Keseimbangan Harga dan Kuantitas

D. Keseimbangan Harga dan Kuantitas

  Keseimbangan dalam ilmu ekonomi merupakan suatu keadaan yang di dalamnya faktor-faktor ekonomi seperti biaya, harga, penawaran, permintaaan, dan sebagainya saling mempengaruhi tanpa mengubah keadaan itu secara keseluruhan (Wirasasmita dkk, 2002:155).

  Sistem Walrasian dari keseimbangan umum dapat bahwa fungsi permintaan dinyatakan sebagai berikut:

  X 1 = f (P 1 ,P 2 , ..., P n ,W 1 ,W 2 , ..., W m ) ............................. (III.38)

  X 2 = f (P 1 ,P 2 , ..., P n ,W 1 ,W 2 , ..., W m ) ............................. (III.39)

  X n

  = f (P 1 ,P 2 , ..., P n ,W 1 ,W 2 , ..., W m ) ............................. (III.40)

  Pada ke n persamaan (III.38, III.39, dan III.40) menentukan permintaan untuk n barang-barang yang dinyatakan dalam harga barang dan harga dari m masukan (input), kemudian untuk fungsi penawaran adalah

  P 1 = a 11 W 1 + a 12 W 2 + ... + a 1m W m ............................... (III.41) P 2 = a 21 W 1 + a 22 W 2 + ... + a 2m W m ............................... (III.42)

  P n

  = a n1 W 1 + a n2 W 2 + ... + a nm W m ................................ (III.43)

  Tiap fungsi penawaran menyatakan bahwa harga satu unit X i adalah sama dengan biaya produksinya, yang sama dengan jumlah dari masukan yang digunakan dalam produksinya dikalikan dengan harga dari masukan tadi. Lain halnya menurut Greene (1990:582) notasi umum model persamaan simultan dalam bentuk struktural sebagai berikut :

  γ 11 y t1 + γ 21 y t2 + ... + γ M1 y tM + β 11 x t1 + ... + β k1 x tk = ε t1 ..... (III.47) γ 12 y t1 + γ 22 y t2 + ... + γ M2 y tM + β 12 x t1 + ... + β k2 x tk = ε t2 ..... (III.48)

  γ 1M y t1 + γ 2M y t2 + ...+ γ MM y tM + β 1M x t1 + ... + β kM x tM = ε tM

  (III.49)

  66 M merupakan variabel endogen yang ditunjukkan oleh y 1 , ... y M dan

  variabel eksogen adalah K dari x 1 , ...x k , dan termasuk nilai predetermined y 1 ,

  ... y M , dan x t konstan serta ε t1 , ... ε tM adalah structural disturbances.

  Sistem persamaan simultan merupakan model dari keseimbangan pasar (Greene,1990:579) yang diasumsikan bahwa kurva penawaran dan permintaan adalah linear dengan menambah unsur gangguan stokastik (Gujarati, 1978:308) yang fungsi empirisnya sebagai berikut :

  Qd t = α 0 + α 1 P t + μ 1t ................................................. (III.52) Qs t = β 0 + β 1 P t + μ 2t ................................................. (III.53) Qd t = Qs t = Q ............................................................... (III.54)

  Keterangan : Qd t

  : kuantitas yang diminta sebagai variabel endogen

  Qs t

  : kuantitas yang ditawarkan (variabel endogen) P t : harga (variabel eksogen)

  α dan β : parameter μ 1t dan μ 2t : unsur gangguan stokastik

  t

  : waktu

  Tanda parameter yang diharapkan adalah α 1 <0 dan β 1 >0

  Kondisi α diharapkan negatif (kurva permintaan miring ke bawah) dan β diharapkan positif (kurva penawaran yang miring ke atas). Untuk melihat bahwa P dan Q adalah variabel bebas tidak tergabung, misalkan pada variabel gangguan stokastik μ 1t dapat berubah karena perubahan variabel lain (seperti pendapatan, kekayaan, dan selera), kurva permintaan ke atas jika μ 1t positif dan ke bawah jika μ 1t negatif, kemudian serupa dengan itu perubahan dalam μ 2t dapat berubah (karena pemogokan, cuaca, pembatasan impor atau ekspor, dan sebagainya) akan menggeser kurva penawaran (Gambar III.6).

  Menurut Gujarati (1978:308) adanya ketergantungan simultan antara Q dan P pada μ 1t dan P t (III.52) serta μ 2t dan P t (III.53) tidak mungkin bebas, oleh karena itu regresi Q terhadap P akan melanggar model regresi inear klasik, yaitu asumsi tidak adanya korelasi antara variabel yang menjelaskan dan unsur gangguan .Metode ordinary least square (OLS) tidak dapat menghasilkan perkiraan yang konsisten apabila diterapkan pada suatu persamaan yang dikaitkan dengan sistem persamaan simultan dalam suatu model, sebab variabel di dalam setiap persamaan akan berkorelasi dengan kesalahan pengganggu (Gujarati 1978:309, dan Supranto, 2004:229).

  Menurut Koutsoyiannis (1977:486) untuk menghindari terjadinya korelasi tersebut dapat digunakan metode reduced form (RF) atau Indirect Least square (ILS), two stage least square (2SLS), the method of instrumental variable (IV), three-stage least square (3SLS),serta maximum likelihood yang terdiri dari limited information maximum likelihood (LIML) dan full information maximum likelihood (FIML).

  Persamaan reduced form dapat menghasilkan keseimbangan pada harga dan kuantitas dari persamaan permintaan dan penawaran melalui metode reduced form dibandingkan metode lainnya (Gujarati, 1978:325). Sedangkan Gujarati (1978:325) dan Supranto (2004:38) mengemukakan penerapan OLS dalam bentuk reduced form akan menghasilkan perkiraan parameter unbiased dan consistent.

  Merujuk pada persamaan fungsi permintaan (III.52) dan penawaran (III.53) diperoleh permintaan sama dengan penawaran atau kondisi keseimbangan sebagai berikut :

  α 0 + α 1 P t +μ 1t = β 0 + β 1 P t + μ 2t ...................................... (III.55)

  Menurut Gujarati (1978:323) dengan menyelesaikan (III.55) diperoleh keseimbangan harga sebagai berikut :

  P t =Π 0 + ν t .................................................................. (III.56)

  dimana β 0 –α 0 2t μ –μ 1t

  Π 0 = ----------- ν t = ------------ .............................................. (III.57)

  1 –β 1 α

  1 –β 1 α

  Dengan mensubstitusikan P t dari (III.56) ke dalam (III.52) dan (III.53), maka diperoleh keseimbangan kuantitas berikut :

  Q t =Π 0 + ν t .................................................................. (III.58)

  dimana

  1 β 0 α – α 0 β 1 α 1 μ 2t – β 1 μ 1t

  Π 1 = ----------------- w t = ------------------ ............................... (III.59)

  1 –β 1 α

  1 α –β 1

  Unsur kesalahan ν t dan w t adalah kombinasi linear dari unsur

  kesalahan asli μ 1 dan μ 2 . persamaan (III.57) dan (III.59) merupakan

  persamaan bentuk reduksi.

