Nasionalisme di Turki 24
B. Nasionalisme di Turki 24
Nasionalisme Turki merupakan faham yang relatif baru, pada awalnya muncul sebagai sebuah gerakan kultural pada dua dekade terakhir masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid. Nasionalisme bermula dari karya para Orientalis Eropa, seperti dua orang Perancis bernama de Guignes dan Cahun, serta seorang Hongaria bernama Vambery yang mempelajari warga Turki Asia Tengah di abad ke-19 dan mengkaji pula pengaruh Kerajaan Rusia terhadap warga Turki, terutama warga Tatar dan Azeris. Tokoh Turki dari Rusia yang aktif di Kerajaan ‘Utsmânî adalah orang Azeris bernama Huseinzade Ali (Turan) dan Ağaoğlu
Ahmet, serta orang Tatar bernama Yusuf Akçura 25 dan juga Ziya Gökalp.
Berbeda dengan tokoh-tokoh Nasionalisme di atas, Mustafa Kemal Attaturk merupakan tokoh nasionalis yang berusaha menggabungkan semua kepentingan, baik Islam, Barat , maupun nasionalisme Turki. Walaupun ide keislaman berada pada pertimbangan paling akhir dalam pertimbangan kepentingan jika dibandingkan dengan ide -ide nasionalisme dan ide Barat, namun Islam tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pemikiran Mustaf a Kemal
Attaturk. 26
Pengetahuannya secara umum begitu luas, ditunjang dengan kemampuan bahasa Perancisnya yang baik, maka sejak masih masa studi dia telah membaca karangan-krangan filosof Perancis seperti Rosseou, Voltaire, Auguste Comte, Montesquieu, dan lain-lain. Di samping itu kajian sejarah dan satra juga termasuk yang ditekuninya.
24 Sub bab ini memaparkan bagaimana gerakan Nasionalime di Turki yang terjadi di bawah komando Mustafa Kemal Attaturk.
25 Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 162. 26 Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran , h. 123.
Masa ketika Mustafa Kemal 27 di Istanbul adalah masa meluasnya
tantangan terhadap kekuasaan absolut Sultan Abdul Hamid dan masa pembentukan perkumpulan -perkumpulan rahasia yang tidak hanya dari kalangan politisi saja, tetapi juga dikalangan pemuda di sekolah -sekolah militer. Mustafa dengan teman-temannya pernah membentuk suatu komite rahasia dan menerbitkan surat kabar tulisan tangan yang mengkritik terhadap pemerintahan Sultan.
Pada konferensi Komite Persatuan dan Kemajuan yang diadakan di Salonika, Mustafa Kemal mengeluarkan pendapatnya tentang partai dan tentara, yang keduanya telah bergabung menjadi satu dalam perkumpulan tersebut. Ia berpendapat bahwa agar Negara dan Konstitusi dapat mejadi kuat, maka antara kedua institusi ini beserta komponennya harus dipisah dan berdiri tersendiri dan
27 Kronologi kehidupan Mustafa Kemal Atta turk secara garis besar adalah : 1880 (1296 H.) lahir di Salanik (kini Thessaloniki, Yunani ), ada yang berpendapat ia lahir 19 Mei 1881. Ia
lahir dari ibu kandung bernama Zubaidah Hanim, sementara ayah kandungnya tidak jelas, dan ayah tirinya bernama Ali R idha Afandi. 1892 masuk Sekolah Militer di Salanik dan Manastar (kini Bitola), dan memperolah nama “ Kamal” dari guru Matematikanya. 1895 masuk Sekolah Militer di Manastar. 18981899 masuk Akademi Militer di Istanbul. 1905 lulus Akademi Militer dan ditempatkan di Damaskus. Di sini dia bergabung dengan kelompok rahasia “Tanah Air Kemerdekaan” dan menjadi penentang aktif Turki ‘Utsmani. 1908 kaum “Turki Muda” merebut kekuasaan Sultan Abdul Hamid II dan Mustafa Kemal menjadi tokoh militer seniornya. 1 Februari 1915 memperoleh kenaikan pangkat menjadi Brigadir Jendral. 1916 naik pangkat menjadi Basya (setingkat Jendral). 1917 diangkat menjadi Wakil Panglima Pasukan Kedua. 1917 1918 ditugaskan ke front kaukasus (Kafkaslar) untuk perang melawan Rusia, kemudian di tugaskan ke Hijaz untuk meredakan “Pemberontakan Arab”, ia kembali berdinas untuk mempertahankan Palestina namun gagal. 23 Agustus 1919 berlangsung “Pertemuan Ardh rum” dan dia diangkat menjadi Gubernur Ardhrum. 1922 setelah perang Shaqariya, ia meminta gel ar “Ghazi” kepada Majlis dan uang hadiah 4 juta Lira Turki, namun yang dikabulkan hanya gelar “Ghazi” di depan namanya. 29 November 1923 terpilih menjadi Presiden pertama Turki. 3 Maret 1924 melalui sidang Dewan Perwakilan Nasional, ia memecat Khalifah dan membubarkan sistem Khilafah serta menghapus sistem Islam dari negara Turki. 24 November 1934 melalui keputusan Majlis, ia memasang gelar “Attaturk” pada namanya yang berarti “ Founding Father Turki” atau “Leluhur Turki”. 10 November 1938 meninggal dunia di Istana Dulamah Baghjah Istanbul, karena penyakit radang hati (lever cyruz). Biografi Mustafa Kemal Attaturk secara lengkap dapat di baca pada buku karya Dhabith Tarki Sabiq, Kamal Attaturk; Pengusung Sekularisme dan Penghancur Khilafah Islamiah. Penerjemah: Abdullah Abdurrahman dan Ja’far Shadiq ( Jakarta: Senayan Publishing, 2008).
