MUHAMMAD LABIB SAUQI FUF

PENGARUH MODERNISASI DI TURKI ATAS PENAFSIRAN BEDIUZZAMAN SAID NURSI

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

  Oleh

Muhammad Labib Syauqi

  NIM: 106034001244

PROGRAM STUDI TAFSIR -HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H.2010 M.

PENGARUH MODERNISASI DI TURKI ATAS PENAFSIRAN BEDIUZZAMAN SAID NURSI

  Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuludin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

  Oleh

Muhammad Labib Syauqi

  NIM: 106034001244

  Pembimbing,

  Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm.

PROGRAM STUDI TAFSIR -HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H.2010 M.

  PENGESAHAN PANITIA UJIAN

  Skripsi berjudul PENGARUH MODERNISASI DI TURKI ATAS PENAFSIRAN BEDIUZZAMAN SAID NURSI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Stu di Tafsir-Hadis.

  Jakarta, 18 Maret 2010

Sidang Munaqasyah

  Ketua Merangkap Anggota,

  Sekretaris Merangkap Anggota,

  Drs. Agus Darmaji, M.Fils.

  Rifqi Muhammad Fathi, M.A.

  Dr. Yusuf Rahman, M.A.

  Eva Nugraha, M.A.

  NIP: 19670213 199203 1 002

  NIP: 19710217 199803 1 002

  Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm. NIP: 150368734

LEMBAR PERNYATAAN

  Dengan ini saya menyatakan bahwa :

  1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

  memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

  cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syari f Hidayatullah Jakarta.

  3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

  atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  Ciputat, 7 Maret 2010

  Muhammad Labib Syauqi

ABSTRAK

  Muhammad Labib Syauqi Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Bediuzzaman Said Nursi

  Suatu penafsiran adalah bersifa t profan dengan kebenaran subjekt ifitas manusia yang bersifat relatif, suatu penafsiran bukanlah sesuatu yang bernilai sakral sehingga wajib diikuti dan mengandung kebenaran mutlak.

  Upaya penafsiran yang dilakukan oleh seorang mufassir tidak dapat dilepaskan dari konteks ruang sosialnya. Karena proses penafsiran yang dilakukan tidaklah berada pada ruang hampa yang terlepas dari kehidupan sosialnya. Hal ini tidak lepas dari pergumulan seorang penafsir dengan lingkungan sosial, budaya, politik, dan agama yang ada di sekelilingnya. Sebuah karya tafsir merupakan sebuah produk sosial dan karya manusia biasa, yang tidak pantas dianggap sakral dan juga tidak kedap akan kritikan.

  Nursi menafsirkan al-Qur'an tanpa terlepas dari konteksnya pada waktu itu, dengan kondi si sosial masyarakat Turki yang sedang dilanda krisis keimanan serta tergila -tergila dengan modernisasi ya ng sinonim dengan westernisasi. Pemikiran Nursi banyak terpengaruh dengan adanya modernisasi waktu itu dengan banyaknya merespon peristiwa yang terjadi.

  Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu diapresiasi, entah datangnya dari Islam maupun dari Barat sekalipun, akan tetapi perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi tersebut haruslah selaras dengan nilai -nilai Islam dan justru akan menguatkan keberagama an seseorang. Kehidupan bernegara yang diwujudkan dalam bentuk Nasionalisme ada lah salah jika diwujudkan dengan bentuk sekularisasi buta atau westernisasi kebablasan. Nasionalisme justru akan menemukan bentuk idealnya jika mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan tidak tercerabut dari akar budaya lokalnya. Kemudian persamaan hak dan relasi antara laki -laki dengan perempuan haruslah diwujudkan dengan tujuan untuk saling menyempurnakan kekurangan masing-masing supaya terwujud suatu kehidupan yang harmonis dan d inamis.

  Nursi tidak hanya melihat al -Qur'an dari sisi tekstualnya yang terbatas saja, akan tetapi Nursi juga menggunakan pendekatan rasional, yang menyandarkan pendekatan -pendekatan rasionalisme berpikirnya pada keyakinan atas kebenaran teks -teks agama tersebut.

  Melihat sifat penafsiran kontekstual yang dilakukan Nursi, bukan berarti merupakan salah satu bentuk dari politasi ayat -ayat al-Qur'an. Namun lebih berupa upaya untuk mengkontekstualisasikan ayat -ayat al-Qur'an dan mendialogkan dengan kehidupan sosi al pada masanya, supaya ayat -ayat al- Qur'an tidak hanya dipahami sebagai sebuah dokumen tekstual yang mati dan kehilangan signifikansinya dengan perilaku kongkrit masyarakat. Nursi seakan menjawab bahwa letak kekuatan al -Qur'an adalah pada kekuatan ayat - ayatnya yang universal dan telah diproyeksikan untuk bisa menjadi bagian penting dalam proses kritik sosial masyarakat .

KATA PENGANTAR

  Bismillahi al-Rahmâni al-Rahîmi

  Dengan menyebut keagungan asma -Mu, Engkau adalah satu-satunya yang aku tuju, dan Rido-Mu adalah satu-satunya yang aku cari. Setiap hembusan nafas senantiasa menyebut asma -Mu, mengagungkan dan memuji kebesaran -Mu. Tasbih dan Tahmid tertuju pada Dzat yang telah menciptakan bumi seisinya dengan segala kebesaran yang memancar dari -Nya. Solawat serta salam senantiasa tercurah pada baginda Rasulullah saw. yang telah memancarkan cahaya terang kenabiannya pada setiap kalbu selur uh ummatnya, dan kasih sayangnya yang memberikan syafa’at pada setiap pengikutnya.

  Dengan hati yang remuk dan hancur, penuh ketulusan serta harapan, hambamu yang hina ini memanjatkan syukur alhamdulillah yang tiada tara kepada-Mu. Yang telah menggerakkan hati, jiwa, dan pikiran sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, yang tanpa pertolongan -Mu, hambamu ini pastilah tidak dapat berbuat apa -apa. Terima kasih atas beribu nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada hambamu yang berlumur dosa ini, terima kasih telah memberikan izin pada hambamu ini untuk masih bisa menghirup berartinya udara kehidupan ini, dan berkenan memberikan kesempatan kepada hambamu ini untuk mengabdikan sisa hidupnya hanya kepada-Mu.

