2.7 Getaran Gempa
Runtuhnya bagian antar muka pada sesar aktif, baik itu pada sesar mendatar strike-slip fault, sesar normal normal fault maupun sesar terbalik reverse fault,
adalah merupakan sumber gempa. Luas dan volume bagian yang runtuh tersebut akan mempengaruhi besarnya energi yang dilepaskan ke segala arah dari dalam kerak bumi
sampai ke permukaan bumi dalam bentuk gelombang getaran. Rekaman getaran gempa tidak mudah untuk diperoleh di Indonesia dan juga di banyak negara
berkembang di berbagai belahan dunia yang terletak di kawasan rawan gempa. Sehingga model getaran gempa diperlukan untuk mewakili getaran gempa yang
terjadi di lokasi. Getaran seperti ini disebut dengan gerakan tanah artifisial dan simulasi. Pada makalah ini semua getaran gempa yang tidak asli berasal dari patahan
yang ditinjau disebut dengan model getaran gempa sedangkan proses membuatnya disebut dengan pemodelan getaran gempa.
Pemodelan getaran gempa terdiri dari: 1.
Mengadopsi rekaman getaran gempa dari kawasan lain dan menskalakannya ke spektrum rencana gempa.
2. Mensimulasikan getaran gempa dan menskalakannya ke spektrum
rencana gempa. Pemodelan getaran gempa berdasarkan rekaman getaran gempa dari kawasan
lain sangat lazim dipakai di dalam praktek karena lebih mudah dan praktis di dalam pelaksanaannya.
Rekaman yang harus dipilih adalah rekaman gerakan tanah yang didapat di suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan seismotektoniknya magnituda
Universitas Sumatera Utara
gempa, jarak lokasi ke sumber gempa, dan jenis sesar aktif dengan lokasi tempat struktur bangunan gedung yang ditinjau berada SNI 03-1726-2003. Untuk
mengurangi ketidak-pastian mengenai kondisi lokasi ini, SNI 1726-2002 telah mengatur bahwa paling sedikit harus ditinjau 4 buah rekaman getaran gempa, dari 4
gempa yang berbeda untuk analisa repon riwayat waktu salah satunya harus diambil dari Gempa El Centro N-S yang telah direkam pada tanggal 15 Mei 1940 di
California. Metode pemilihan rekaman gempa lain adalah berdasarkan konsep
probabilitas yang sudah mulai sering dipakai seperti yang diusulkan oleh Prof. Baker dari Universitas Stanford. Baker memperkenalkan cara memilih sekumpulan rekaman
gempa yang dinamakan conditional mean spectrum CMS. Dalam CMS, pertama- tama nilai spektrum percepatan disain pada perioda alami struktur ditentukan.
Kemudian rekaman dipilih dari database berdasarkan skenario magnituda dan jarak terdekat. Setelah mengubah semua rekaman ke bentuk spektrum respon Sa dan ke
bentuk log Sa, nilai rata-rata dan standar deviasinya kemudian dihitung. Lalu nilai epsilon conditional mean ditentukan untuk semua perioda dan dikalikan terhadap
koefisien korelasi. Kemudian CMS dapat ditentukan dengan menjumlahkan nilai rata- rata log Sa kepada hasil kali epsilon dengan standar deviasi logaritma Sa.
Respon struktur terhadap berbagai jenis rekaman gempa akan berbeda secara signifikan. Respon struktur bertingkat banyak akan mengalami deformasi yang lebih
besar bila terkena getaran gempa dekat dibanding bila struktur tersebut mengalami getaran gempa jauh. Struktur bertingkat banyak yang terkena getaran gempa dekat
epek pulsa fulse effect akan memberikan respon yang cenderung besar pada kondisi
Universitas Sumatera Utara
ragam getar yang tinggi higher mode effect. Ini berbeda bila struktur tersebut terkena getaran gempa dekat epek simpangan permanen dimana struktur akan
cenderung memberikan respon yang besar pada kondisi ragam getar alami. Berdasarkan hal ini maka rekaman gempa harus dipilih secara hati-hati untuk analisa
riwayat waktu.
2.8 Penskalaan Gempa