saling menguatkan. Akan tetapi gagasannya ini kurang mendapatkan apresiasi dari
konfrensi. 28
Setelah Perang Dunia I, i a diangkat menjadi Panglima dari semua pasukan yang ada di Turki Selatan. Mustafa Kemal berhasil memukul mundur tentara sekutu yang menduduki Izmir dan Smyrna berkat dukungan dari rakyat yang telah membentuk gerakan-gerakan untuk membela tanah air, dan dia telah menyelamatkan daerah Turki dari penjajah asing.
Ketika diadakan pemilihan Parlemen di Istanbul, golongan nasionalis memperoleh suara mayoritas. Tetapi Parlemen tidak dapat bekerja secara optimal, karena selalu mendapat tekanan dan intervensi dari pi hak sekutu. Yang akhirnya banyak dari anggotanya menggabungkan diri dengan Mustafa Kemal di Anatolia.
Mustafa Kemal dan teman -temannya dari golongan nasionalis bergerak terus dan dengan Barlahan-lahan dapat menguasai keadaan, sehingga akhirnya sekutu mengakui mereka sebagai penguasa secara de facto dan de jure di Turki.
Pada tanggal 24 Juli 1923 ditanda tangani Perjanjian Lausanne 29 dan pemerintah
Mustafa Kemal mendapat pengakuan International. 30
Hakihat negara Turki yang baru muncul itu masih belum menentu dan masih mencari formulasi terbaiknya. Kesultanan ‘Utsmânî telah dihapuskan hampir setahun sebelumnya. Negara diperintah oleh majlis nasional, yang tidak saja memilih presiden tetapi juga memilih setiap menteri atau “comissar” ( vekil)
28 Nasution, Pembaruan Dalam Islam, h. 146-148
29 Perjanjian Lausanne adalah perjanjian yang dilaksanakan di Lausanne dari tanggal 20 November 1922 sampai 24 Juli 1923, yang menjadi tonggak awal diakuinya Turki oleh
International, bahwa Turki secara de jure dan de facto berada di bawah pimpinan Mustafa Kemal Attaturk. Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 206.
30 Nasution, Pembaruan Dalam Islam, h. 149-150. Lihat Moh. Asror Yusuf, Persinggungan Islam dan Barat; Studi Pandangan Badiuzzaman Said Nursi (Kediri, STAIN
Kediri Press, 2009), h. 21.
