olah memberikan kesan penyakit ini disebabkan oleh infeksi dan walaupun
disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan , diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan lebih
sering dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare apabila frekuensi buang air
Universitas Sumatera Utara
besarnya sudah lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi yang berumur lebih dari satu bulan dan anak apabila frekuensi buang air besarnya lebih dari tiga kali
Rukiyah dan Yulianti, 2010, hal.151. 2. Klasifikasi diare , tanda, dan gejalanya
a. Berdasarkan lama diare: 1. Diare akut
Pada umunya diare akut yang terjadi kurang dari 14 hari, karena infeksi yang notabene adalah penyebab yang paling umum disertai dengan sakit
perut dan demam.perasaan kembung,mual,muntah dan begah juga dapat dirasakan oleh anak bila sedang menderita diare. Diare dapat terjadi dalam
rentang waktu beberapa jam hingga beberapa hari, dan dalam satu hari anak dapat mengalami belasan kali untuk buang air besar. Demam dan sakit perut
dapat dijadikan pedoman sederhana untuk mengira-ngira infeksi apa yang terjadi. Umunya diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri disertai dengan
sakit perut melilit dan demamyang cukup tinggi, sedangkan diare yang disebabkan oleh virus biasanya hanya berupa diare dalam bentuk cair saja,
dan kalaupun demam hanya sumeng-sumeng saja. Pada diare akut yang disebabkan oleh penyebab lainnya, misalnya
keracunan makanan atau alergi tanda dan gejalany akan timbul sesaat setelah mengkonsumsi makanan tersebut,dapat muncul disertai dengan sakit perut
atau muntah Sofwan, 2010, hal.10. 2. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi berlangsung lebih dari 14 hari, diare dapat dimulai sebagai diare cair atau
disentri. Diare jenis ini menyebabkan kehilangan berat badan yang nyata,
Universitas Sumatera Utara
dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga beresiko mengalami dehidrasi, diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab
mikroba tunggal, mungkin penyebab lain berperan lebih besar. Diare persisten tidak boleh dikacaukan dengan diare kronik, yaitu diare intermitten
atau diare yang hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab noninfeksiSodikin, 2011, hal 226
b. Berdasarkan masalah Berdasarkan masalah terdiri atas diare berdarah, kolera, dan diare
kronik.Gejala diare yang umum terjadi pada anak-anak yakni, bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meninggi, tinja bayi encer, berlendir,
atau berdahak, tinjanya kehijauan,anus dan sekitarnya lecet,gangguan gizi akibat intake asupan makanan yang kurang, muntah, hipoglikemia, dehidrasi
serta nafsu makan berkurang Wijoyo, 2013,hal 10. 3. Etiologi Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan terdapat pemicunya.secara umum, berikut ini terdapat beberapa macam penyebab diare,
diantaranya: Diare karena infeksi oleh bakteri, virus, atau parasit. a
Diare karena virus Diare karena virus sebagai contoh traveller’s diarrhoea yang
disebabkan antara lain oleh rota virus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga
kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa haribiasanya 3-6 hari.
Sesudah itu virus lenyap dengan sendirinya. Norovirus ialah virus yang paling umum sebagai virus pathogen yang menyebabkan 70-75 viral
Universitas Sumatera Utara
gastroenteritis , sedangkan rotavirus menyebabkan 12 viral gastroenteritis. Anak dengan usia 3-24 bulan paling banyak mengalami kasus infeksi
rotavirus.gejala yang biasa timbul akibat infeksi rota virus, yaitu muntah, demam, mual, dan diare cair akut Wijoyo, 2013,hal.14.
b Diare karena bakteri invasif
Diare dengan bakteri invasive memiliki tingkat kejadian yang cukup sering, akan tetapi akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan
peningkatan sanitasi lingkungan di masyarakat. Mekanisme terjadinya, yaitu bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam
mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk oksitoksin. Enterotoksin ini dapat resopsi kedalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti
demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.penyebab utama pembentukan enterotoksin ini adalah bakter E.Coli, Shigella sp, Salmonella sp. Dan
Campylobavter sp. Wijoyo, 2013,hal.16 c
Diare karena Parasit Diare karena parasit disebabkan protozoa seperti Entamoeba
histolytica dan giardia lamblia, yang terjadi didaerah subtropics. Diare karena infeksi parasit ini biasanya bercirikan mencret cairan yang berkala dan
bertahan lama lebih dari satu minggu Wijoyo, 2013,hal.16 Diare karena makanan atau obat tertentu . Adanya intoleransi terhadap makanan terhadap
makanan dapat memicu diare. Sebagai contoh, yaitu alergi terhadap laktosa banyak terjadi pada bayi dan balita karena tubuhnya tidak memiliki enzim
lactose yang berfungsi mencerna lactose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung dalam susu sapi, makanan yang mengandung lemak tinggi,
dan makanan pedas atau mengandung terlalu banyak seratdan kasar.