  Terima kasih sebesar-besarnya penulis haturkan pada segenap orang-orang terkasih yang berada di sekeliling penulis, yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Bapak Dr. Amin Nurdin, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Bustamin, M.Si. selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis , Bapak Dr. Edwin Syarif, M.A. selaku Sekretaris

  ii ii

  Jurusan Tafsir Hadis, dan terkhusus kepada Ibu Dr. Nur Rofiah Bil. Uzm. selaku dosen pembimbing, terima kasih telah bersedia banyak membantu dan membimbing penulis dalam meny elesaikan skripsi ini, terimakasih atas kritikan - kritikannya yang sangat membangun. Juga tak ketinggalan pada Bapak Eva Nugraha M.A. sebagai dosen akademik juga teman diskusi penulis dan tak lupa Bapak Muslim yang telah banyak memudahkan urusan penulis.

  Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah berkenan memberikan ilmunya, yang telah berkenan menemani dalam setiap langkah pencarian ilmu dan bersedia mengajar penulis dalam setiap jengkal kebodohan, Juga kepada sejumlah karyawan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Ushuluddin, dan Perpustakaan Iman Jama’, yang telah bersedia membantu penulis.

  Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Muhadi HS. dan Ibunda Hj. Akifah yang senantiasa mencurahkan kasih sayangny a, bimbingan, dan do’a. dengan penuh ketulusan, sujud sungkem penulis haturkan sepenuh hati pada mereka. Kakak-kakak tercinta Ulin Nuha Lc., Ulil Albab S.Pd .i., dan Ulin Najihah S.E., terima kasih banyak atas segenap saran dan dukungan yang penuh cinta kasih pada penulis. Para malaikat kecilku Aufar Rizrozi, Azza Jadul Haq, Nabila Nailal Muna, Royyan Rikza, dan Adzhan Nibrosi yang telah menjadi lentera hati kecilku, yang menerangi dan menghangatkan setiap semangat penulis.

  Pada para guru-guru penulis, KH. Abdullah Zawawi, KH. Abdullah Zabidi, Lek Minan, dan segenap guru PP. Manba’ul Hudâ Kembang. KH. Idris Marzuqi, KH. Anwar Mansur dan segenap asâtidz PP. Hidâyatul Mubtadi’în Lirboyo Kediri, yang telah berkenan membukakan pintu masuk untuk menuju kota ilmu pengetahuan yang terang benderang. Terutama kepada beliau M.R.H.S.

  iv

  Irfa’i Nahrawi al-Naqsyâbandî Q.S. yang telah berkenan menjadi pendidik jiwa penulis, semoga Allah melimpahkan cahaya guruku kepadaku selamanya.

  Teman-teman seperjuangan di tafsir hadis angkatan 2005, Gopar, Asep, Rosyidi, Salman, Syarif, Zee, Laily, Bedah, Itoh, Neneng, Amar, Zaenal, Agus dan semuanya, terima kasih telah bersedia menemani perjalanan penulis selama ini. Teman-teman Silaturrahmi Mahasiswa Jepara Jakarta, Munib, Ida, Jazuli, semoga Jepara semakin jaya. Terima kasih pada teman -teman Forum Mahasiswa Alumni Lirboyo, kawan-kawan kelas bahasa Turki dan Kajian Said Nursi, Ka’ib, Habib, Ika, Irfan Sholeh, Afif dan Mulyana terima kasih atas kebersamaan dan diskusinya. Kawan-kawan forum diskusi Piramida Circle semuanya, Lek Edi, Lek Hafid, Lek Wur, Maman, Abah, Saprol, yang banyak membukakan paradigma berpikir penulis, dan menjadi patner setia pen ulis dalam mengurai setiap rumitnya pembahasan, terima kasih. Warga Nirmala, Bang A’an, Mami, Mas Ari , Cak Kholil, Imron, Yani, Titin, Ma'mun, dan Ufiq yang selalu menemani penulis dalam mengisi hari-harinya. Juga terima kasih pada Pak Johar, yang telah bersedia menjadi tetangga yang baik serta teman diskusi penulis. Dan terkhusus kepada yang telah memeluk hatiku dengan penuh cinta, terima kasih banyak, karena telah membuat hidupku berwarna indah.

  Saudaraku Mbah Lém, yang selalu menyiramku dengan hangatnya kopi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, tak lupa saudara-saudaraku Sus, Ali, Jay, Hakim, Hanafi, Bambang, Ope, dan segenap “Laskar Atas Angin”, semoga persaudaraan yang mulia ini dapat menghantarkan kita menuju pada Rido Ilahi.

  Dan yang terakhir, jika penulis boleh menyebutkan seseorang yang banyak berjasa dalam membantu dan menyelesaikan skripsi ini, maka Abi Hasbi Dan yang terakhir, jika penulis boleh menyebutkan seseorang yang banyak berjasa dalam membantu dan menyelesaikan skripsi ini, maka Abi Hasbi

  

  Sen adalah orang yang paling pantas untuk mendapatkannya. Hormat dan terima kasih tak terhingga karena telah banyak membantu penulis dengan menghadiahkan buku-buku Nursi, banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis dan banyak membagi ilmunya khususnya mengenai pemikiran Said Nursi. Semoga kita bisa benar-benar menjadi Tullâb al-Nûr dan mewujudkannya dengan penuh cinta.

  Dari sedikit yang dapat penulis lakukan dengan karya ini, adalah satu usaha kecil untuk berusaha ikut mengais sepercik air di hamparan samudra ilmu Allah yang teramat luas. Dengan keterbatasan yang dimiliki penulis, kekurangan pasti ditemui dalam banyak sisinya, karna kesempurnaan hanya milik Allah semata.

  Akhirnya demikianlah yang dapat penulis sajikan, semoga sedikit usaha ini dapat bermanfaat bagi penulis khusu snya dan lebih-lebih dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Amin.

  Subhânaka Allâhumma wa Bihamdika Astaghfiruka wa Atûbu Ilaika

  Ciputat, 7 Maret 2010

  Muhammad Labib Syauqi

PEDOMAN TRANSLITERASI

  Untuk pedoman transliterasi, yang digunakan adalah pedoman transliterasi CeQDa tahun 2007.