  Merujuk pada harga komoditas, proses terbentuknya harga pasar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran sehingga teori permintaan dan penawaran menjadi landasan utama mengembangkan keseimbangan harga pasar. Menurut Falcon (1980) cit Mahreda (2002:29) ada 3 faktor yang menentukan analisis pemasaran pertanian, yaitu penawaran, permintaan, dan harga.

  Hasil penelitian Rahim (2010:71-76) dengan model analisis faktor- faktor yang mempengaruhi keseimbangan harga dan kuantitas ikan laut segar (seperti layang, tembang, kembung, teri, dan lemuru) di tingkat produsen dan Konsumen Sulawesi Selatan dalam bentuk stuctural form dengan persamaan multiple linear regression sebagai berikut :

  a. Model Fungsi Keseimbangan Harga Layang di Tingkat Produsen

  LnQdfLyng t = Ln α 0 + α 1 LnPfLyng t + α 2 LnPfTmbng t +α 3 LnPfKmbng t +α 4 LnPfTr t + α 5 LnLmr t + α 6 LnIPkpt t + α 7 LnTw t +

  ……………………………………………………. . ..μ 1t (III.60)

  LnQsfLyng t = Ln α 8 + α 9 LnPfLyng t + α 10 LnPfLyng (t-1) + α 11 LnQTotILn t + α 12 LnQTrip t + α 13 LnQALN t +α 14 LnQN t + α 15 LnQAT t

  + μ 2t ………............................................................... (III.61)

  LnQdfLyng t = LnQsfLyng t = LnQfLyng t ...................................... (III.62)

  LnPfLyng t = Ln β 0 + β 1 LnPfTmbng t +β 2 LnPfKmbng t + β 3 LnPfTr t +

  4 LnPfLmr β t + β 5 LnIPkpt t + β 6 LnTw t + β 7 LnPfLyng (t-1) +

  8 LnQTotILn t β + β 9 LnQTrip t + β 10 LnQALN t +β 11 LnQN t

  12 LnQAT + β t + v 1t ................................................. (III.63)

  LnQfLyng t = Ln β 13 + β 14 LnPfTmbng t + β 15 LnPfKmbng t + β 16 LnPfTr t

  17 LnPfLmr + β t +β 18 LnIPkpt t +β 19 LnTw t +β 20 LnPfLyng (t-1)

  +β 21 LnQTotILn t + β 22 LnQTrip t + β 23 LnQALN t +

  β 24 LnQN t +β 25 LnQAT t + w 1t ............................... (III.64)

  Keterangan : QdfLyng t : Permintaan layang di tingkat produsen, tahun ke-t (kgkapita) QsfLyng t : Penawaran layang di tingkat produsen, tahun ke-t (kg) PfLyng t : harga riil layang di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp) QfLyng t : kuantitas layang di tingkat produsen, tahun ke-t (kg) PfTmbng t : harga riil tembang di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp) PfKmbng t : harga riil kembung di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp)

  PfTr t : harga riil teri di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp) PfLmr t : harga riil lemuru di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp)

  α 0 ,α 8 ,β 0 , dan β 13 : interceptkonstanta

  α 1 ,… α 7 ,α 9 ,… α 15 ,β 1 , …, β dan β 13 , 14 , …, β 25 : koefisien regresi

  PfLyng (t-1) : harga riil layang waktu lalu di tingkat produsen, tahun ke- t-1 (Rp) QTotILn t : volume produksi total ikan laut segar jenis lainnya, tahun ke-t (kg) IPkpt t : pendapatan kapita, tahun ke-t (Rp)

  TW t : trend waktu

  Qtrip t

  : trip, tahun ke-t (berapa kali) QALN t : armada laut, tahun ke-t (unit) QN t

  : nelayan, tahun ke-t (jiwa)

  QAT t

  : alat tangkap, tahun ke-t (unit)

  μ 1t ,μ 2t ,v 1t , dan : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  t : tahun (t = 1, 2, ..., n)

  b. Model Fungsi Keseimbangan Harga Tembang di Tingkat Produsen :

  LnQdfTmbng t = Ln α 16 +α 17 LnPfTmbng t + α 18 LnPfLyng t +

  19 LnPfKmbng α t +α 20 LnPfTr t + α 21 LnLmr t +

  22 α LnIPkpt t + α 23 LnTw t + μ 3t ….................... (III.65)

  LnQsfTmbng t = Ln α 24 +α 25 LnPfTmbng t +α 26 LnPfTmbng (t-1) +

  27 α LnQTotILn t + α 28 LnQTrip t + α 29 LnQALN t

  +α 30 LnQN t +α 31 LnQAT t

  + μ 4t .................................................................... (III.66)

  LnQdfTmbng t = LnQsfTmbng t = LnQfTmbng t …............................. (III.67)

  LnPfTmbng t = Ln β 26 + β 27 LnPfLyngt t + β 28 LnPfKmbng t +β 29 LnPfTr t

  +β 30 LnPfLmr t + β 31 LnIPkpt t +β 32 LnTw t +

  β 33 LnPfLyng (t-1) + β 34 LnQTotILn t + β 35 LnQTrip t +

  70 β 36 LnQALN t + β 37 LnQN t + β 38 LnQAT t + v 2t (III.68)

  LnQfTmbng t = Ln β 39 + β 40 LnPfLyngt t + β 41 LnPfKmbng t + β 42 LnPfTr t

  +β 43 LnPfLmr t +β 44 LnIPkpt t +β 45 LnTw t +

  β 46 LnPfLyng (t-1) + β 47 LnQTotILn t + β 48 LnQTrip t + β 49 LnQALN t + β 50 LnQN t + β 51 LnQAT t +w 2t .... (III.69)

  Keterangan :

  QdfTmbng t : Permintaan tembang di tingkat produsen, tahun ke-t

  (kgkapita) QsfTmbng t : Penawaran tembang di tingkat produsen, tahun ke-t (kg) PfTmbng t : harga riil tembang di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp) QfTmbng t : kuantitas tembang di tingkat produsen, tahun ke-t (kg)

  α 16 ,α 24 ,β 26 , dan β 39 : interceptkonstanta

  α 17 ,… α 23 ,α 25 ,… α 31 ,β 27 , …, β 38, dan β 40 , …, β 51 : koefisien regresi

  PTmbng (t-1) : harga riil tembang waktu lalu di tingkat produsen,

  tahun ke- t-1 (Rp)

  μ 3t ,μ 4t ,v 2t , dan W 2t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  c. Model Fungsi Keseimbangan Harga Kembung di Tingkat Produsen :

  LnQdfKmbng t = Ln α 32 +α 33 LnPfKmbng t + α 34 LnPfLyng t +

  35 α LnPfTmbng t +α 36 LnPfTr t + α 37 LnLmr t +

  38 α LnIPkpt t + α 39 LnTw t + μ 5t …..………..….. (III.70)

  LnQsfKmbng t = Ln α 40 + α 41 LnPfKmbng t + α 42 LnPfKmbng (t-1)

  + α 43 LnQTotILn t + α 44 LnQTrip t + α 45 LnQALN t +α 46 LnQN t + α 47 LnQAT t

  + μ 6t .................................................................................................. (III.71) LnQdfKmbng t = LnQsfKmbng t = LnQfKmbng t ......................... (III.72)

