Peran dan Perjuangan
C. Peran dan Perjuangan
Sepanjang kehidupan Nursi, adalah perjalanan panjang perjuangan kehidupannya yang didedikasikan untuk masyarakat Turki khususnya dan ummat Islam secara keseluruhan pada umumnya. Pendidikan adalah bidang yang mendapatkan perhatian serius oleh Nursi untuk dijadikan sebagai media perjuangannya, karena pendidikan adalah pilar utama yang menguatkan sumber daya manusia untuk menuju negara yang maju dan kuat.
Ketika beliau berada di Van, Nursi mulai merumuskan gagasan - gagasannya mengenai reformasi pendidikan, dia menggabungkan antara ilmu - ilmu agama dengan ilmu -ilmu pengetahuan modern , yang menghasilkan bahwa ilmu-ilmu positif akan membenarkan dan memperkuat kebenaran -kebenaran agama. Tujuan utama Nursi adalah ingin membangun sebuah unive rsitas yang berada di Anatolia Timur untuk mengaplikasikan metodenya ini. Sebuah universitas yang diajarkan ilmu-ilmu umum modern juga diajarkan ilmu-ilmu
agama di dalamnya. 37
Setelah beliau sampai di Istanbul, dia sempat mengusulkan gagasan kepada Sultan Abdul Hamid, agar di daerah Timur Anatolia didirikan sekolah - sekolah yang mempelajari ilmu -ilmu umum kontemporer dan juga ilmu -ilmu agama. Nursi beralasan bahwa penduduk daerah setempat berada pada garis
35 Badî’uzzamân berarti keajaiban zaman, Nursi menggunakan gelar ini bukan dalam bentuk kesombongan, akan tetapi dia menggunakan nama itu sebagai bentuk untuk menunjukkan
karunia ilahi, dan dia mengatakan bahwa gelar Bediuzzaman lebih merupakan gelar maknawi bagi Risalah al-Nur. Lihat Badî’ Al-Zamân Sa’îd Al-Nûrsi, Sîrah Dzâtiyyah. Penerjemah Ihsân Qâsim Al-Sâlihi (Qâhirah: Sözler, 2004) , h. 64.
36 Lihat Vahide, Bediuzzaman, h. 31-33, lihat juga Salih, Said Nursi, h. 14. 37 Lihat Vahide, Bediuzzaman, h. 34.
kebodohan dan kemiskinan, belum lagi kediktatoran para penguasanya, dan juga sistem keamanan yang sangat lemah. Untuk dapat mengatasi masalah -masalah
tersebut, 38 yang harus dilakukan pertama kali adalah memperkuat sumber daya
manusia dengan membangun dan memperkuat sistem pendidikannya.
Universitas yang pada kemudian hari akan beliau namakan dengan Medresetuz Zehra ini diilhami dari nama Universitas al -Azhar yang ada di Kairo, yang diharapkan dapat menjadi universitas pelengkapnya di dunia Islam Timur, sebagai sarana memerangi kebodohan dan keterbelakangan yang meluas di daerah tersebut, dan juga sebagai solusi untuk permasalahan-permasalahan sosial politik
yang sedang terjadi. 39
Meskipun pembangunan fondasi telah dilaksanakan dan bahkan dirayakan dengan acara yang cukup meriah dan dihadiri oleh teman lama Nursi yaitu Tahir Pasya, akan tetapi pembangunan Medresetuz Zehra macet karena dana yang dijanjikan tidak kunjung cair . Pada bulan juni dan juli 1913 Tahsin Pasya mengambil alih masalah ini dan mengirimkan sejumlah telegraf ke kantor Perdana Menteri dan Kementerian Dalam Negeri memohon agar dana dapat dibayarkan , akan tetapi banyaknya terjadi peristiwa besar akhirnya membuat proyek
pembangunan universitas ini tidak terealisasi. 40
Di pentas politik, karir politik Said Nursi dimulai ketika ia bergabung dengan gerakan Komite Persatuan dan Kesatuan ( KPK), atau Al-Ittihâd wa Al- Tarâqî di Salonika. Langkah ini ditempuhnya dengan mempertimbangkan dirinya juga sebagai seseorang yang menyuarakan dan menyerukan kebebasan da n prinsip musyawarah secara Islami. Akan tetapi belakangan S aid Nursi berbalik membenci
