Aksesibilitas makro, meliputi kemudahan pencapaian dalam mendapatkan bahan baku dari pusat penangkapan ikan, jangkauan pemasaran dan kemudahan
mendapatkan tenaga kerja pada sentra industri rumah tangga pengasapan ikan Bandarharjo adalah sebagai berikut :
4.3.1. Bahan Baku Resources
Peta alur perolehan bahan baku industri pengasapan ikan merupakan ilustrasi alur pasokan bahan baku ikan segar. Para pengusaha ikan asap, membeli
ikan segar dari penjual di Pasar Kobong. Pasokan dan pengangkutan dilakukan secara tradisional, menggunakan becak atau gerobak sebagai alat transportasi
utama. Industri pengasapan ikan hanya melakukan proses pengasapan ikan di tiap- tiap rumah asap, kemudian produk ikan asap langsung diangkut kembali ke Pasar
Kobong atau pasar tradisional lain di Kota Semarang. Kondisi di atas menunjukkan pasokan bahan baku dan bahan mentah,
khususnya ikan segar yang tidak dapat bertahan lama harus cepat diolah dan diasapkan untuk menghemat biaya produksi. Apabila ikan tersimpan lama, akan
memerlukan proses pendinginan, dimana para perajin harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli es freezing. Teknik pengolahan dan penyimpanan
bahan baku yang tradisional belum memungkinkan untuk menjaga kualitas dan mutu produksi.
Secara ringkas, aksesibilitas dan kemudahan pencapaian bahan baku menjadi faktor penting dan mendasar dalam proses pengolahan ikan asap.
Diperlukan jarak pencapaian yang lebih dekat, ketersediaan prasarana jalan dan sarana pengangkut yang memadai untuk mempermudah proses transportasi.
Mengacu pada aspek kemudahan mendapatkan bahan baku dan bahan pembantu, seperti batok kelapa untuk bahan bakar mengasap ikan, maka perlu
diketahui terlebih dahulu proses mendapatkan bahan baku. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Peta Perolehan Bahan Baku Sumber : Bappeda, 2007
4.3.2. Pemasaran
Potensi pengembangan sentra pengasapan ikan, sangat ditentukan oleh kelancaran pemasaran dan penjualan produk. Komoditas hasil olahan ikan asap
mencapai kurang lebih 5-6 tonhari dari Bandarharjo. Untuk itu, pengelolaan sentra pengasapan ikan harus diarahkan agar mampu meningkatkan kapasitas
produksi dan menjaga mutu produk. Pemasaran ikan asap telah mampu menjangkau wilayah luar kota
Semarang. Luas jangkauan ini merupakan potensi besar yang perlu terus dikembangkan, karena akan memberi manfaat ekonomi dan forward linkage
cukup berarti bagi kehidupan masyarakat. Pemasaran yang dilakukan secara tradisional, melalui pasar-pasar tradisional yang ada di sekitar Semarang, seperti
Pasar Bulu, Karangayu, Johar dan pasar tradisional lainnya. Penjual dan pedagang di pasar-pasar tersebut pada umumnya menjual kepada para pedagang dari
Kendal, Temanggung, Demak, Ungaran, Salatiga, Purwodadi dan sekitarnya. Rantai distribusi ini tercipta secara alami, sehingga produsen dan penjual
distributor tidak memerlukan promosi atau memerlukan teknik pemasaran khusus.
Gambar 9. Peta Wilayah Pemasaran Ikan Asap Sumber : CV. Arsiken, 2007
Produsen ikan asap menggunakan teknik pemasaran yang sederhana, karena keterbatasan modal dan pengetahuan serta belum adanya pengenalan dan
arahan untuk memperluas teknik pemasaran produk ikan asap. Kondisi ini terkait pula pengemasan produk yang kurang menarik, sehingga konsumen kelas
menengah atas belum begitu tertarik dengan kemasan yang ada. Proses pengemasan, terkait pula daya tahan produk yang tidak tahan lama umumnya
bertahan hanya 2 hari dan tidak melalui proses penjaminan mutu. Produk olahan yang dihasilkan belum bisa dikatakan higienis, karena pada proses pengasapan
masih banyak potensi risiko terjadinya kontaminasi. Model pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha pengasapan ikan di
Bandarharjo ialah model sederhana yang tidak menggunakan standardisasi mutu dan jaminan mutu. Mengingat tingginya ketergantungan masyarakat terhadap
produk perikanan dalam memenuhi kebutuhan gizi dan belum meratanya distribusi ikan dari pusat produksi ke pusat konsumsi, maka masih banyak hal
yang perlu diperbaiki dalam mendukung kelancaran pemasaran produk ikan asap.
4.3.3. Tenaga Kerja