mengandung beberapa bahan polutan. Disamping bahan organik. bahan-bahan anorganik seperti nitrit, garam besi dan sulfida dapat
mereduksi-permanganat dalam reaksi titrasi. Biochemical Oxygen Demand BOD menyatakan ukuran
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri selama mengoksidasi bahan organik dalam sampel air limbah. Chemical
Oxygen Demant COD menyatakan ukuran banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk oksidasi kimiawi, tetapi ada senyawa
anorganik sulfat, tiosulfit, nitrit dapat mengalami oksidasi, sehingga umumnya COD lebih besar daripada BOD.
G. Pengujian Mikrobiologi Air
Analisis mikrobiologis dilakukan dengan cara:
Total plate count
Uji koliform
Uji Streptococcus faecallis
Uji Clostridium welchii Dalam keadaan istimewa, mungkin diperlukan untuk menguji
adanya mikrobia yang mampu mereduksi sulfat organik dan besi serta bakteri sulfur dan bakteri lain. Uji total plate count dilakukan
untuk menentukan kemurnian air secara umum dan untuk tujuan- tujuan penangananpengolahan air. Mikrobia yang berasal dari tinja
seperti Escherichia coli, Streptococcus faecalis, dan beberapa spesies Chlostridium dapat digunakan sebagai indikasi adanya polusi.
H. Ringkasan
Limbah cair adalah keadaan limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Limbah cair berupa air yang telah tercemari oleh bahan pencemar. Pencemar air adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat dan atau kornponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusiaatau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yangmenyebabkan air menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Untuk setiap kegiatan yang membuang limbah cair ke dalam air pada sumberair ditetapkan mutu limbah cairnya, dengan
pengertian:
mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada surnber air tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan,
tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air
penerirna limbah tersebut. Secara umum pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan
cara fisika misalnya penyaringan biasa : batch filter, rotary drum vacum filter, bag filter, kimiawi pengendapan dengan koagulan,
presipitasi, netralisasi, adsorbsi, disinfeksi, deklorinasi, biologi lagoon, pond lagoon, aerobicanaerobic pond, activated sludge.
Cara-cara pengolahan air limbah industri pangan beraneka ragan bergantung pada beban yang ada, dapat berkisar dari pengolahan
lengkap terhadap air buangan sehingga dapat menghasilkan sisa kotoran yang dapat langsung dibuang ke dalam aliran sungai.
Cara pengolahan limbah cair umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu pengolahan primer dan pengolahan sekunder.
Pengolahan primer ditujukan untuk memisahkan padatan dari cairannya, baik padatan berukuran besar, kecil, maupun koloid.
Pengolahan sekunder digunakan sebagai pengolahan limbah cair lanjutan.
BAB VII Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
A. Latar Belakang
Sangat menarik apa yang dinyatakan oleh Gerard Hand,President Institution of Occupational Safety and Health
IOSH di Jakartayang dikutip surat kabar harian Suara Pembaharuan
2013,bahwa: “Ancaman kecelakaan di tempat kerja di negara berkembang seperti Indonesia masih sangat tinggi. Hal itu terjadi
karena belum adanya pengetahuan dari majikan dan para pekerja”. IOSH adalah organisasi resmi untuk para profesional dalam bidang
kesehatan dan keselamatan kerja terbesar di dunia, dengan anggota 42.000 orang yang tersebar di 100 negara.
Sementara dari sumber yang sama, bahwa data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di
Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi
dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja.Sementara menurut data
International Labor Organization ILO , di Indonesia rata-rata per
tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur
hidup. Dari gambaran fakta dan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa
tingginya angka kematian pekerja, dan jumlah rerata kecelakaan kerja di Indonesia sangat mengkhawatirkan.Faktor penyebabnya
disinyalir erat terkait dengan pengetahuan tentang keselamatan kerja dari para pekerja masih rendah, dan komitmenpara majikan terhadap
terlaksananya K3 belum seperti yang diharapkan.Padahal dengan tingginya angka kecelakaan bahkan kematian akibat kerja akan
berdampak pada kerugian finansial bagi perusahaan yang tidak sedikit jumlahnya. Inilah titik tolak masalah yang terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja K3 di dunia kerja. Hal ini mengamanatkan kepada para manajer perusahaan industri, bahwa