  LnPfKmbng t = Ln β 52 + β 53 LnPfLyngt t + β 54 LnPfTmbng t +

  55 β LnPfTr t +β 56 LnPfLmr t + β 57 LnIPkpt t + β 58 LnTw t +

  59 β LnPfLyng (t-1) + β 60 LnQTotILn t + β 61 LnQTrip t +

  62 β LnQALN t +β 63 LnQN t + β 64 LnQAT t + v 3t .. (III.73) LnQfKmbng t = Ln β 65 + β 66 LnPfLyngt t + β 67 LnPfTmbng t +

  68 β LnPfTr t +β 69 LnPfLmr t + β 70 LnIPkpt t + β 71 LnTw t +

  72 β LnPfLyng (t-1) + β 73 LnQTotILn t + β 74 LnQTrip t +

  75 β LnQALN t + β 76 LnQN t + β 77 LnQAT t +w 3t

  (III.74)

  Keterangan :

  QdfKmbng t : Permintaan kembung di tingkat produsen, tahun ke-t

  (kgkapita)

  QsfKmbng t : Penawaran kembung di tingkat produsen, tahun ke-t (kg) PfKmbng t : harga riil kembung di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp)

  QfKmbng t : kuantitas kembung di tingkat produsen, tahun ke-t (kg)

  α 32 ,α 40 ,β 52 , dan β 65 : interceptkonstanta

  α 33 ,… α 39 ,α 41 ,… α 47 ,β 53 , …, β 64, dan β 66 , …, β 77 : koefisien regresi

  PfKmbng (t-1) : harga riil kembung waktu lalu di tingkat produsen, tahun

  ke- t-1 (Rp)

  μ 5t ,μ 6t ,v 3t , dan W 3t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  d. Model Fungsi Keseimbangan Harga Teri di Tingkat Produsen

  LnQdfTr t = Ln α 48 + α 49 LnPfTr t + α 50 LnPfLyng t + α 51 LnPfTmbng t +

  52 LnPfKmbng α t + α 53 LnLmr t + α 54 LnIPkpt t + α 55 LnTw t

  7t + μ ……………………………………………......…..…. (III.75)

  LnQsfTr t = Ln α 56 + α 57 LnPfTr t + α 58 LnPfTr (t-1) + α 59 LnQTotILn t +

  60 LnQTrip α t + α 61 LnQALN t + α 62 LnQN t + α 63 LnQAT t

  8t + μ ….......................................................................... (III.76)

  LnQdfTr t = LnQsfTr t = LnQfTr t .................................................... (III.77)

  LnPfTr t = Ln β 78 + β 79 LnPfLyngt t + β 80 LnPfTmbng t + β 81 LnPfKmbng t

  82 +β LnPfLmr t + β 83 LnIPkpt t + β 84 LnTw t + β 85 LnPfLyng (t-1) +β 86 LnQTotILn t + β 87 LnQTrip t + β 88 LnQALN t +β 89 LnQN t +

  90 LnQAT β t + v 4t ......................................................... (III.78)

  LnQfTr t = Ln β 91 + β 92 LnPfLyngt t + β 93 LnPfTmbng t +

  94 β LnPfKmbng t + β 95 LnPfLmr t +β 96 LnIPkpt t + β 97 LnTw t +

  β 98 LnPfLyng (t-1) +β 99 LnQTotILn t +β 100 LnQTrip t +

  101 β LnQALN t +β 102 LnQN t + β 103 LnQAT t + w 4t ......... (III.79)

  Keterangan :

  QdfTr t : Permintaan teri di tingkat produsen, tahun ke-t (kgkapita) QsfTr t : Penawaran teri di tingkat produsen, tahun ke-t (kg)

  PfTr t

  : harga riil teri di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp)

  QfTr t

  : kuantitas teri di tingkat produsen, tahun ke-t (kg)

  α 48 ,α 56 ,β 78 , dan β 91 : interceptkonstanta

  α 49 ,… α 55 ,α 57 ,… α 63 ,β 79 , …, β 90, dan β 92 , …, β 103 : koefisien regresi

  PfTr (t-1) : harga riil teri waktu lalu di tingkat produsen, tahun ke- t-1 (Rp) μ 7t ,μ 8t ,v 4t , dan W 4t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  e. Model Fungsi Keseimbangan Harga Lemuru di Tingkat Produsen

  LnQdfLmr t = Ln α 64 + α 65 LnPfLmr t + α 66 LnPfLyng t +

  67 α LnPfTmbng t + α 68 LnPfKmbng t + α 69 LnPfTr t +

  70 α LnIPkpt t +α 71 LnTw t + μ 9t ………………….... (III.80)

  LnQsfLmr t = Ln α 72 + α 73 LnPfLmrt + α 74 LnPfLmr (t-1) +α 75 LnQTotILn t

  +α 76 LnQTrip t + α 77 LnQALN t +α 78 LnQN t +

  79 LnQAT t + μ α 10t ………………..……............... (III.81)

  LnQdfLmr t = LnQsfLmr t = LnQfLmr t ........................................... (III.82) LnPfLmr t = Ln β 104 + β 105 LnPfLyngt t + β 106 LnPfTmbng t +

  107 β LnPfKmbng t +β 108 LnPfTr t + β 109 LnIPkpt t +β 110 LnTw t

  + β 111 LnPfLyng (t-1) + β 112 LnQTotILn t + β 113 LnQTrip t + 114 β LnQALN t +β 115 LnQN t + β 116 LnQAT t + v 5t ... (III.83)

  LnQfLmr t = Ln β 117 +β 118 LnPfLyngt t +β 119 LnPfTmbng t +

  120 β LnPfKmbng t + β 121 LnPfTr t + β 122 LnIPkpt t + β 123 LnTw t

  + β 124 LnPfLyng (t-1) + β 125 LnQTotILn t + β 126 LnQTrip t + 127 β LnQALN t +β 128 LnQN t + β 129 LnQAT t + w 5t .... (III.84)

  Keterangan : QdfLmr t : Permintaan lemuru di tingkat produsen, tahun ke-t (kgkapita) QsfLmr t : Penawaran lemuru di tingkat produsen, tahun ke-t (kg) PfLmr t : harga riil lemuru di tingkat produsen, tahun ke-t (Rp) QfLmr t : kuantitas lemuru di tingkat produsen, tahun ke-t (kg)

  α 64 ,α 72 ,β 104 , dan β 117 : interceptkonstanta

  α 65 ,… α 71 ,α 73 ,… α 79 ,β 105 , …,β 116, dan β 118 , …, β 129 : koefisien regresi

  PfLmr (t-1) : harga riil lemuru waktu lalu di tingkat produsen, tahun ke- t-1 (Rp) μ 9t ,μ 10t ,v 5t , dan W 5t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  Hasil Penelitian Rahim (2010:155) mengenai model analisis faktor- faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan harga riil ikan laut segar (seperti layang, tembang, kembung, teri, dan lemuru) di tingkat produsen menggunakan uji asumsi klasik multikolinearitas dan autokorelasi. Hasil uji multikolinearitas dengan metode variance inflaction factor (VIF) menunjukkan bahwa beberapa variabel independen pada persamaan fungsi keseimbangan harga riil ikan laut segar (layang, tembang, kembung, teri dan lemuru) di tingkat produsen tidak mengindikasikan terjadi multikolinearitas atau kolinearitas ganda, yaitu nilai VIF lebih kecil dari 10

  Pada uji autokorelasi dengan metode lagrange multiplier (LM) atau Breusch-Godfrey (B-G) pada tingkat signifikasi 1 persen dengan nilai chi-

  square (  2 ) hitung lebih kecil nilai  2 tabel. Nilai  2 hitung untuk

  keseimbangan harga riil layang sebesar 1,500; keseimbangan harga riil tembang sebesar 2,100; keseimbangan harga riil kembung 21,300; keseimbangan harga riil teri 3,225; dan keseimbangan harga riil lemuru di

  tingkat produsen sebesar 0,570 lebih kecil sebesar  2 tabel sebesar 24,725

  sehingga tidak menunjukkan autokolrelasi (Tabel III.4).