  Huruf Arab

  Huruf Latin

  Keterangan

  ا

  Tidak dilambangkan

  h h dengan garis bawah

  es dengan garis di bawah

  ض

  d de dengan garis di bawah

  ط

  t

  te dengan garis di bawah

  ظ

  z

  zet dengan garis di bawah

  ع

  ‘

  koma terbalik di atas hadap kanan

  غ

  gh ge dan ha

  ف

  f ef

  ق

  q

  ki

  ك

  k

  ka

  ل

  l

  el

  م

  m

  em

  ن

  n

  en

  و

  w

  we

  ـھ

  h ha

  ء

  apostrof

  ي

  y

  ye

  ix ix

Vokal

  Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monofrog atau vokal rangkap diftong.

  Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

  Tanda Vokal Arab

  Tanda Vokal Latin

  Keterangan

  __َ__

  a fathah

  ---ِ---

  Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

  Tanda Vokal Arab

  Tanda Vokal Latin

  Keterangan

  ي __َ__

  ai

  a dan i

  و __َ__

  au

  a dan u

  Vokal panjang

  Ketentuan alih aksara vokal panjang ( madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

  Tanda Vokal Arab

  Tanda Vokal Latin

  a dengan topi di atas

  ْﻲِــ

  î

  i dengan topi di atas

  ْﻮُــ

  û

  u dengan topi di atas

Kata sandang

  Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, dialihaksarakan menjadai huruf l, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

  xi

Syaddah (tasydîd)

  Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( ّـــ ـــ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandak an huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf -huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةَرْوُﺮﱠﻀﻟا tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Al-Qur'an 1 merupakan petunjuk bagi setiap manusia dan sebagai Kitab

  yang diturunkan supaya 2 manusia keluar dari kegelapan masa lalu menuju pada masa yang terang benderang . Allah berfirman dalam Sûrah Ibrahîm14: 1 :

               

     

  “Alif lâm râ. (Ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu

  supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji ”.

  Di samping hal itu, manusia pada awalnya merupakan satu kesatuan (ummatan wahidah), akan tetapi sebagai akibat perkembangan pertumbuhan penduduk dan populasi masyarakat, maka muncullah masalah -masalah baru yang menimbulkan perselisihan dan bahkan perpecahan. Sejak itulah, Allah mengutus para nabi-Nya dan menurunkan Kitab Suci, agar dengan adanya Kitab Suci tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan untuk memecahkan permasalahan - permasalahan yang terjadi seperti dalam Sûrah al-Baqarah2: 213.

  1 Al-Qur'an secara istilah ialah kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan

  mutawâtir serta membacanya adalah ibadah. Lihat Al-Qur'an dan Terjemahnya (Arab Saudi: Mujamma’ al-Mâlik Fahd li Thiba‘at al -Mushaf al-Syarîf Madînah al-Munawwarah, 1410 H), telah di tashih oleh Departem en Agama RI. Lihat juga Mannâ’ a l-Qottôn, Mabâhits Fî ‘Ulûmil al- Qur'ân (t.tp.: Mansyûrât al-‘Asr al-Hadîts, t.t.), h. 21.

  2 Supaya al-Qur'an berfungsi sesuai sebagaimana mestinya, al-Qur'an memerintahkan umat manusia untuk mempelajari dan memahaminya (QS 38:29), Agar mereka dapat menemukan

  apa yang dapat mengantarkan mereka pada jalan yang terang benderang, melalui petunjuk - petunjuknya baik yang tersurat maupun yang tersirat. Lihat Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur'ân : Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan), h. 92.

                                           

            

  “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan),

  Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusa n di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan - keterangan yang nyata, Karena dengki antara merek a sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak -Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki -Nya kepada jalan yang

  lurus ”.

  Pada sisi lain, Al-Qur'an menggambarkan tatanan masyarakat ideal seperti halnya tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu akan menjadikan tanaman itu kuat, dan menjadi besarlah tanaman itu tegak lurus di atas dasarnya yang kuat. Tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya. Dalam Sûrah al- Fath 48: 29 :

                                         

      

  “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang -orang yang

  bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan -Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat -sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu

  menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam -penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang -orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang -orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar ”.

  Ayat ini menggambarkan bahwa masyarakat ideal tersebut terus -menerus berubah dan berkembang dinamis menuju kesempurnaannya. Jika gambaran di atas dikaitkan dengan hakikat kemodernan yang antara lain bercirikan dinamika perubahan yang terus-menerus, serta dikaitkan dengan fungsi Kitab Suci sebagai

  rujukan dan acuan dalam kehidupan , 3 maka dapat dipahami bahwa Al-Qur'an

  4 menganjurkan adanya pembaruan 5 atau modernisasi yang berarti reaktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam al -Qur'an.

  Aktualisasi nilai-nilai Islam tersebut terhad ap keselarasan zaman merupakan keniscayaan terhadap adanya modernisasi dan pembaruan dalam Islam. Karena Islam merupakan agama yang dinamis sesuai dengan konteks tempat dan zamannya. Karena risalah dan tatanan yang dibawa Nabi merupakan tatanan universal bagi dunia, seperti difirmankan dalam Sûrah al-Ambiyâ'21: 107 :

       

  “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

  3 Ibid., h. 92.

  4 Pemahaman pembaruan dapat dilihat dari dua pendapat yang berkembang dalam kalangan ulama, Sahl al-Sya’lûki dan Ahmad Ibnu Hambâl berpendapat bahwa pembaruan adalah

  penyebarluasan dan penghidupan kembali ajaran -ajaran agama seperti yang dipahami dan diterapkan oleh para ulama terdahulu ( al-salaf al-awwal), kebalikannya ada yang memahami bahwa pembaruan merupa kan usaha penyesuaian ajaran -ajaran agama dengan perkembangan zaman kontemporer sesuai dengan ilmu pengetahuan dan kondisi sosial masyarakat. Lihat Shihab, Membumikan Al-Qur'an, h. 93.

  5 Modernisasi adalah proses sikap dan mentalitas seba gai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan masa kini, Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

  1988), h. 589.

  Bahwa Nabi Muhammad Saw. sang Nabi pembawa risalah Islam, merupakan seorang utusan yang diperuntukkan bagi semua alam. Artinya apa yang dibawa Nabi Muhammad Saw. berupa risalah Islam universal yang berisikan

  kasih sayang, merupakan tatanan yang dibawa nabi bagi 6 seluruh manusia di

  dunia, baik bagi orang-orang mukmin ataupun kafir sekalipun.

