Sistem Kepercayaan

2.7 Sistem Kepercayaan

Pada awalnya masyarakat Karo memeluk kepercayaan animism dan dinamisme. Menurut kepercayaan ini yang disembah adalah para begu yang terdapat pada tempat- tempat keramat, seperti gunung, batu besar, sungai dan pohon besar, atau tempat-tempat yang tidak lazim lainnya. Dengan memberikan persembahan da sessajian seperti jeruk purut, jeruk manis, kemenyan, daun- daun serta rempah-rempah lainnya yang ditaruh dia atas akan memberikan berkatnya pada manusia.

Kemudian timbul keyakinan atas Dibata (Dewata 1 ), yang menurut kepercayaan mereka adalah sama dengan para dewa, yang memiliki teritorial Kemudian timbul keyakinan atas Dibata (Dewata 1 ), yang menurut kepercayaan mereka adalah sama dengan para dewa, yang memiliki teritorial

bernama Batara Guru 2 y7ang berkuasa disunia atas atau langit yang dapat diidentikkan dengan surge, Dibata Tengah (Dibata Itengah) atau Tuhan Paduka

Ni Aji yang berkuasa didunia tengah atau bumi sebagai dunia manusia, dan Dibata Bawah (Dibata Iteruh) atau sering juga dinamakan Banua Koling 3 yang

berkuasa didunia bawah yang dapat diidentikkan dengan neraka. Pembahasan akan dilakukan secara menyeluruh mengenal Debata Si

Telu beserta unsure kekuatan yang menyertainya agar gambaran tentang mereka menjadi lebih jelas. Jauh sebelum dunia ini tercipta, ketiga anggota para dewa, Dibata Si Telu yaitu Batara Guru, Tuhan Padukah Ni Aji dan Tuhan Banua Koling serta Sinarmataniari sudah ada. Dibata la Idah dari Dunia atas menurunkan Tuhan Banua Koling ke dunia bawah untuk memrintah dan berkuasa di sana. Tuhan Padukah Ni Aji diutus ke dunia tengah dan mengizinkannya untuk menciptakan dunia serta menguasai serta memerintahnya. Sesampainya didunia tengah, maka Tuhan Padukah Ni Aji pun menciptakan angin topan untuk meniup dan merusak bumi. Sinarmataniari melihat kemarahan, kejengkelan hati dan pikiran Tuhan Banua Koling atas Bumi yang diciptakan Tuhan Padukah Ni Aji itu. Lalu dia memanasi bumi yang masih muda lagi lembekitu sehingga menjadi berkembang dan terjadilah gunung-gunung, bukit dan lembah-lembah yang berisi air, terjadilah pemisahan darat dan laut. Demikianlah cara terbentuknya bumi. (Tarigan 1990 :82:84). Konsepsi kosmologi tersebut analog dengan susunan masyarakat dan kekerabatan. Meskipun masyarakat Karo tidak member nama khusus kepada Telu beserta unsure kekuatan yang menyertainya agar gambaran tentang mereka menjadi lebih jelas. Jauh sebelum dunia ini tercipta, ketiga anggota para dewa, Dibata Si Telu yaitu Batara Guru, Tuhan Padukah Ni Aji dan Tuhan Banua Koling serta Sinarmataniari sudah ada. Dibata la Idah dari Dunia atas menurunkan Tuhan Banua Koling ke dunia bawah untuk memrintah dan berkuasa di sana. Tuhan Padukah Ni Aji diutus ke dunia tengah dan mengizinkannya untuk menciptakan dunia serta menguasai serta memerintahnya. Sesampainya didunia tengah, maka Tuhan Padukah Ni Aji pun menciptakan angin topan untuk meniup dan merusak bumi. Sinarmataniari melihat kemarahan, kejengkelan hati dan pikiran Tuhan Banua Koling atas Bumi yang diciptakan Tuhan Padukah Ni Aji itu. Lalu dia memanasi bumi yang masih muda lagi lembekitu sehingga menjadi berkembang dan terjadilah gunung-gunung, bukit dan lembah-lembah yang berisi air, terjadilah pemisahan darat dan laut. Demikianlah cara terbentuknya bumi. (Tarigan 1990 :82:84). Konsepsi kosmologi tersebut analog dengan susunan masyarakat dan kekerabatan. Meskipun masyarakat Karo tidak member nama khusus kepada

Selain dari Dewa-dewa diatas terdapat beberapa sembahan lain yang disebut biak, seperti dewa penjaga tanah (sibiak taneh), sibiak kerangen, dewa penjaga rumah (sibiak jabu), sibiak kesain, sibiak juma dll. Ada kalanya orang yang meninggal dikatakan sebagai “ Dibata “ yaitu seseorang yang disebut jenujung (yang dijunjung). Akan tetapi mereka ini tidak sama kekuasaanya dengan Dibata utama. Masyarakat Karo melalui kepercayaannya juga mengenal sejenis surge dan neraka. Surga digambarkan sebagai kehidupan dibawah pohon beringin (Jabi-jabi juma ajar) yang menjadi tempat bersandar, akar gantung tempat ayunan, daunnya menjadi pelindung terhadap hujan dan matahari. Sebaliknya neraka digambarkan sebagai kehidupan dibawah pohon jeruk yang patah pucuknya. Berbagai upacara agama sangat besar dalam masyarakar Karo seperti erpanger kulau, ndilo wari dan lain sebagainya. Pimpinan upacara dikenal dengan sebutan Guru atau Sibaso. Kitab suci mereka adalah Pustaka, salah satu diantaranya adalah pustaka yang asli (Pustaka Na jati).