secara langsung. Hubungan konst itusional antara majlis dan khalifah Abdul Majid Effendi tidak jelas. Konstitusi yang disusun tahun 1922 menyebutkan bahwa Khalifah secara murni merupakan suatu fungsi keagamaan, namun pada praktek yang terjadi di masyarakat , mereka tetap memandang Khalifah sebagai kepala
negara, meskipun hanya sekedar seremo nial saja. 31 Semenjak penghapusan jabatan itu kedaulatan berada di tangan Majlis Nasional Agung, dan kekuasaan
eksekutif terletak di tanga n Majlis Negara. Terpisahlah dengan jelas kekuasaan eksekutif dari kekuasaan legislatif. 32
Hingga pada bula Januari, Mustafa Kemal mengemukakan bahwa dia berkeinginan untuk mengubah dualisme kepemimpinan yang menj adikan situasi membingungkan serta ingin memproklamirkan sebuah negara republik. Hingga pada tanggal 23 Oktober 1923 Republik Turki diproklamirkan, dengan Mustafa Kemal sebagai presidennya yang pertama dan Ismet (Inönü) sebagai perdana
menteri yang pertama. 33 Kemudian pada tanggal 3 Maret 1924, melalui sidang
Dewan Perwakilan Nasional, ia memecat Khalifah, membubarkan sistem Khilafah, dan menghapus sistem Islam dari negara Turki, k emudian Khalifah Abdul Majid Effendi diperintahkan meninggalkan Turki, dan dia beserta keluarganya pergi ke Swiss . 34
Westernisme, sekularisme, dan nasionalisme merupakan dasar pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal. Pembaruan pertama ditujukan pada bentuk negara. Pemerintah harus dipisahkan dari agama atau sekular. Makna konsep Sekulerisme Kemalis adalah pelaksaan strategi modernisasi yang berlandaskan pada visi dunia
31 Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 215. 32 Nasution, Pembaruan Dalam Islam , h. 150. 33 Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 215. 34 Nasution, Pembaruan Dalam Islam , h. 151.
positivis, dimana agama dipandang sebagai penghambat kemaju an dalam proses modernisasi masyarakat dan negara. Sekularisme mereka - menurut pendapat Zürcher - bukan berarti pemisahan antara agama dan negara, tetapi lebih
cenderung pada pengendalian dan integrasi agama ke dalam birokrasi negara. 35
Setelah Mustafa Kemal berkuasa serangkaian pembaruan mulai gencar dilaksanakan, dengan berbagai kebijakan dan undang -undang yang ditetapkan.
Sejumlah perundang-undangan 36 yang lahir di bawah kekuasaannya di antaranya :
1. Pada tahun 1924, Kemal menghilangkan institusi keagamaan yang ada dalam pemerintahan. 37
2. Pada 3 Maret 1924, undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan. 38
3. Kemudian pada 25 November 1925, undang-undang tentang pakaian kopiah. 39
4. Tanggal 30 November 1925, undang -undang tentang pemberhentian petugas Jama’ah dan makam, penghapusan lembaga pemakaman serta undang-undang penghapusan pemakai n gelar. 40
35 Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 306. 36 Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran , h. 128.
37 Jabatan Syaikhul Islam dan Kementerian Syari’at dihapuskan. Bersamaan dengan itu dihapus pula Mahkamah Syari’ at, dan Hukum Syari’at dalam masalah perkawinan diganti dengan
hukum Swiss. Nasution, Pembaruan Dalam Islam , h. 152.
38 Seluruh sekolah diletakkan di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan. Madrasah - madrasah ditutup dan digantikan dengan sekolah untuk membina imam dan khatib. Di Universitas
Istanbul dibuka fakultas Ilahiyat. Selanjutnya pendidikan agama ditiadakan di sekol ah-sekolah perkotaan pada tahun 1930, sedangkan di daerah pedesaan pada tahun 1933. Nasution, Pembaruan Dalam Islam, h. 152. Lihat juga penjelasan secara lebih lengkap pada, Binnaz Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki , Penerjemah Karsidi Diningr at (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999),
h. 92-94.
39 Pengadopsian topi dan gaya berpakaian ala Barat. Pemakaian terbus ataupun fez dilarang dan digantikan dengan pemakaian topi ala Eropa. Lihat Toprak, Islam dan Perkembangan
Politik di Turki, h. 84.
40 Pada tahun ini juga dilakukan pengadopsian kalender Georgia dan diperkenalkannya musik Barat di sekolah-sekolah. Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki , h. 84.
5. Pada 17 Februari 1926, pemerintah mengadopsi – dengan sedikit modifikasi – UU Pidana Itali, UU Perdagangan Jerman dan UU
Perdata Swiss. Dalam undang-undang Perdata baru 41 ini dijamin
kebebasan individu dalam beragama, sekularisasi upacara pernikahan, pengadopsian prinsip monogami, sekulari sasi dalam perceraian dengan memberikan hak yang sama antara kedua pihak dalam menuntut talak, pembolehan pernikahan beda agama, pria dan wanita mempunyai hak yang sama atas anak, dan pemberian hak warisan
yang sama antara pria dan wanita. 42
6. 20 Mei 1928, undang-undang tentang penerapan angka -angka international.