  Penulis berasumsi bahwa, p embaruan ataupun modernisasi Islam kemudian berhadapan dengan globalisasi dunia, berhadapan dengan budaya global, yang akhirnya menimbulkan ketegangan antara masyarakat muslim dalam merespon modernisasi dan globalisasi. Masyarakat Islam masih seringkali resisten terhadap modernisasi baik pemikiran maupun kultural yang dikembangkan. Dalam masyarakat Islam, bagaimana Jamaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh, ataupun Fazlur Rahman mendapat penolakan dari sebagian umat Islam karena gagasan pembaruan pemikiran yang mereka kemukakan.

  Mengapa sebagian masyarakat Muslim masih ada yang menolak modernisasi? Pertama karena sifat universal modernisasi yang mengharuskan setiap masyarakat untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang terjadi di Barat. Cara ini dianggap sebagai usaha westernizasion (pembaratan). Kedua,

  karena modernisasi dianggap meniscayakan sekularisasi 7 , sementara gagasan sekularisasi dianggap bertentangan dengan Islam karena sekularisasi ditandai oleh

  tiga karakteristik yang tidak ada dalam tradisi Islam. Pertama, pemisahan politik dari ideologi keagamaan. Kedua, meluasnya kegiatan politik, sehingga berbagai

  6 Lihat, Syihâb Al-Dîn Mahmûd Al-Alûsî, Rûhul Ma’ânî Fî Tafsîr al -Qur'ân al-‘Azîm Wa al-Sab’i al-Matsânî, vol.9 (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994), h. 99.

  7 Sekularisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal yang membawa ke arah kecintaan kehidupan duniawi sehingga norma -norma tidak perlu didasarkan pada ajaran agama,

  Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 797.

  fungsi dalam bidang sosio -ekonomi yang dulu dilakukan oleh struktur agama, digantikan oleh struktur politik. Ketiga , budaya politik yang berubah yang tidak lagi menekankan nilai -nilai ideologis yang transendental, tetapi mengejar nilai -

  nilai sekular yang pragmatis, melalui cara -cara yang rasional dan pragmatik 8 .

  Islam dalam upayanya menghadapi isu modernisasi, westernisasi, dan juga sekularisasi kemudian mulai dimunculkan dengan wajahnya yang berbeda. Kebangkitan Islam di negeri -negeri Islam, selama fase pertama manifestasinya, ditandai dengan bangkitnya perhatian terhadap Islam sebagai ideologi yang memiliki kekuatan pembebas. Bagi kelompok pembaharu ini, Al-Qur'an dan

  Sunnah Nabi 9 merupakan sumber pokok untuk membuat solusi bagi berbagai problem ekonomi dan sosio -politik kontemporer yang mendesak. Berdirinya

  negera Islam merupakan tujuan paling pentin g bagi para tokoh kebangkitan Islam, ini merupakan salah satu respon atas keprihatinan kamu Muslimin akibat globalisasi dan gilasan modernisasi yang semakin meminggirkan Islam dan otoritasnya.

  Para tokoh kebangkitan Islam menyebutkan, setidaknya ada empat sebab utama atas kemunduran kaum Muslim. Pertama, erosi nilai-nilai Islam dan ketidak pedulian pemerintah untuk menerapkan peraturan sosio ekonomi dan etika Islami. Kedua, sikap diam dan kerja sama lembaga ulama dengan pemerintah yang pada hakikatnya tidak Islami. Ketiga, korupsi dan kezaliman kelas penguasa

  8 Donald Eugene Smith, Agama dan Modernisasi Politik: Suatu Kajian Analitis. Penerjemah Machsun Husein (Jakarta: Rajawali, 1970), h. xi -xii.

  9 Sunnah yang disebut juga dengan Hadîts adalah segala sesuatu yang dinisbahkan atau disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapan atau

  sifat Nabi. Subhi al-Shalih, ‘Ulûm al-Hadîts wa Mustalahuhu (Beirut: Dâr al-‘Ilm li al-Malayin, 1997), h. 3. Lihat juga Mahmûd al-Tohân, Taisîr Mustolah al-Hadîts (Surabaya, Binkûl Andûh, t.t.), h. 15.

  atau keluarganya. Keempat, kerja sama kelas penguasa dengan dan ketergantungannya pada, kekuatan -kekuatan imperialis yang tidak Islami. 10

  Para tokoh kebangkitan Islam memakai substansi Islam untuk mengembangkan struktur ideologi mereka yang baru. Konstruksi mereka modern , tentu saja dalam proses ini, hal-hal yang baru jika bukan bid’ah akan diambil, dan hal-hal yang tidak diperlukan akan dibuang. Islam di tangan orang -orang seperti ini beradaptasi dengan perubahan zaman. Namun yang lebih penting, mereka berupaya mendefinisikan dan membentuk kembali aspek -aspek tertentu pada era

  modern berdasarkan visi mereka . 11 Tokoh-tokoh kebangkitan Islam bersikap akomodatif dan sekaligus konfrontasionalis terhadap sistem politik, sosial dan

  ekonomi modern, paradigma ilmu pengetahuan , hubungan sosial, dan juga tentang interpretasi gender 12 .

  Isu-isu yang banyak dibicarakan dan menjadi tema hangat dibicarakan dan mendapatkan banyak tanggapan dari para pembaharu Islam waktu itu adalah persinggungan Islam dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi, mengenai sistem pemerintahan yang berupa hubungan agama dengan negara , dan juga yang tidak kalah marak dibicarakan adalah mengenai isu persamaan hak antara laki -laki dan

  perempuan dalam Islam . Tiga isu hangat ini 13 juga dikemukakan Michel Foucault bahwa masalah kekuasaan, pengetahuan dan seksualitas merupakan topik utama

  yang banyak dibicarakan oleh para tokoh sosiologi modern pada awal abad 21.

  10 Ali Rahnema, “Ciri Khas Tokoh Kebangkitan Islam,” dalam Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam . Penerjemah Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1998), h. 1 1.

  11 Ibid., h. 13 12 Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan ( distinctions)

  dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakte ristik emosional antara laki -laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat. Lihat Asriati Jamil dan Amany Lubis , Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: PSW UIN, 2003), h. 54.

  13 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2007), h. 106.