  Pada uji ketepatan model atau kesesuaian model (goodness of fit)

  dari nilai adjusted R 2 menunjukkan variabel independen pada model fungsi

  keseimbangan harga ikan laut segar di tingkat produsen yang disajikan dapat menjelaskan masing-masing sebesar 90,3 persen dari variasi keseimbangan harga layang, 85,7 persen dari harga tembang, 94,4 persen harga kembung, 89,5 persen harga teri, dan 41,0 persen untuk harga lemuru (Tabel III.4).

  Nilai F-hitung sebesar 61,003 pada keseimbangan harga riil layang; harga riil tembang sebesar 39,329; harga riil kembung 109,656; harga riil teri 55,713, dan harga riil lemuru sebesar 5,465 lebih besar dari nilai F-tabel sebesar 2,390. Hal tersebut dapat diartikan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap masing- masing keseimbangan harga 5 jenis ikan laut segar.

  Selanjutnya pengaruh secara individu berdasarkan uji-t dari masing-masing variabel independen terhadap keseimbangan harga riil ikan laut segar di tingkat produsen, yaitu pada pasar produsen, harga sesama jenis ikan laut segar saling mempengaruhi secara positif pada tingkat kesalahan 1 persen, 5 persen, dan 10 persen.

  Pendapatan per kapita, masyarakat Sulawesi Selatan mempengaruhi keseimbangan harga riil ikan laut segar di pasar produsen baik secara positif dan negatif masing-masing pada tingkat kesalahan 5 persen. Keseimbangan harga riil kembung dan lemuru dipengaruhi secara negatif oleh pendapatan per kapita pada tingkat kesalahan 5 persen, diartikan adanya kenaikan pendapatan per kapita maka akan menurunkan keseimbangan harga riil kembung dan lemuru di pasar produsen.

  Tabel III.4. Model Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Harga Ikan Laut Segar di Tingkat Produsen Sulawesi Selatan

  Variabel Independen

  Koefisien t

  (  ) Hitung

  Harga riil layang di tingkat produsen

  Harga riil tembang di tingkat produsen

  -0,019 ns -0,121

  Harga riil kembung di tingkat produsen

  Harga riil teri di tingkat produsen

  Harga riil lemuru di tingkat produsen

  Pendapatan per kapita

  Trend waktu

  Harga riil layang waktu lalu di tingkat produsen

  Harga riil tembang waktu lalu di tingkat produsen

  Harga riil kembung waktu lalu di tingkat produsen

  Harga riil teri waktu lalu di tingkat produsen

  Harga lemuru waktu lalu di tingkat produsen

  -0,171 ns -0,997

  Produksi total ikan laut segar jenis lainnya

  -0,108 ns -1,166

  Armada laut

  -0,821 ns -1,099

  Alat tangkap

  -0,301 ns -0,999

  Konstanta

  1,175 ns 0,607

  -3,579 ns -1,198

  -1,973 ns -0,895

  5,302 ns 1,378

  F hitung

  Adjusted R 2 0,903

  n Hasil Regresi

  Sumber : Rahim (2010:133) Keterangan : = Signifikan pada tingkat kesalahan 1 (0,01), atau tingkat kepercayaan 99 χ2 tabel => 24,725 t tabel => 1 = 2,390 F tabel => 1 = 2,50

  = Signifikan pada` tingkat kesalahan 5 (0,05), atau tingkat kepercayaan 95 5 = 2,000 5 = 1,92

  = Signifikan pada tingkat kesalahan 10 (0,10), atau tingkat kepercayaan 90

  ns = Tidak signifikan T.H = Tanda Harapan

  Pengaruh secara positif telah sesuai dengan tanda harapan. Pengaruh positif dapat terjadi jika pendapatan per kapita masyarakat meningkat maka harga teri di tingkat produsen meningkat akibat dari peningkatan permintaan ikan tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyuningsih (1998:89) pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap keseimbangan harga riil ikan tongkol di tingkat produsen Kabupaten Gunung Kidul. Menurut Boerma (1968:51) salah satu faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam konsumsi hasil perikanan adalah pendapatan

  Selanjutnya, pengaruh signifikan harga riil ikan laut segar waktu lalu atau tahun lalu hanya terjadi pada keseimbangan harga riil tembang dan kembung secara negatif dan positif. Keseimbangan harga riil tembang waktu sekarang dipengaruhi secara positif harga tembang waktu lalu pada tingkat kesalahan 1 persen. Sedangkan keseimbangan harga riil tembang dipengaruhi secara negatif oleh harga tembang waktu lalu dengan tingkat kesalahan 10 persen. Pengaruh secara negatif pada harga riil tembang telah bertentangan dengan tanda yang diharapkan, yaitu positif. Adanya pengaruh positif diartikan bahwa adanya kenaikan harga riil kembung waktu sekarang akibat dari respon kenaikan harga riil kembung waktu lalu yang ditetapkan nelayan. Sebaliknya pengaruh negatif diartikan bahwa adanya penurunan harga riil tembang waktu sekarang akibat dari respon kenaikan harga riil tembang waktu lalu di tingkat produsen.

  Jumlah trip tidak mempengaruhi keseimbangan harga riil ke-5 ikan laut segar di pasar produsen, hal tersebut menunjukkan semakin banyak aktivitas nelayan menangkap ikan dilaut, maka tidak menunjukkan perubahan (peningkatan menurunan) hasil tangkapan sehingga tidak dapat mempengaruhi keseimbangan harga ikan laur segar. Lain halnya jumlah nelayan hanya mempengaruhi keseimbangan harga riil tembang dan teri secara negatif telah sesuai dengan tanda harapan pada tingkat kesalahan 5 persen dan 10 persen. Artinya, jika terjadi peningkatan jumlah nelayan, maka akan menurunkan keseimbangan harga riil tembang dan teri, atau dengan kata lain jika jumlah nelayan meningkat maka produksi tangkapan akan meningkat sehingga harga ikan akan menurun di musim penangkapan atau musim panen.

