II-21
2.2 Kerangka Pemikiran
Gambar II.10
.
Kerangka Pemikiran
Pengukuran Luas Bidang Tanah
Terestris ETS
Ekstraterestris GPS
Metode Absolut Metode Differensial
Pengukuran Luas Bidang Tanah Menggunakan
ETS Pengukuran Luas Bidang
Tanah Menggunakan GPS Metode Absolut Selama
60 Detik Pengukuran Luas Bidang
Tanah Menggunakan GPS Metode Post Processing
Rover Receiver
Trimble Base Station
GNSS- CORS
Selisih Ketelitian Jarak dan Luas Bidang Tanah
antara ETS dan Absolut
Selisih Ketelitian Jarak dan Luas Bidang Tanah antara
ETS dan Differensial GPS
Standar Deviasi Standar Deviasi
Standar Deviasi
Uji Statistik
Kesimpulan dan Saran
II-22 Kerangka Pemikiran yang tergambar di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut : 1.
Untuk menentukan luas bidang tanah pada pendataan objek Pajak Bumi dan Bangunan PBB dapat dilakukan dengan pengukuran secara terestris
dan ekstraterestris. Metode terestris dilakukan dengan menggunakan alat ETS yaitu
Total Station merk Topcon 235N Series
, sedangkan ekstraterestris menggunakan alat
receiver Trimble GeoXT 3000 series
. 2.
Untuk metode ekstraterestris terdapat dua macam metode yang digunakan untuk melakukan perbandingan hasil ketelitian dari pengukuran luas
bidang tanah, yaitu metode absolut, dimana
receiver Trimble GeoXT 3000 series
melakukan pengukuran selama 60 detikpada setiap titik dari bidang tanah tersebut. Kemudian metode selanjutnya yaitu metode differensial
DGPS, dimana metode ini biasanya memiliki ketelitian sangat baik dalam pengukuran, metode differensial yang digunakan adalah dengan
metode
post processing
, dimana hasil pengukuran luas bidang tanah dikoreksi oleh stasiun
GNSS-CORS
terdekat untuk memperoleh ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan hasil pengukuran metode absolut.
3. Data yang akan dicari ketelitiannya dibandingkan dengan data yang
dinyatakan benar, yaitu data akurasi dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran luas bidang tanah dengan menggunakan ETS.
4. Pengolahan data untuk mencari ketelitian pengukuran luas bidang tanah
adalah dengan mencari selisih antara pengukuran yang diperoleh dari metode absolut dengan ETS dan metode
DGPS
dengan ETS sebagai varian, kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan RMS atau
ketelitian menggunakan persamaan berikut ini : a.
�
=
�
1
−�
2 2
−1
II.4
b.
�
=
�
1
−�
3 2
−1
II.5
II-23 Keterangan :
�
= RMS standar deviasi �
1
= Luas bidang tanah hasil pengukuran ETS �
2
= Luas bidang tanah hasil pengukuran metode absolut �
3
= Luas bidang tanah hasil pengukuran metode DGPS = Banyaknya bidang tanah
5. Setelah dilakukan perhitungan ketelitian, maka dapat diketahui pula selisih
ketelitian pengukuran luas bidang tanah menggunakan data terestris ETS dengan hasil pengukuran luas bidang tanah metode ekstraterestris metode
absolut dan
DGPS
. 6.
Selain melakukan perhitungan ketelitian luas bidang tanah, ketelitian koordinat antar dua titik yang dibandingkan pun dapat dilakukan dengan
rumus, seperti berikut ini : =
2
−1
II.6 Keterangan :
= RMS standar deviasi = Jarak kedua titik
= Banyaknya bidang tanah 7.
Kemudian setelah proses perhitungan selesai, selanjutnya adalah uji fisher sebagai uji statistik yang dilakukan dalam pengambilan keputusan.
8. Setelah itu dapat diambil hipotesis dan kesimpulan.
2.3 Hipotesis