Penelitian Terdahulu Analisis Komparasi Efisiensi Tataniaga Kubis Secara Ekspor dan Lokal (Kasus:Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

bahwa semakin tinggi marketing margin suatu komoditi, maka semakin rendah tingkat efisiensi sistem tataniaga Gultom, 1996. Pasar yang tidak efisien akan terjadi bila biaya pemasaran semakin besar dengan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sedangkan efisiensi pemasaran akan terjadi jika: 1. Harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran lebih tinggi 2. Elastisitas transmisi harga atau Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi 3. Adanya kompetisi pasar yang sehat Soekartawi, 2002. Elastisitas transmisi harga adalah perbandingan persentase perubahan harga di tingkat konsumen dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayar konsumen akhir ditransmisikan kepada petani produsen. Pada umumnya nilai elastisitas tranmisi ini lebih kecil dari satu, artinya pada volume dan harga input konstan maka perubahan nisbi harga di tingkat petani pengecer tidak akan melebihi perubahan nisbi harga di tingkat petani Sudiyono, 2004.

2.3. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sihaloho 2011 dengan judul skripsi “Analisis Pemasaran Kentang dan Kubis untuk Tujuan Ekspor pada Tingkat Gabungan Kelompok Tani Gapoktan Kabupaten Karo” menyatakan bahwa lembaga pemasaran kubis untuk tujuan ekspor terdiri dari petani, pedagang pengumpul untuk petani yang tidak bermitra atau gapoktan untuk petani yang Universitas Sumatera Utara bermitra, dan eksportir. Saluran pemasaran kubis tujuan ekspor tersebut dinilai sudah efisien baik yang bermitra maupun yang tidak bermitra. Nilai efisiensi tataniaga jalur ekspor untuk petani kubis yang bermitra dengan gapoktan sebesar 38,41 dan jalur ekspor untuk petani yang tidak bermitra sebesar 46,37. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring 2013 dengan judul skripsi “Analisis Tataniaga Kubis Brasicca Oleracea l di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Ba rat” menyatakan bahwa untuk pemasaran kubis secara lokal terdapat tiga saluran tataniaga kubis. Saluran pertama terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Saluran tataniaga kedua terdiri dari petani, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Untuk saluran ketiga terdiri dari petani dan pedagang pengecer. Ketiga saluran tataniaga tersebut dinilai efisien dan mampu memberi keuntungan bagi setiap lebaga tataniaga. Dalam penelitian Sinaga 2013 dengan judul skripsi “ Analisis Tataniaga Sayuran Kubis Ekspor di Desa Saribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun” menyimpulkan bahwa Saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian hanya terdapat satu saluran, yaitu Petani – Gapoktan – Eksportir. Lembaga tataniaga yang paling banyak mengeluarkan Biaya tataniaga eksportir, yaitu sebesar Rp 442.00kg. Margin keuntungan yang paling besar ada pada eksportir, yaitu sebesar 758.00kg dengan nisbah margin keuntungan sebesar 1.71. Pada saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian efisien karena biaya tataniaga yang dikeluarkan lebih kecil dari nilai produk yang dipasarkan. Universitas Sumatera Utara

2.4. Kerangka Pemikiran