  Armada laut dan alat tangkap merupakan teknologi penangkapan pada subsektor perikanan tangkap dan secara teori berpengaruh secara tidak

  langsung terhadap perubahan harga ikan tangkapan. Armada laut (kapalperahu) terhadap keseimbangan harga riil tembang dan teri signifikan secara positif pada tingkat kesalahan masing-masing 5 persen dan 10 persen. Artinya adanya kenaikan jumlah armada laut maka akan meningkatkan harga riil tembang dan teri akibat volume prouksi tangkapan yang menurun, atau dengan kata lain jika armada laut meningkat, maka volume produksi hasil tangkapan nelayan akan menurun sehingga harganya pun meningkat.

  Lain halnya fungsi keseimbangan kuantitas ikan Laut segar di tingkat produsen yang juga hasil penelitian Rahim (2010:165) menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas atau kolinearitas ganda, seperti fungsi keseimbangan kuantitas tembang di tingkat produsen yaitu nilai VIF lebih kecil dari 10. Kemudian pengujian asumsi klasik autokorelasi fungsi keseimbangan kuantitas ikan laut segar di tingkat produsen tidak mengindikasikan terjadinya pelanggaran autokorelasi. Hal ini terlihat dari

  pengujian metode LM atau B-G diperoleh nilai  2 hitung lebih kecil dari nilai

   2 tabel sehingga tidak menunjukkan adanya autokorelasi (Tabel III.5).

  Pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap keseimbangan kuantitas ikan laut segar di tingkat produsen, yaitu Harga riil layang mempengaruhi keseimbangan kuantitas tembang di tingkat produsen secara positif pada tingkat kesalahan 5 persen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap kenaikan harga layang maka akan menaikkan kuantitas tembang, atau dengan kata lain jika terjadi peningkatan kuantitas tembang akan memberikan pengaruh peningkatan terhadap kenaikan harga riil layang. Menurut Sadhutomo,dkk (1987:33) volume produksi tertinggi seperti ikan layang di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah memberikan pengaruh perubahan harga dibanding dengan jenis kembung, selar, dan tembang.

  Pendapatan per kapita berpengaruh nyata secara positif pada tingkat kesalahan 1 persen terhadap keseimbangan kuantitas layang dan kembung. Pengaruh positif diartikan jika terjadi peningkatan pendapatan per kapita mengakibatkan permintaan meningkat (karena faktor selera dan preferensi walaupun terjadi peningkatan harga) akibat dari peningkatan kuantitas ikan laut segar di musim penangkapan.

  Tabel III.5. Model Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Kuantitas Ikan Laut Segar di Tingkat Produsen Sulawesi Selatan

  Variabel Independen

  Koefisien t

  (  ) Hitung

  Harga riil layang di tingkat produsen

  Harga riil tembang di tingkat produsen

  -0,035 ns -0,266

  Harga riil kembung di tingkat produsen

  Harga riil teri di tingkat produsen

  -0,283 ns -1,590

  Harga riil lemuru di tingkat produsen

  Pendapatan per kapita

  Trend waktu

  Harga riil layang waktu lalu di tingkat produsen

  Harga riil tembang waktu lalu di tingkat produsen

  Harga riil kembung waktu lalu di tingkat produsen

  Harga riil teri waktu lalu di tingkat produsen

  Harga riil lemuru waktu lalu di tingkat produsen

  -0,002 ns -0,016

  Produksi total ikan laut segar jenis lainnya

  Armada laut

  Alat tangkap

  -0,173 ns -0,705

  F hitung

  Adjusted R 2 0,847

  n Hasil Regresi

  Sumber : Rahim (2010:145)

  Keterangan : = Signifikan pada tingkat kesalahan 1 (0,01), atau tingkat kepercayaan 99 χ 2 tabel => 24,725 t tabel => 1 = 2,390 F tabel => 1 = 2,50

  = Signifikan pada tingkat kesalahan 5 (0,05), atau tingkat kepercayaan 95

  = Signifikan pada tingkat kesalahan 10 (0,10), atau tingkat kepercayaan 90

  ns = Tidak signifikan T.H = Tanda Harapan

  Jumlah trip berpengaruh nyata secara negatif pada tingkat kesalahan 5 persen terhadap keseimbangan kuantitas ikan kembung dan lemuru. Artinya semakin tinggi jumlah trip nelayan, maka keseimbangan dari kuantitas tembang dan lemuru menurun. Hal ini berbeda dengan tanda yang diharapkan positif, yaitu jika jumlah trip meningkat maka kuantitas ikan meningkat pula. Pengaruh negatif dari peningkatan jumlah trip dapat terjadi akibat berkurangnya kuantitas ikan tersebut yang berhasil ditangkap nelayan karena selain penangkapan tidak dapat menentukan ikan yang ditangkapnya juga nelayan menangkap saat musim paceklik dan musim penangkapan saat terjadi bulan purnama.

  Lain halnya keseimbangan kuantitas dari ikan tembang secara positif dan lemuru secara negatif dipengaruhi oleh varibel jumlah nelayan pada kesalahan 5 persen dan 1 persen. Pada pengaruh positif diartikan bahwa semakin banyak jumlah nelayan menangkap ikan di laut, maka semakin tinggi kuantitas tembang di tingkat produsen. Hal ini berarti banyak nelayan telah mengetahui fishing ground ikan pelagis kecil saat musim penangkapan berdasarkan pengalaman melautnya, terutama nelayan kapal motor di perairan Selat Makassar, Laut Flores, dan Teluk Bone.

  Teknologi penangkapan nelayan berupa armada laut dan alat tangkap berpengaruh langsung terhadap perubahan kuantitas hasil tangkapan. Pengaruh dari armada laut hanya terjadi pada keseimbangan kuantitas ikan teri dan lemuru pada tingkat kesalahan 5 persen dan 1 persen secara positif. Hal ini dapat diartikan jika jumlah armada nelayan meningkat, maka meningkat pula kuantitas teri dan lemuru. Keadaaan ini menunjukkan banyaknya armada laut kapal motor nelayan purse seine yang berkekuatan di atas 30 s.d. 50 grosstonase (GT) dan kapal motor bagan di atas 100 GT beroperasi menangkap ikan pelagis kecil pada ketiga perairan yang berbatasan dengan wilayah pesisir pantai Sulawesi Selatan, seperti Selat Makassar, Laut Flores, dan Teluk Bone.

  Selanjutnya Penelitian Rahim (2010:78-83) dengan model pengujian hipotesis faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan harga dan kuantitas ikan laut segar di tingkat konsumen dari hasil reduced form dengan persamaan multiple linear regression sebagai berikut :

  f. Model Fungsi Keseimbangan Harga Layang di Tingkat Konsumen

  LnQdrLyng t = Ln α 80 +α 81 LnPrLyng t + α 82 LnPrTmbng t +α 83 LnPrKmbng t

  84 + α LnPrTr t +α 85 LnPrLmr t +α 86 LnPrBndng t +

  87 LnPrTAR α t +α 88 LnIPkpt t +α 89 LnTw t +μ 11t ...... (III.85)

  LnQsrLyng t = Ln α 90 +α 91 LnPrLyng t + α 92 LnPrLyng (t-1) +

  93 LnPfLyng α t +α 94 LnQTotILn t + μ 12t …................... (III.86)

  LnQdrLyng t = LnQsrLyng t = LnQrLyng t ...................................... (III.87) LnPrLyng t = Ln β 130 + β 131 LnPrTmbng t +β 132 LnPrKmbng t +