  Aksi para pembaharu Islam terhadap gejala modernisasi yang mendunia meniscayakan adanya perbedaan rea ksi yang prinsipil menurut perbedaan konteks sosial hitoris. Hal tersebut dikarenakan mereka pasti tidak akan terlepas dengan

  konteks sosio historis yang berkembang dimana mereka berada 14 , karena

  seseorang merupakan produk dari zamannya.

  Ketika menyebutkan keterpengaruhan penafsiran terhadap kondisi lokal, maka hal yang muncul berikutnya adalah pandangan -pandangan baru yang muncul tentang kontekstualitas al -Qur'an sebagai respon terhadap pertanyaan- pertanyaan baru yang muncul dari perubahan -perubahan politik, sosial dan kultural dalam masyarakat -masyarakat Muslim yang disebabkan oleh pengaruh peradaban Barat.

  Setidaknya terdapat dua maslah serius yang dibahas, yaitu kecocokan al - Qur'an dengan perkembangan pengetahuan modern dan juga mengenai tatanan politik dan sosial yang didasarkan atas prinsip -prinsip al-Qur’an. Untuk memenuhi tujuan ini, pesan -pesan yang ada dalam al-Qur'an harus diinterpretasikan supaya dapat mengasimilasi model -model Barat, ataupun mencari solusi alternatif yang lebih baik dari model -model Barat. Dan di antara problem yang dipertimbangkan dalam kerangka ini adalah bagaimana al -Qur'an

  jika dikaitkan dengan status hukum 15 kaum wanita dapat dipahami sesuai dengan

  aspirasi-aspirasi modern tentang persamaan hak antara laki -laki dan perempuan 16 .

  Di antara tokoh pembaharu yang merespon isu -isu yang dibawa peradaban Barat terhadap penafsirannya adalah Muhammad Abduh yang mengadopsi konsep

  14 Shihab, Membumikan Al-Qur'an, h. 87.

  15 Hukum yang dimaksud di sini adalah hukum -hukm syari’ah yang berdasar pada al - Qur'an dan Hadis tentang wanita.

  16 Rotraud Wielandt, “Tafsir Al -Qur'an; Masa Awal Modern dan Kontemporer,” Penerjemah Sahiron Syamsuddin, Taswirul Afkar, Edisi No.18 (Tahun 2004): h. 60 .

  Barat, bahwa sejarah manusia merupakan proses perkembangan yang sama dengan proses perkembangan individu. Dia melihat bahwa umat Islam betul -betul dapat memasuki peradaban masa kini dan bahkan dapat memainkan peranan penting didalamnya, karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akal dan

  kemajuan. 17 Dia mengedepankan rasionalitas dalam penafsirannya, seperti ketika

  menafsirkan kata jin yang berarti “sesuatu yang tertutup” , diartikan sebagai

  kuman yang tertutup 18 atau tidak terdeteksi secara kasat mata atau disebut dengan

  mikroba 19 yang banyak menyebabkan timbulnya penyakit . Dia juga menafsirkan burung-burung ababil yang melemparkan bebatuan kepada pasukan Raja Abrahah

  dengan “lalat-lalat yang dapat menularkan penyakit kepada mereka melalui kaki - kainya yang mengandung kotoran dan virus.” 20

  Selain Abduh, terdapat sekelompok u lama yang menafsirkan al -Qur'an dengan penafsiran saintifik ( tafsîr ‘Ilmi), mereka berasumsi bahwa seluruh macam ilmu pengetahuan modern telah diantisipasi dalam al -Qur'an dan referensi- referensi yang jelas terhadap temuan tersebut dapat ditemukan dalam al -Qur'an. Temuan-temuan saintifik yang telah ditetapkan dalam al -Qur'an sebelumnya, mulai dari kosmologi Copernicus hingga kandungan -kandungan listrik, mulai dari keteraturan reaksi-reaksi kimia hingga bakteri -bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.

  17 Wielandt, “Tafsir Al-Qur'an; Masa Awal Modern dan Kontemporer,” h. 65 18 Muhammâd Rasyîd Ridâ, Tafsîr Al-Manâr, vol. 3 (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), h. 96.

  19 Mikroba (microbe) Bio pelbagai organisme berukuran superkecil yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop (bakteri, kuman, virus, baksil, jamur, protozoa dll); istilah ini

  diperkenalkan oleh ahli bedah Perancis, Charles Sedillot (1878); mikro organisme. Lihat Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta; Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 664

  20 Muhammad ‘Abduh, Tafsîr Juz ‘Amma (t.tp.: Dâr Wamatâbi’ Al-Syu’ab, t.t.), h. 120.

  Tafsîr ‘ilmi yang paling representatif pada abad ke – 20 adalah tafsir al- Jawâhir fi Tafsîr al-Qur'ân al-Karîm. Karya ini merupakan ensiklopedi tentang ilmu-ilmu modern. Jawhari tidak menggunakan metode ini untuk bertujuan apologetik untuk membuktikan kemukjiza tan al-Qur'an, akan tetapi dia ingin meyakinkan umat Islam bahwa pada masa modern, mereka seharusnya jauh lebih memperhatikan ilmu-ilmu pengetahuan modern daripada menyibukkan diri

  dengan pembahasan-pembahasan hukum Islam. 21 Karena menurut dia, dengan

  cara penguasaan ilmu pengetahuan modern, Islam akan dapat merebut kembali kemerdekaan dan kekuasaan.

  Masih banyak contoh keterpengaruhan penafsir terhadap konteks zamannya, belum lagi ketika mengambil contoh Indonesia, karena Islam yang ada di Indonesia akan berbeda dengan Islam yang berada di Timur Tengah , Mesir ataupun di Turki misalnya. Dalam makna sederhananya, bahwa praktek keislaman yang ada di Indonesia atau di tem pat lainnya akan sangat memungkinkan berbeda dengan aplikasi ajaran Islam yang ada di tempat lain, hal ini dikarenakan adanya konteks sosio historis yang melatarinya dan adanya kebudayaan lokal yang mempengaruhinya. Hal ini juga sejalan dengan al-Qur'an yang diyakini berdialog dengan zaman, dan pemahaman manusia pada masanya terhadap al -Qur'an akan banyak dipengaruhi oleh budaya dan perkembangan masyarakat pada zamannya.