38 Lihat Salih, Said Nursi, h. 17 39 Lihat Vahide, Bediuzzaman, h. 34. 40 Vahide, Bediuzzaman, h. 115, 122.
gerakan ini, sebab pada perkembangannya gerakan tersebut telah melenceng dan tidak sesuai dengan prinsip dan cita -cita luhurnya. Karena dalam tubuh gerakan itu, Said Nursi melihat ada yang tidak teguh pendiriannya sehingga berba lik memusihi Islam. Setelah itu, Said Nursi lebih memfokuskan kegiatannya pada orasi dan menulis makalah sebagai media untuk menjelaskan makna kebebasan dalam Islam dan pengaruh Islam dalam kehidupan politik, juga tuntutan agar syari’at Islam diterapkan da n aktif memberi peringatan dan jangan sampai
menyalahgunakan arti kebebasan. 41
Pada tanggal 5 April 1909, di Istanbul terbentuk sebuah organisasi yang bernama Al-Ittihâd Al-Muhammadî 42 dan pembentukannya dideklarasikan sesudah
terselenggaranya perhelatan agama 43 secara besar-besaran di Masjid Raya Aya Shafia. Dalam perhelatan tersebut Said Nursi turut menyampai kan pidato yang
sangat bermutu, sehingga para pendiri organisasi ini menjadi kelompok orang - orang yang berseru agar menyambut isi pidato tersebut dan menjadi
pendukungnya. 44
Popularitas Said Nursi terus terdengar di seluruh pen juru negeri, sehingga Mustafa Kemal mengundangnya ke pusat gerakan perlawanan di Ankara agar bergabung dengan sesama anggota gerakan ini. Hanya saja undangan itu ditolak oleh Said Nursi dengan menyatakan bahwa ia tidak ingin berjuang di balik layar,
41 Salih, Said Nursi, h. 20, dan lihat juga bagaimana Sukran Vahide menjelaskan dengan panjang lebar mengenai persepsi Said Nursi tentang kebebasan dan pemberlakuan syari’ at Islam.
Vahide, Bediuzzaman, h. 59-64
42 Al-Ittihâd Al-Muhammadî merupakan salah satu organisasi oposisi yang berasal dari kelompok agamis konservatif , kelompok ini mengorganisir propaganda berskala luas menentang
kebijakan-kebijakan dan sekularisme yang dikembangkan oleh kelompok Turki Muda. Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 119.
43 Perhelatan agama di sini adalah acara debat besar yang diselenggarakan oleh para ulama Istanbul yang tidak berhasil menyudutkan Said Nursi, mereka memohon kepada Syaikh
Bakhit al-Mutâi’î, seorang mufti dari mesir yang juga seorang ulama besar. Dan setelah terjadi perdebatan, Syaikh Bakhit justru menaruh respek terhadap S’id Nursi.
44 Salih, Said Nursi, h. 21-22
akan tetapi ia ingin berjuang di medan yang paling berbahaya. Usaha Mustafa Kemal rupanya tidak berhenti sampai di s itu, undangan yang ditujukan untuk Said Nursi terus melayang hingga akhirnya Said Nursi memenuhi undangan itu pada tahun 1922. Kedatangannya tentunya disambut dengan meriah , sayangnya beliau merasa tidak betah di Ankara karena melihat mayoritas anggota dewan tidak aktif shalat, sebagaimana perilaku para aparat pemerintah yang tampaknya berlawanan dengan Islam. Dan hal ini merupakan suatu hal yang membuat beliau sangat
sedih. 45
Karena reputasi dan pengaruh Said Nursi yang besar, dia kemudian diundang untuk bergabung dengan Syaikh Said Chiran, seorang tokoh pemimpin gerakan Tarekat Naqsyabandiyah serta pemimpin terkemuka suku Kurdi, dalam sebuah gerakan revolusioner yang dialamatkan kepada Pemerintah Republik sebagai bentuk Barlawanan atas politik pemerintah yang memusuhi Islam. Akan tetapi Said Nursi menolak bergabung dengan gerakan itu dengan alasan bahwa ia tidak lagi ingin adanya darah kaum muslimin yang tercecer. Dan ia juga ragu apakah orang-orang yang bergabung dalam gerak an itu betul-betul telah sadar dan
ingin menegakkan syari’at Islam dan menjalankannya dengan baik dan benar. 46
Namun sikap Said Nursi di atas ternyata tidak cukup membuatnya terbebas dari murka pemerintah Ankara. Ketika pemerintah – pasca gerakan Syaikh Chiran dapat ditumpas- mulai menangkap para pemimpin suku Kurdi untuk dibuang, termasuk di antaranya ialah Said Nursi. Meskipun Said Nursi hanya memfokuskan diri untuk beribadah di sebuah puing terpencil di sebuah gunung, tapi ternyata pemerintah tetap saja menangkap nya dan membuang Said Nursi ke
45 Ibid., h. 41-42 46 Ibid., h. 45-47
Barla. 47 Dan selama beliau berada di pembuangan di Barla, justru lahirlah mahakarya beliau yang diberi nama, Risâlah An-Nûr.