  β 133 LnPrTr t +β 134 LnPrLmr t +β 135 LnPrBndng t + β 136 LnPrTAR t +β 137 LnIPkpt t +β 138 LnTw t + β 139 LnPrLyng (t-1) + β 140 LnPfLyng t + β 141 LnQTotILn t +v 6t ..................................................................... (III.88)

  LnQrLyng t = Ln β 142 + β 143 LnPrTmbng t + β 144 LnPrKmbng t +

  145 LnPrTr β t +β 146 LnPrLmr t + β 147 LnPrBndng t + 148 LnPrTAR β t +β 149 LnIPkpt t +β 150 LnTw t + 151 LnPrLyng β (t-1) + β 152 LnPfLyng t +β 153 LnQTotILn t

  +w 6t ........................................................................... (III.89)

  Keterangan : QdrLyng t : Permintaan layang di tingkat konsumen, tahun ke-t (kgkapita) QsrLyng t : Penawaran layang di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg) PrLyng t : harga riil layang di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) PrTmbng t : harga riil tembang di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) PrKmbng t : harga riil kembung di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp)

  PrTr t : harga riil teri di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) PrLmr t : harga riil lemuru di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) QrLyng t : kuantitas layang di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg)

  α 80 ,α 90 ,β 130 , dan β 142 : interceptkonstanta

  α 81 ,… α 89 ,α 91 ,… α 94 ,β 131 , …,β 141, dan β 143 , …, β 153 : koefisien regresi

  PrLyng (t-1) : harga riil layang waktu lalu di tingkat konsumen, tahun ke- t-1 (Rp) PrBndng t : harga riil bandeng di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) PrTAR t : harga riil telur ayam ras di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) μ 11t ,μ 12t ,v 6t , dan W 6t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  g. Model Fungsi Keseimbangan Harga Tembang di Tingkat Konsumen

  LnQdrTmbng t = Lnα 95 + α 96 LnPrTmbng t +α 97 LnPrLyng t + α 98 LnPrKmbng t +α 99 LnPrTr t +α 100 LnPrLmr t +

  α 101 LnPrBndng t + α 102 LnPrTAR t + α 103 LnIPkpt t + 104 α LnTw t + μ 13t …………….............................. (III.90)

  LnQsrTmbngt t = Ln α 105 +α 106 LnPrTmbng t +α 107 LnPrTmbng (t-1) +

  108 α LnPfTmbng t +α 109 LnQTotILn t +μ 14t …........ (III.91)

  LnQdrTmbng t = LnQsrTmbng t = LnQrTmbng t ........................... (III.92)

  LnPrTmbng t = Ln β 154 +β 155 LnPrLyng t +β 156 LnPrKmbng t + β 157 LnPrTr t

  158 LnPrLmr + β t + β 159 LnPrBndng t +β 160 LnPrTAR t + β 161 LnIPkpt t +β 162 LnTw t +β 163 LnPrLyng (t-1) + β 164 LnPfTmbng t + β 165 LnQTotILn t +v 7t ............. (III.93)

  LnQrTmbng t = Ln β 166 + β 167 LnPrLyng t +β 168 LnPrKmbng t +

  β 169 LnPrTr t +β 170 LnPrLmr t + β 171 LnPrBndng t + β 172 LnPrTAR t +β 173 LnIPkpt t + β 174 LnTw t + β 175 LnPrTmbng (t-1) +β 176 LnPfTmbng t +β 177 LnQTotILn t +w 7t .................................................................... (III.94)

  Keterangan : QdrTmbng t : Permintaan tembang di tingkat konsumen, tahun ke-t (kgkapita) QsrTmbng t : Penawaran tembang di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg) PrTmbng t : harga riil tembang di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) QrTmbng t : kuantitas tembang di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg)

  α 95 ,α 105 ,β 154 , dan β 166 : interceptkonstanta α 96 ,… α 104 ,α 106 ,… α 109 ,β 155 , …, β 164, dan β 167 , …, β 177 : koefisien regresi

  PTmbng (t-1) : harga riil tembang waktu lalu di tingkat konsumen,tahun ke- t-1 (Rp) μ 13t ,μ 14t ,v 7t , dan W 7t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  h. Model Fungsi Keseimbangan Harga Kembung di Tingkat Konsumen

  LnQdrKmbng t = Ln α 110 +α 111 LnPrKmbng t + α 112 LnPrLyng t +

  113 LnPrTmbng α t +α 114 LnPrTr t + α 115 LnPrLmr t +

  116 α LnPrBndng t + α 117 LnPrTAR t + α 118 LnIPkpt t + 119 α LnTw t + μ 15t ….......................................... (III.95)

  LnQsrKmbngt t = Ln α 120 + α 121 LnPrKmbng t + α 122 LnPrKmbng (t-1) +

  123 α LnPfKmbng t + α 124 LnQTotILnt + μ 16t …...... (III.96)

  LnQdrKmbng t = LnQsrKmbng t = LnQrKmbng t ............................ (III.97) LnPrKmbng t = Ln β 178 + β 179 LnPrLyng t +β 180 LnPrTmbng t +

  β 181 LnPrTr t +β 182 LnPrLmr t + β 183 LnPrBndng t + β 184 LnPrTAR t +β 185 LnIPkpt t +β 186 LnTw t + β 187 LnPrKmbng (t-1) +β 188 LnPfKmbng t + β 189 LnQTotILn t +v 8t .................................................................. (III.98)

  LnQrKmbng t = Ln β 190 + β 191 LnPrLyng t +β 192 LnPrTmbng t +

  β 193 LnPrTr t +β 194 LnPrLmr t +β 195 LnPrBndng t +β 196 LnPrTAR t +β 197 LnIPkpt t +β 198 LnTw t +β 199 LnPrKmbng (t-1) +β 200 LnPfKmbng t +β 201 LnQTotILn t +w 8t ………........................................................... (III.99)

  Keterangan : QdrKmbng t : Permintaan kembung di tingkat konsumen, tahun ke-t (kgkapita) QsrKmbng t : Penawaran kembung di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg) PrKmbng t : harga riil kembung di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) QrKmbng t : kuantitas kembung di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg) α 110 ,α 120 ,β 178 , dan β 190 : interceptkonstanta α 111 ,… α 119 ,α 121 ,… α 124 ,β 179 , …, β 189, dan β 191 , …, β 201 : koefisien regresi PKmbng (t-1) : harga riil kembung waktu lalu di tingkat konsumen,

  t-1 tahun ke- (Rp)

  μ 15t ,μ 16t ,v 8t , dan W 8t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  i. Model Fungsi Keseimbangan Harga Teri di Tingkat Konsumen

  LnQdrTr t = Ln α 125 + α 126 LnPrTrt + α 127 LnPrLyng t + α 128 LnPrTmbng t

  +α 129 LnPrKmbng t +α 130 LnPrLmr t + α 131 LnPrBndng t + 132 α LnPrTAR t +α 133 LnIPkpt t +α 134 LnTw t + μ 17t ... (III.100)