  Islam dalam pemahaman yang komprehensif merupakan agama yang

  membebaskan pemeluknya dari nilai -nilai relatif dan temporal, 22 karena Islam

  adalah agama universal yang diperuntukk an kepada semua manusia untuk sepanjang zaman.

  21 Wielandt, “Tafsir Al-Qur'an; Masa Awal Modern dan Kontemporer,” h. 70

  22 Ignaz Goldziher, Madzhab Tafsir; Dari Aliran Klasik Hingga Modern, Penerjemah M. Alaika Salamullah dkk, (Yogyakarta: eLSAQ, 2003), h. 381

  Merespon isu modernitas ketika dihadapkan dengan Islam , tradisi dan juga westernisasi, salah seorang pemikir muslim abad 20 yang berasal dari Turki bernama Bediuzzaman Said Nursi, banyak menanggapi permas alahan tersebut dengan konsep modernitas yang dimilikinya , banyak isu-isu modern yang ditanggapinya dalam karya -karyanya.

  Said Nursi lahir pada tahun 1876 23 dan wafat pada 1960. Selama masa

  hidupnya, Said Nursi banyak menyaksikan peristiwa penting dalam sejarah Islam dan khususnya Turki, mulai dari rapuhnya kerajaan Islam terakhir hingga jatuh dan berubahnya Turki Utsmânî menjadi Republik sekular.

  Said Nursi dilahirkan ketika Kerajaan Turki Utsmânî sedang dalam keadaan mulai kehilangan otoritas dan kekuasaannya di bawah kekhalifahan 24

  Sultan abdul hamid II. Kondisi melemahnya Kerajaan Turki Utsmânî ini juga diikuti dengan keberadaan negara -negara Muslim lainnya 25 yang bahkan berada di

  bawah jajahan dan hegemoni Barat.

  Pada tahun kelahiran Nursi, Turki Utsmânî beribukota di Istanbul, dimana ketika itu Islam dianggap memulai perjalanannya untuk masuk pada masa

  modernisasi. 27 Hal ini ditandai dengan adany a gerakan Tanzimat (1839 - 1876)

  23 Terdapat perbedaan dalam penyebutan tahun kelahiran Nursi, dalam kedua buku biografi Nursi karya Ihsan Kasim Salih dan Sukran Vahide keduanya berbeda, Ihsan menyebutkan

  1876 sedangkan Vahide menulis 1877. Lihat Ihsan Kasim Salih, Said Nursi; Pemikir Sufi Besar Abad 20, Penerjemah Nabilah Lubis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 8, dan Şükran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi ; Transformasi Dinasti ‘Utsmânî Menjadi Republik Turki, Penerjemah: Sugeng Haryanto, Sunoko (Jakarta; Anatolia, 2007), h . 3.

  24 Khalifah (Pengganti), makna umum 1. Wakil (pengganti) Nabi Muhammada Saw. Sstelah Nabi wafat dalam urusan negara dan agama yang melaksanakan syari’at hukum Islam

  dalam kehidupan negara. 2. Gelar kepada agama dan raja di negara Islam. Lihat Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, h. 496.

  25 Pada tahun 1881 Tunisia dijajah Perancis. Tahun 1882 Mesir, India, Sudan, dan Malaysia dijajah Inggris. Yang bertepatan juga waktu itu Indonesia dijajah Belanda dan Asia

  Tengah dikuasai Rusia. Lihat Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi , h. xvii

  26 Dilip Hiro, War Without End; The Rise of Islamist Terrorism and Global Response (New York: Routledge, 2003), h. 42, diakses pada 10 November 2009 dari

  http:yankoer.multiply.comjournalitem282

  yang sedang tumbuh dan be rkembang ketika itu. Gerakan ini mulai mengadakan perubahan-perubahan signifikan, mulai dari menata ulang sistem pemerintahan, hingga berbagai aspek kehidupan masyarakat dengan menggunakan cara dan paradigma Barat sebagai acuan.

  Gerakan reformasi Tanzimat ini menjalankan modernisasi dalam berbagai bidang, dan menyebabkan adanya pemisahan wewenang negara dalam masalah agama dengan masalah dunia. Hal ini artinya menyebabkan semakin terpinggirnya agama dari kehidupan mereka dan menuju pada arah sekularisasi.

  Sepak terjang Tanzimat yang semakin mengarah pada sekularisasi ini kemudian mendapatkan respon yang berbeda antara pro dan kontra dari masyarakat. Pemberian persamaan hak kepada kaum minoritas K risten dalam bidang politik maupun ekonomi semakin mengundang ketidak puasan bagi kaum mayoritas Islam, dan meluasnya kekuasaan otoriter sultan semakin menyulut timbulnya reformasi. Hal-hal inilah yang akhirnya akan menyebabkan munculnya gerakan konstitusional atau disebut dengan Gerakan Utsmânî Muda yang digawangi oleh Namik Kemal. Mereka menyerukan konsep kebebasan dan pemerintahan yang konstitusional, mereka berusaha mengembalikan Islam sebagai dasar dan tujuan negara, mencari persamaan konsep liberal modern pada ajaran Islam klasik dan mengaitkannya dengan konstit usionalisme dan pemerintahan perwakilan yang bersumber dari Barat yang kemudian

  27 Kelompok Tanzimat adalah gen erasi penerus dari ide-ide Mahmud II yang banyak berperan untuk mewujudkan perbaikan, pengaturan dan penyusunan undang -undang baru baik di

  bidang ekonomi, pendidikan, militer, pemerintahan, dan sosial di Turki, ketika usaha modernisasi di Turki sedang gencar-gencarnya digalakkan. Gerakan ini bertujuan mengembalikan reputasi dan kekuasaan Kesultanan dari ancaman Eropa. Lihat Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah Pemikirn dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 97.

  menggabungkan keduanya. 28 Argumentasi-argumentasi yang dibangun, pemikiran yang dikonstruksikan oleh gerakan ini akan mendapatkan banyak

  tanggapan dari beberapa karya Nursi dimasa-masa awal.