Universitas Sumatera Utara
4. Patofisiologi diare Fungsi utama saluran pencernaan, yaitu menyiapkan makanan untuk
keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dan hepar, dan pengeluaran sisa- sisa makanan yang tidak dicerna
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran pencernaan dan penyebab diare, maka patofisiologisnya adalah:
a Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit karena toksin
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Factor lain yang juga
cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada empat macam garam empedu yang terdapat didalam cairan empedu yang keluar dari kantong empedu.
Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di jejunum dan kolon akan menghambat absorpsi cairan didalam kolon. Ini
terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada permukaan mukosa usus Wijoyo, 2013,hal.19
Diduga bakteri mikroflora usus turut berferan dalam pembentukan asam dioksikholik tersebut. Hormone-hormon saluran pencernaan juga dapat
mempengaruhi absorpsi air pada mukosa, usus manusia, antara lain gastrin, sekretin, kholesistokinin, dan glucagon. Suatu perubahan Ph cairan usus juga
dapat menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada sindroma Zollinger, Ellison atau pada jejunitis.
b Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung secara sempurna dan normal apabila bolus makan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran pencernaan
dan berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Selain itu, waktu sentuhan
Universitas Sumatera Utara
yanga dekuat antara khim dan permukaan mukosa usus halu diperlukan untuk absorpsi normal. Wijoyo, 2013,hal.16
Kemampuan permukaan mukosa usus halus berfungsi sangat komperehansif, ini terbukti pada penderita yang dapat setelah reseksi usus,
walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus merupakan factor yang sangat berperan penting dalam ketahanan local mukosa usus,
menimbulkan gangguan digesti, dan absorpsi sehingga menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormone prostaglandin,
gastrin, dan pankreosimin, dalam hal ini dapat menimbulkan efek langsung terhadap diare. Selain hipermotilitas dapat terjadi karena pengaruh
enterotoksin staphylococcus maupun kolera atau ulkus mikro yang invasive oleh Shigella sp Wijoyo, 2013,hal.16.
c Kelainan tekanan osmolitik dalam lumen usus
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare.
adanya malabsorpsi dari karbohidrat, lemak, dan protein akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotic intraluminal sehingga akan dapat
menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi karbohidrat pada umumnya merupakan malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defisiensi enzim
laktosa.dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam usus tidak sempurna mengalami hidrolisis dan kurang diabsorpsi oleh usus halus. Bakteri-bakteri
dalam usus besar, kemudian memecah laktosa menjadi monoskarida dan terjadi fermentasi, selanjutanya menjadi gugusan asam organic dengan rantai
atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. molekul-
Universitas Sumatera Utara
molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga terjadi diare Wijoyo, 2013, hal.20
Menurut Sudarti, 2010 mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai berikut:
a Gangguan osmotic
Akibatnya terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat terserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare
b Gangguan sekresi
Akibatnya rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke
dalam usus halus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga
timbul diare. c
Gangguan motiliti usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus
untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan tibul diare.tetapi bila terjadi keadaan sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat
menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.
5. Prinsip Tata Laksana Balita Diare Tujuan tata laksana diare
a Mencegah dan mengobati dehidrasi
b Mencegah gangguan gizi
Universitas Sumatera Utara
c memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat
Prinsip Tata laksana Lintas Diare 1
Dehidrasi dengan menggunakan oralit dengan osmolaritas rendah Oralit adalah campran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium clorida,
Sitrat,Kalium Clorida, dan glukosa. Oralit dengan osmolaritas rendah sudah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF . Manfaat oralit adalah sebagai
pengganti cairan tubuh dan elektrolit yang terbuang saat diare. Kemenkes, 2011.
2 Zinc diberkan selama 10 hari berturut-turut
Obat zink merupakan tablet yang mudah larut dalam waktu sekitar 30 detik.diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut: Balita
usia 6 bulan :setengah tablet 10 mghari Serta Balita usia 6 bulan : satu tablet 10 mghari. Zink dibeikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air
matang atau ASI. Untuk anak yang lebih tua dapat dikunyah. Zink diberikan satu kalharinya selama 10 hari berturut-turut, pemberian zink tetap dilanjutkan
walaupun diare sudah berhenti agar meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan kedepan, zink meningkatkan
kekebalan tubuh, mempercepat penyembuhan diare Wijoyo, 2013,hal. 58 3
Teruskan pemberian ASI dan makanan Memberikan makanan kepada balita selama diare akan membantu anak
tumbuh dan berkembang serta mencegah turunnya berat badan. Jika tidak diberikan makanan maupun ASI.Maka, anak akan mengalami gizi buruk dan
apabila anak mengalami gizi buruk akan meningkatkan resiko diare kembali kemenkes, 2011.