  LnQsrTr t = Ln α 135 + α 136 LnPrTr t + α 137 LnPrTr (t-1) + α 138 LnPfTr t +

  139 LnQTotILn α t + μ 18t ............................................... (III.101)

  LnQdrTr t = LnQsrTr t = LnQrTr t ................................................ (III.102) LnPrTr t = Ln β 202 +β 203 LnPrLyng t +β 204 LnPrTmbng t + β 205 LnPrKmbng t

  +β 206 LnPrLmr t + β 207 LnPrBndng t +β 208 LnPrTAR t +

  209 β LnIPkpt t +β 210 LnTw t +β 211 LnPrTr (t-1) + β 212 LnPfTr t + 213 β LnQTotILn t +v 9t …………………….……............ (III.103)

  LnQrTr t = Ln β 214 +β 215 LnPrLyng t +β 216 LnPrTmbng t + β 217 LnPrKmbng t

  + β 218 LnPrLmr t + β 219 LnPrBndng t +β 220 LnPrTAR t + β 221 LnIPkpt t + β 222 LnTw t + β 223 LnPrTr (t-1) +β 224 LnPfTr t + β 225 LnQTotILn t +w 9t .................................................... (III.104)

  Keterangan : QdrTr t : Permintaan teri di tingkat konsumen, tahun ke-t (kgkapita)

  : Penawaran teri di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg) PrTr t : Harga riil teri di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) QrTr t : Kuantitas teri di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg) α 125 ,α 135 ,β 202 , dan β 214 : interceptkonstanta α 126 ,… α 134 ,α 136 ,… α 139 ,β 203 , …, β 213, dan β 215 , …, β 225 : koefisien regresi PrTr (t-1) : harga riil teri waktu lalu di tingkat konsumen, tahun ke- t-1 (Rp) μ 17t ,μ 18t ,v 9t , dan W 9t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  QsrTr t

  j. Model Fungsi Keseimbangan Harga Lemuru di Tingkat Konsumen

  LnQdrLmr t = Ln α 140 + α 141 LnPrLmr t + α 142 LnPrLyng t +

  α 143 LnPrTmbng t +α 144 LnPrKmbng t +α 145 LnPrTr t + α 146 LnPrBndng t +α 147 LnPrTAR t +α 148 LnIPkpt t + α 149 LnTw t + μ 19t ................................................. (III.105)

  LnQsrLmr t = Ln α 150 +α 151 LnPrLmr t +α 152 LnPrLmr (t-1) +α 153 LnPfLmr (t-1)

  +α 154 LnQTotILn t + μ 20t ………..……………..…....... (III.106)

  LnQdrLmr t = LnQsrLmr t = LnQrLmr t .......................................... (III.107) LnPrLmr t = Ln β 226 + β 227 LnPrLyng t +β 228 LnPrTmbng t +

  229 LnPrKmbng β t + β 230 LnPrTr t + β 231 LnPrBndng t + 232 LnPrTAR β t + β 233 LnIPkpt t +β 234 LnTw t +β 235 LnPrLmr (t-1)

  236 +β LnPfLmr t + β 237 LnQTotILn t +v 10t ..................... (III.108)

  LnQrLmr t = Ln β 238 +β 239 LnPrLyng t +β 240 LnPrTmbng t +

  241 β LnPrKmbng t +β 242 LnPrLmr t + β 243 LnPrBndng t + 244 β LnPrTAR t +β 245 LnIPkpt t + β 246 LnTw t +β 247 LnPrLmr (t-1)

  + β 248 LnPfLmr t +β 249 LnQTotILn t + w 10t .................. (III.109)

  Keterangan : QdrLmr t : Permintaan lemuru di tingkat konsumen, tahun ke-t (kgkapita) QsrLmr t : Penawaran lemuru di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg) PrLmrr t : harga riil lemuru di tingkat konsumen, tahun ke-t (Rp) QrLmr t : kuantitas lemuru di tingkat konsumen, tahun ke-t (kg) α 140 ,α 150 ,β 226 , dan β 238 : interceptkonstanta α 141 ,… α 149 ,α 151 ,… α 154 ,β 227 , …, β 237, dan β 239 , …, β 249 : koefisien regresi PrLmr (t-1) : harga riil lemuru waktu lalu di tingkat konsumen, tahun ke- t-1 (Rp) μ 19t ,μ 20t ,v 10t , dan W 10t : kesalahan pengganggu (disturbance error)

  Hasil penelitian Rahim (2010:156) menunjukkan model dari fungsi keseimbangan harga riil ikan laut segar seperti di tingkat konsumen ini tidak mengindikasikan adanya pelanggaran asumsi klasik (Tabel III.6). Untuk uji-t dari pengaruh masing-masing variabel independen terhadap keseimbangan harga riil ikan laut segar di tingkat konsumen, yaitu Pada pasar konsumen harga riil ke-5 ikan laut segar di tingkat konsumen masih saling mempengaruhi antar sesamanya baik secara positif maupun secara negatif.

  Tabel III.6 Model Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Harga Ikan Laut Segar di Tingkat Konsumen Sulawesi Selatan

  Variabel Independen

  Koefisien t

  (  ) Hitung

  Harga riil layang di tingkat konsumen

  Harga riil tembang di tingkat konsumen

  - -0,027 ns

  Harga riil kembung di tingkat konsumen

  - -0,069 ns

  0,174 ns 1,167

  Harga riil teri di tingkat konsumen

  - -0,138 ns -,775

  Harga riil lemuru di tingkat konsumen

  Harga riil bandeng di tingkat konsumen

  -0,099 ns -0,915

  Harga riil telur ayam ras di tingkat konsumen

  -0,025 ns -0,232

  Pendapatan per kapita

  -0,074 ns -0,911

  Trend waktu

  Harga riil layang waktu lalu di tingkat konsumen

  Harga riil tembang waktu lalu di tingkat konsumen

  - -0,097 ns

  Harga riil kembung waktu lalu di tingkat konsumen

  Harga riil teri waktu lalu di tingkat konsumen

  Harga riil emuru waktu lalu di tingkat konsumen

  - -0,026 ns -0,268

  Harga riil layang di tingkat produsen

  Harga riil tembang di tingkat produsen

  Harga riil kembung di tingkat produsen

  Harga riil teri di tingkat produsen

  Harga riil lemuru di tingkat produsen

  Produksi total ikan laut segar jenis lainnya

  -0,323 ns -0,142

  F hitung

  Adjusted R 2 0,867

  n Hasil Regresi

  Sumber : Rahim (2010:157) Keterangan : = Signifikan pada tingkat kesalahan 1 (0,01), atau tingkat kepercayaan 99 χ2 tabel => 23,209 t tabel => 1 = 2,390 F tabel => 1 = 2,56

  = Signifikan pada tingkat kesalahan 5 (0,05), atau tingkat kepercayaan 95 5 = 2,000 5 = 1,95

  = Signifikan pada tingkat kesalahan 10 (0,10), atau tingkat kepercayaan 90

  ns = Tidak signifikan

  Harga riil layang mempengaruhi keseimbangan harga kembung di tingkat konsumen secara positif pada tingkat kesalahan 10 persen dan negatif terhadap keseimbangan harga riil lemuru di tingkat konsumen.Pengaruh secara positif yang bertentangan dengan tanda yang diharapkan terjadi di tingkat konsumen. Seperti halnya pasar produsen, pada pasar konsumen pengaruh positif dapat terjadi jika adanya kenaikan harga ikan laut segar tertentu (pelagis kecil) di pasar konsumen maka akan diikuti oleh kenaikan harga laut segar jenis lainnya (pelagis kecil). Hal ini dapat terjadi karena selain meningkatnya permintaan akan ikan tersebut, juga faktor selera dan preferensi dari jenis ikan tertentu. Sedangkan pengaruh negatif diartikan jika terjadi peningkatan harga ikan laut segar tertentu maka akan menurunkan harga ikan laut segar jenis lainnya. Hal ini terjadi karena pengaruh daya beli masyarakat terhadap perubahan harga ikan segar (jika harga ikan meningkat, maka akan beralih ke harga ikan yang lebih murah).