7. 1 November 1928, undang -undang tentang penggunaan huruf-huruf latin untuk mengganti abjad Turki, dan penghapusan tulisan Arab. 43
8. 26 November 1934, undang -undang tentang pengha pusan gelar-gelar
dan panggilan kebangsawanan, seperti Effendi, Bey, atau Pasha. 44
9. 26 November 1934, undang-undang tentang larangan menggunakan
pakaian asli Turki. 45
41 Pengadopsian UU Perdata baru ini, merupakan suatu tonggak kebijakan penting menuju emansipasi kaum wanita di Turki, hingga pada tahun 1934, kaum wanita Turki diberi hak
untuk memilih dan dipilih di Parlemen. Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki , h. 100.
42 Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki , h. 98-99.
43 Perubahan alfabet dari Arab ke Latin. Usaha konkretnya adalah dengan mengubah kosakata dengan kata-kata baru bahasa Turki. Pelajaran Bahasa Arab dan Persia yang terdapat
dalam kurikulum sekolah dihapuskan, dan Tulisan Arab diganti dengan tulisan Latin. Tujuan pokok pembaruan ini tidak sekedar tujuan pedagogis, tatapi lebih untuk tujuan sosio kultural. Nasution, Pembaruan Dalam Islam , h. 152. Lihat juga Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki, h. 75.
44 Di samping penghapusan nama gelar dan panggilan kebangsawanan, Harun Nasution menulis, bahwa pada tahun 1935 dikeluarkan undang -undang yang mewajibkan warga Turki untuk
mempunyai nama belakang. Dan hari cuti mingguan yang sebelumnya hari Jum’at menjadai hari Minggu. Nasution, Pembaruan Dalam Islam , h. 152. Lihat juga Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki, h. 84.
Nasionalisme yang diusung Mustafa Kemal adalah nasionalisme yang sekular, dia menempatkan agama di bawah kontrol pemerintah. sedangkan sekularisasi yang dibawa adalah sinonim dengan westernisasi. Konsep nasionalisme dipahami bukan dalam konteks lokal Turki, akan tetapi dalam konteks Barat. Bangsa Turki akan eksis bukan sebagai kelompok rakyat yang memiliki kesamaan masa silam, akan tetapi sebagai kelompok rakyat yang memiliki kesamaan masa depan di antara bangsa -bangsa Barat yang
berperadaban. 46
Kebijakan dan undang-undang tersebut adalah produk dari sebuah negara yang berusaha mewujudkan ide-ide Barat ke dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara melalui satu kerangka nasionalisme yang sekular. 47 Hingga pada tahun 1937, barulah Republik Turki resmi menjadi negara sekular. 48
Meskipun demikian, Mustafa Kemal sebagai tokoh Nasionalis dan juga pengagum peradaban Barat, akan tetapi dia tidak menentang agama Islam. Baginya Islam adalah agama yang rasional, tetapi rasionalitasnya telah dirusak oleh pemeluknya. Oleh sebab itu, ia melihat perlunya pembaruan dalam bidang agama supaya disesuaikan dengan bumi Tur ki. Al-Qur'an perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, agar dapat difahami oleh rakyat Turki. Demikian juga khutbah Jum’at harus disampaikan dalam bahasa Turki. Begitu juga azan dalam
bahasa Turki mulai diberlakukan pemakaiannya di tahun 1931. 49
45 Pakaian Keagamaan dilarang dan rakyat Turki baik laki -laki ataupun perempuan harus mengenakan pakaian ala Barat. Nasution, Pembaruan Dalam Islam , h. 152.
46 Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki , h. 70. 47 Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran , h. 128. 48 Nasution, Pembaruan Dalam Islam , h. 151. 49 Ibid. , h. 153.
Sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal tidak sampai menghilangkan agama. Sekularisasinya berpusat pada menghilangkan kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan. Oleh karena itu, pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang. Negara harus dipisahkan dari agama. Institusi - institusi negara, sosial, ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan harus dibebaskan dari kekuasaan agama dan syari’at, akan tetapi n egara tetap menjamin kebebasan
beragama bagi rakyatnya. 50
Kebijakan-kebijakan maupun undang-undang untuk mendukung proyek pembaharuan dan nasionalisme Turki terus digalakkan, akan tetapi tidak lama setelah Mustafa Kemal meninggal pada 10 November 1938, gerakan-gerakan purifikasi serta seruan untuk kembali kepada agama mulai santer dan bermunculan kembali. Hal ini dikarenakan rasa keagamaan yang telah mengakar kuat pada masyarakat, Islam telah menyatu pada sistem sosial masyarakat Turki, sehingga upaya-upaya modernisasi dengan cara nasi onalisme yang sekular masih belum berhasil.