Universitas Sumatera Utara
4 Antibiotic selektif
5 Nasihat kepada orangtua dan pengasuh
Nasihat diberikan kepada orangtua pengasuh bagaimanakah pemberian makan dan akan segera kembali ke petugas kesehatan bila terdapat bahaya,
seperti tanda demam, tinja berdarah, muntah berulang,makan atau minum sedikit, sangat haus dan diare makin sering Kemenkes, 2011
6. Faktor-Faktor Resiko Diare Adapun faktor-faktor resiko diare diantaranya, yalni:
a. Faktor pendidikan
Pendidikan merupakan factor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita apabila semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula tingkat
kesehatan yang diperoleh b.
Faktor pekerjaan Saat ini banyak orangtua yang bekerja di luar rumah sehingga anak diasuh
oleh orang lain atau pembantu, yang menyebabkan factor resiko balita lebih besar untuk terpajan diare.
c. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun. Balita yang berusia 12-24 bulan memiliki resiko 2,23 kali lebih besar untuk terserang balita
dibandingkan usia 25-59 bulan. d.
Faktor lingkungan Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan apabila factor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman dan berakumulasi dengan perilaku tidak sehat maka akan menyebabkan diare pula.
Universitas Sumatera Utara
e. Gizi
Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare, disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi.
f. Faktor social ekonomi
Rumah yang kumuh dan peyediaan air bersih yang kurang dapat menyebabkan diare balita.
g. Factor makanan atau minuman yang dikonsumsi
Kontaminasi alat-alat makan atau dapur yang tidak bersih. h.
Faktor terhadap laktosa Bayi yang tidak diberikan asi, resiko menderita diare lebih besar
dibandingkan yang diberi ASI penuh karena ASI mengandung zat antibody yang melindungi bayi dari berbagai kuman penyebab diare Wijoyo, 2013, Hal. 24
7. Tata laksana balita diare di rumah Penatalaksanaan diare akut tanpa darah yang dapat dilakukan di rumah
tangga bertujuan mencegah dehidrasi dan malnutrisi. Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan
cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. Ibu atau keluarga harus diajarkan cara-cara mencegah dehidrasi di rumah
dengan memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak dan mengapa
tindakan-tindakan ini penting. Mereka juga harus tahu apa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Pencegahan terjadinya
dehidrasi pada anak diare dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
Universitas Sumatera Utara
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam dan elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbngan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan Oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam Oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita Diare. Namun demikian, walaupun
lebih dari 90 ibu mengetahui tentang paket oralit, hanya 1 dari 3 35 anak yang menderita diare diberi oralit dan hanya 22 yang diberi LGG SDKI, 2007.
Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu untuk mengetahui pemahaman ibu dan berikan penjelasan ulang kepada ibu,jika belum paham. Hindari pertaanyaan
tertutup yang mengarahkan ibu. Sebagai petugas kesehatan, kita mengharapkan ibu mampu atau mengerti cara merawat balita diare di rumah. Adapun langkah- langkah
mengajarkan ibu mengenai tata laksana diare, yakni sebagai berikut: a
Memberikan informasi kepada ibu bagaimana cara memberikan zink kepada bayinya
b Peragakan kepada ibu, cara memberikan zink pada balita ibu diminta cara
memberikan zinc pada balita. Setelah itu, petugas kesehatan memeriksa pemahaman ibu dengan cara: menggunakan pertanyaan seperti: mengapa,
bagaimana, kenapa ibu harus melakukan tata laksana balita diare di rumah c
Hindari pertanyaan yang mengarahkan d
Berikan waktu ibu untuk berfikir dan menjawab pertanyaan e
Berikan pujian kepada ibu, jika jawaban ibu benar f. Jika dibutuhkan, berikan informasi tambahan, contoh, atau praktekan kembali.
Mengajarkan kepada ibu tentang cara pemberian obat oral di rumah, dengan cara meminta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita , jelaskan cara
pemberian obat, dosis, serta meminta ibu untuk memberikan semua obat meskipun balita sudah membaik Kemenkes, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Nasihati ibu untuk melakukan kunjungan segera bila berak cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, minum sedikit, timbul demam, berak berdarah, dan
tidak membaik kurun waktu 3 hari. Untuk kunjungan lanjutan berikutnya bila balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan ulang 2 hari berikutnya,
serta bila balita mengalami diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan
ulang 5 hari berikutnya Kemenkes, 2011. Tabel 2.1 Jumlah oralit yang diberikan untuk diare tanpa dehidrasi
Umur Jumlah oralit yang
diberikan setiap BAB Jumlah Oralit Yang
Disediakan Di Rumah 1 tahun
50-100 ml 400 mlhari sebanyak 2
bungkus 1- 4 tahun
100-200ml 600-800 mlhari
sebanyak 3-4 bungkus
Dalam tiga jam pertama, jumlah oralit yang diberikan dapat diketahui dengan cara mengalikan berat badan penderita dengan 75 ml, apabila berat badan tidak
diketahui untuk memudahkan pemberian oralit dapat diberikan sesuai tabel 2
Table 2.2. Jumlah oralit yang dibutuhkan untuk dehidrasi ringan atau sedang
Umur 1 tahun
1-4 tahun Jumlah oralit
300 ml 600 ml
Wijoyo, 2013,hal 40.
Universitas Sumatera Utara
E. Balita