  Ibrahim M. Abu Rabi’ dalam pengantar buku karya Vahide mengatakan

  bahwa, 29 Nursi tampil sebagai seorang ulama dengan visi yang kuat untuk menyatukan dunia Islam yang mulai terpecah. Kehidupan Nursi adalah sebuah narasi sejarah yang melambangkan kehidupan, bukan hanya kehidupan bangsa Turki, melainkan kehidupan seluruh umat Islam di zaman modern. Sepak terjang dan karya-karya Nursi memberikan wawasan luas dan gambaran yang mendalam tetang masa sejarah pasca Tanzimat di Turki, keadaan sulit yang dialami ulama tradisional, kegagalan gerakan reformasi Islam pada abad ke – 19 untuk memberikan sebuah solusi Islami dalam menghadapi ancaman westernisasi, landasan filsafat dan politik munculnya nasionalisme sekuler di Turki, penghapusan kekhalifahan Utsmânî pada tahun 1924, dan nasib agama di Turki pada masa pemerintahan Kemal Attaturk.

  Karya Bediuzzaman Said Nursi yang menjadi masterpiece atas karya- karyanya, yang menjadi curahan hatinya dan media untuk menuangkan pikiran - pikirannya adalah Risâlah al-Nûr. Dalam kitab Risalah ini, Nursi banyak menyinggung tentang moralitas yang merupakan platform pemikiran Nursi. Banyak kita temukan alur pemikirannya yang bermuara pada pembangunan moralitas, karena Nursi hidup ketika materialisme dan komunisme sedang

  28 Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi , h. 40-41.

  29 Ibid., h. xii.

  menggelora dengan dekadensi moral yang m elanda dunia, sedangkan disisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi sedang menemukan surganya. 30

  Disamping masalah moral yang banyak dibahas, pokok tema dalam penafsiran Nursi juga banyak merespon isu relevansi Negara Islam apakah masih

  patut diperjuangkan sebagai dasar negara atau tidak, 31 dan juga banyak pembahasan tentang hubung an antara Islam dengan modernitas. 32 Disamping juga

  yang tidak kalah pentingnya, bahwa masalah keadilan dan persamaan hak antara laki-laki dengan perempuan juga menjadi pembahasan yang mendapat perhatian Nursi, terbukti bahwa beliau mempuny ai risalah khusus tentang perempuan. Jadi Nursi dalam karya-karyanya, banyak menanggapi isu -isu modern yang berkembang dan tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan modernisasi Turki pada waktu itu yang sedang melanda . Mulai dari moralitas, keimanan, ilmu pengetahuan dan teknologi, filsafat, hingga masalah persamaan hak antara laki- laki dan perempuan.

  Dari paparan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai keterpengaruhan penafsiran Bediuzzaman Said Nursi oleh akibat modernisasi yang terjadi di Turki , sehingga menarik penulis untuk mengangkat sebuah judul : “Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Bediuzzaman

  Said Nursi.”

  30 Said Nursi, Risâlah An-Nûr; Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya , Penerjemah Sugeng Hariyanto, Sukono Mukidi, Moh. Rudi Atmoko (Jakarta; Kencana, 2003), h. XIII

  31 Nursi dalam tulisan-tulisannya pada masa pasca -Utsmânî, secara mendasar bertentangan dengan pemikiran banyak pemikir Islam pada masa itu. Para pemikir kontemporer

  seperti Muhammad Iqbal, Allama Maududi, Hassan Banna, dan Sayyid Qutb masih menyokong kebangkitan kembali Islam sebagai politik dan bukan hanya Isl am sebagai iman. Akan tetapi setelah perang dunia I, Nursi tidak lagi tertarik untuk mengusung Islam sebagai politik untuk sarana memelihara Islam. Lihat Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi , h. xiv

  32 Ibid., h. xvii

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

  Oleh karena luasnya cakupan tentang pengaruh-pengaruh dalam tafsir dan juga banyaknya pembahasan yang menjadi fokus kajian yang dilakukan oleh said Nursi, maka penulis akan membatasi pembahasan pada skripsi ini dengan membahas tentang bagaimana pegaruh modernisasi yang terjadi di Turki terha dap penafsiran Said Nursi, yang kemudian dikhususkan dalam tiga poin pembahasan penting, yaitu mengenai penafsiran Nursi terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, tentang hubungan Agama dan Negara, dan juga tentang perempuan dan persamaan hak. Pembatasan in i penulis lakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

  Penafsiran adalah pendapat atau gagasan -gagasan dalam pikiran yang difahami dari ayat-ayat Al-Qur'an . Sedangkan, modernisasi adalah proses kultural dan proses politis yang timbul dari upaya untuk men gintegrasikan gagasan baru. Baik kebudayaan, sistem ekonomi, atau pendidikan ke dalam masyarakat.

  Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditentukan di atas, maka permasalahan skripsi ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai

  berikut: “Apa Pengaruh Modernisasi di Turki terhadap Penafsiran Bediuzzaman Said Nursi?”

C. Manfaat dan Tujuan Penulisan Tujuan

  1. Untuk menunjukkan bahwa penafsiran yang dilakukan oleh seorang

  mufassir merupakan sesuatu yang kebenarannya bersifat relatif dan tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial mufassirnya .

  2. Untuk mendeskripsikan keterpengaruhan penafsiran Bediuzzaman Said

  Nursi atas modernisasi di Turki.

  3. Untuk memenuhi persyaratan dalam rangk a mencapai gelar sarjana

  (S.Th.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  Manfaat

  1. Dapat mengetahui biografi Bediuzzaman Sadi Nursi , sebagai seorang

  mufassir dan tokoh yang berpengaruh bagi Turki khususnya .

  2. Dapat mengetahui bagaimana sikap pemerintah Turki dalam merespon

  modernisasi.

  3. Dapat memperkaya pergulatan wacana mengenai kontekstualisasi suatu

  penafsiran adalah untuk menunjukkan kekuatan teks -teks tersebut yang telah diproyeksikan untuk menjadi bagia n dalam proses kritik sosial.

  4. Mengetahui pengaruh modernisasi di Turki terhadap penafsiran

  Bediuzzaman said Nursi.

  5. Dan menolak prasangka buruk bahwa penafsiran kontekstual dianggap

  telah melibatkan proses subyektifitas penafsir terlalu jauh, akan tetapi bahwa kontekstualisasi yang didasarkan dengan keyakinan dan kebenaran ayat-ayat al-Qur'an sepenuhnya, merupakan suatu yan g diperlukan.