  Harga riil komoditas lainnya (selain ikan laut segar), yaitu harga riil bandeng dan telur ayam berpengaruh secara positif terhadap keseimbangan harga riil ikan laut segar di tingkat konsumen tingkat kesalahan 5 persen. Harga riil bandeng berpengaruh secara positif terhadap keseimbangan harga riil tembang. Artinya setiapkenaikan harga riil tembang maka akan meningkatkan keseimbangan harga riil tembang di tingkat konsumen. Sedangkan harga riil telur ayam ras berpengaruh positif terhadap keseimbangan harga riil teri di tingkat konsumen, yang diartikan jika terjadi kenaikan harga riil telur ayam maka meningkat pula harga riil teri di tingkat konsumen.

  Pada hakikatnya permintaan akan konsumsi ikan laut segar di pasar konsumen Sulawesi Selatan, masyarakat hanya akan beralih ke komoditas lain (bandeng dan telur ayam ras) saat berkurang ataupun tidak terdapatnya pasokan ikan tersebut baik musim maupun tidak musim karena faktor selera dan preferensi.

  Harga riil ikan kembung waktu lalu di tingkat konsumen mempengaruhi secara positif harga riil kembung waktu sekarang pada tingkat kepercayaan 10 persen sehingga pedagang dapat menentukan keputusan harga kembung waktu sekarang di pasar konsumen. Selanjutnya baik keseimbangan harga riil ikan layang, tembang, kembung, teri maupun lemuru di tingkat konsumen dipengaruhi oleh masing-masing dari harga sesama jenis ikan laut segar di tingkat produsen secara positif pada tingkat kesalahan 1 persen dan 5 persen.

  Artinya, jika terjadi kenaikan harga riil layang di tingkat produsen maka akan menaikkan harga riil layang di tingkat konsumen, begitu pula yang terjadi pada komoditas ikan laut segar lainnya seperti tembang, kembung, teri, dan lemuru. Lain pula fungsi keseimbangan kuantitas di tingkat konsumen Sulawesi Selatan berdasarkan penelitian Rahim (2010:167) bahwa pada uji-t yaitu fungsi keseimbangan kuantitas ikan laut segar di pasar konsumen dipengaruhi oleh harga ikan laut segar secara positif dan negatif pada tingkat kesalahan 1 persen 5 persen, dan 10 persen (Tabel III.7). Pengaruh negatif terjadi pada musim paceklik (barat dan timur) ataupun musim penangkapan (saat terjadi bulan terang atau purnama) sehingga harga ikan laut segar yang ditawarkan pedagang pasar konsumen meningkat akibat volume produksi atau kuantitas ikan diperoleh dari pasar produsen sedikit. Sedangkan pengaruh positif dapat terjadi saat harga ikan laut segar meningkat di pasar konsumen akibat kuantitas hasil tangkapan dan permintaan akan konsumsi ikan laut segar meningkat.

  Pendapatan per kapita masyarakat mempengaruhi secara positif keseimbangan kuantitas ikan layang, kembung, dan teri di pasar konsumen pada tingkat kesalahan 1 persen dan 10 persen. Artinya, adanya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat mengakibatkan terjadi peningkatan keseimbangan kuantitas layang dan kembung di tingkat konsumen.

  Keseimbangan kuantitas ikan layang, tembang, dan kembung dipengaruhi oleh komoditas sesama jenisnya pada tingkat harga waktu lalu masing-masing secara negatif dan positif dengan signifikan 5 persen dan 10 persen. Pengaruh secara negatif yang berbeda dengan tanda harapan. Keadaan ini menunjukkan bahwa pedagang akan tetap merespon harga waktu lalu di pasar konsumen dalam penetapan harga ikan layang dan juga harga layang saat sekarang saat musim penangkapan, walaupun terjadi peningkatan harga ikan akibat menurunnya produksi tangkapan, baik musim penangkapan saat bulan purnama maupun musim paceklik.

  Tabel III.7 Model Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Kuantitas Ikan Laut Segar di Tingkat Konsumen Sulawesi Selatan

  Variabel Independen

  T.H Koefisien

  Koefisien t

  (  ) Hitung

  Harga riil layang di tingkat konsumen

  -0,202 ns -1,104

  Harga riil tembang di tingkat konsumen

  Harga riil kembung di tingkat konsumen

  Harga riil teri di tingkat konsumen

  Harga riil lemuru di tingkat konsumen

  Harga riil bandeng di tingkat konsumen

  -0,205 ns -1,207

  Harga riil telur ayam ras di tingkat konsumen

  -0,150 ns -0,892

  Pendapatan per kapita

  -0,089 ns -0,831

  Trend waktu

  Harga riil layang waktu lalu di tingkat konsumen

  Harga riil tembang waktu lalu di tingkat konsumen

  Harga riil kembung waktu lalu di tingkat konsumen

  Harga riil teri waktu lalu di tingkat konsumen

  Harga riil lemuru waktu lalu di tingkat konsumen

  Harga riil layang di tingkat produsen

  Harga riil tembang di tingkat produsen

  Harga riil kembung di tingkat produsen

  Harga riil teri di tingkat produsen

  Harga riil lemuru di tingkat produsen

  -0,071 ns -0,395

  Produksi total ikan laut segar jenis lainnya

  -0,242 ns -0,136 19,136

  F hitung

  Adjusted R 2 0,748

  n Hasil Regresi

  Sumber : Rahim (2010:166) Keterangan : = Signifikan pada tingkat kesalahan 1 (0,01), atau tingkat kepercayaan 99 χ2 tabel => 23,209 t tabel => 1 = 2,390 F tabel => 1 = 2,56

  = Signifikan pada tingkat kesalahan 5 (0,05), atau tingkat kepercayaan 95 5 = 2,000 5 =1,95

  = Signifikan pada tingkat kesalahan 10 (0,10), atau tingkat kepercayaan 90

  ns = Tidak signifikan T.H = Tanda Harapan

  Dari kuantitas 5 jenis ikan laut segar di pasar konsumen, hanya keseimbangan kuantitas layang saja yang dipengaruhi oleh volume produksi total ikan laut segar jenis lainnya secara positif pada tingkat kesalahan 1 persen. Artinya adanya kenaikan volume produksi total ikan laut segar jenis lainnya di pasar konsumen maka akan terjadi pula kenaikan kuantitas layang di pasar konsumen. Hal ini dapat terjadi karena total dari volume produksi ikan jenis lainnya di pasar konsumen didominasi oleh kuantitas layang.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63