D. Tinjauan Pustaka

  Setelah penulis melakukan penelusuran, penulis menemukan beberapa karya ilmiah baik berupa buku maupun skripsi yang terkait dengan pembahasan Said Nursi, yang bisa membantu penulis untuk dijadikan sebagai sumber sekunder dalam penulisan skripsi ini. Karya -karya tersebut adalah :

  a. Buku yang ditulis Sukran Vahide 33 dan Ihsan Kasim Salih, 34 dua buku ini

  lebih fokus dan panjang lebar menjelaskan tentang biografi intelektual Said Nursi dan perjuangannya semasa hidupnya.

  b. Dalam bentuk skripsi terdapat karya Muhammad Adlan yang berjudul, Metode Penafsiran Al-Qur'an Said Nursi Dalam Risâlah An -Nûr. 35 Dalam

  skripsi ini membahas tentang metode penafsiran Said Nursi dalam Risâlah al-Nûr.

  c. Dalam skripsi lain terdapat karya Iis Ishak Sholih dengan judul, Nasionalisme Islam; Pemikiran Politik Said Nur si. 36 Skripsi ini membahas

  tentang konsep-konsep Nursi tentang Nasionalisme da lam Islam dan bagaimana seharusnya memahami Nasionalisme menurut Nursi.

  d. Ada juga dalam bentuk tesis karya Hasbi Sen yang berjudul, Prinsip - prinsip Politik Islam Menurut Bediuzzaman Said Nursi. 37 Tesis ini

  memaparkan bagaimana prinsip -prinsip berpolitik dalam Islam menurut perspektif Said Nursi, bagaimana seharusnya sikap dan posisi orang Islam

  33 Şükran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi ; Transformasi Dinasti Usmani Menjadi Republik Turki (Jakarta; Anatolia, 2007).

  35 Ihsan Kasim Salih, Said Nursi Pemikir Sufi Besar Abad 20 (Jakarta; Kencana, 2003). Muhammad Adlan, “Metode Penafsiran Al -Qur’an Said Nursi Dalam Risâlah An - Nûr,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Univers itas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah

  Jakarta, 2004).

  36 Iis Ishak Sholih, “Nasionalisme Islam; Pemikiran Politik Said Nursi,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).

  37 Hasbi Sen, “Prinsip-prinsip Politik Islam Menurut Bediuzza man Said Nursi,” (Tesis Program Pascasarjana, IAIN Raden Fatah Palembang , 2007).

  dalam berpolitik. Dimana Said Nursi mengidealkan bahwa orang Islam dalam berpolitik haruslah dilandasi dengan nilai -nilai tauhid, musyawaroh, kebebasan, keadilan, persamaan, dan juga nasionalisme.

  e. Dalam bentuk tesis yang lain terdapat karya Afriyantoni yang berjudul, Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut Bediuzzaman

  Said Nursi. 38 Tesis ini menjelaskan panjang lebar tentang suatu komitmen

  yang mendalam mengenai kehidupan menuju arah terciptanya perilaku lahir dan batin yang seimbang (seperti Nabi) bagi generasi muda menurut pemahaman Bediuzzaman Said Nursi . Setelah penulis menelaah buku -buku dan hasil skripsi maupun tesis yang

  telah penulis cantumkan di atas, dan juga mencari beberapa artikel dan makalah yang membahas tentang pemikiran Said Nursi, namun diantara karya-karya tersebut, penulis belum menemukan adanya karya yang mencoba menelusuri dengan serius untuk menelusuri keterpengaruhan penafsiran Bediuzzaman Said Nursi oleh modernisasi yang ada di Turki. M aka penulis akan mencoba membahas secara serius mengenai pengaruh modernisasi di Turki atas penafsiran Bediuzzaman said Nursi.

E. Metode Penelitian

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga aspek metode penelitian,

  yaitu:

  1. Metode Pengumpulan Data

  38 Afriyantoni, “Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut

  Bediuzzaman Said Nursi,” (Tesis Program Pascasarjana, IAIN Raden Fatah Palembang, Jurusan Ilmu Pendidikan Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam, 2007 ).

  Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data -data yang memiliki relevansi dengan masalah yang dibahas, baik itu yang bersumber dari buku atau sumber tertulis lainnya (makalah, artikel, atau laporan penelitian). Untuk memperoleh penelitian yang maksimal, dalam penelitian kepustakaan (library research) ini penulis menggunakan tujuh langkah pene litian,

  yaitu: 39

  a. Mengidentifikasi permasalahan serta mengembangkannya dalam

  bentuk pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti.

  1. Siapakah Bediuzzaman Said Nursi dalam khazanah pemikir Islam?

  2. Bagaimana proses modernisasi yang terjadi di Turki, dari

  pemerintahan dengan sistem Khilafah, menuju sistem Republik?

  3. Bagaimana sikap pemerintah Turki dalam merespon modernisasi?

  4. Bagaimana keterpengaruhan penafsiran Bediuzzaman Said Nursi

  atas modernisasi di Turki?

  b. Mencari backround information (informasi yang terkait erat dengan

  latar belakang masalah). Langkah ini dilakukan dengan menggunakan tulisan-tulisan atau artikel-artikel terkait yang terdapat da lam insiklopedi atau buku dan karya tulis lainnya.

  c. Menggunakan katalog untuk mencari buku atau media -media yang

  terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti.

  39 Untuk lebih jelasnya tentang langkah -langkah penelitian kepustakaan ( library research) ini, lihat http:www.library.cornell.eduolinurisrefresearchtutorial.html

  d. Menggunakan search engines (mesin pencari) untuk menemukan

  informasi atau sumber-sumber data yang ada di dunia maya (internet). Dengan menggunakan mesin ini pencarian data -data lebih mudah seperti ketika mencari info tentang sejarah yang penulis bahas, mencari nama tempat dan nama judul buku -buku yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis bahas, serta mencari data-data lainnya.

  e. Al-Qur'an dan terjemahnya menggunakan program Qur'an in Word

  versi 1.0.0 tahun 2002 yang di buat oleh Mohamad Taufiq.

  f. Mengevaluasi semua informasi yang telah diperoleh dengan cara menganalisanya secara kritis.

  g. Mendokumentasikan semua informasi yang telah diperoleh ke dalam

  suatu format standar yang dalam hal ini ke dalam suatu bentuk karya tulis dengan ketentuan -ketentuan yang telah ditetapkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  2. Metode Pembahasan