Latar Belakang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3

BAB VII Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3

A. Latar Belakang

Sangat menarik apa yang dinyatakan oleh Gerard Hand,President Institution of Occupational Safety and Health IOSH di Jakartayang dikutip surat kabar harian Suara Pembaharuan 2013,bahwa: “Ancaman kecelakaan di tempat kerja di negara berkembang seperti Indonesia masih sangat tinggi. Hal itu terjadi karena belum adanya pengetahuan dari majikan dan para pekerja”. IOSH adalah organisasi resmi untuk para profesional dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja terbesar di dunia, dengan anggota 42.000 orang yang tersebar di 100 negara. Sementara dari sumber yang sama, bahwa data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja.Sementara menurut data International Labor Organization ILO , di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Dari gambaran fakta dan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa tingginya angka kematian pekerja, dan jumlah rerata kecelakaan kerja di Indonesia sangat mengkhawatirkan.Faktor penyebabnya disinyalir erat terkait dengan pengetahuan tentang keselamatan kerja dari para pekerja masih rendah, dan komitmenpara majikan terhadap terlaksananya K3 belum seperti yang diharapkan.Padahal dengan tingginya angka kecelakaan bahkan kematian akibat kerja akan berdampak pada kerugian finansial bagi perusahaan yang tidak sedikit jumlahnya. Inilah titik tolak masalah yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja K3 di dunia kerja. Hal ini mengamanatkan kepada para manajer perusahaan industri, bahwa komitmen yang tinggi terhadap terselenggaranya keselamatan dan kesehatan para tenaga kerja sangat diharapkan. Fakta pendukung lain yang terkait rendahnya komitmen manajemen terkait K3 di perusahaan, seperti diungkapkan Soehatman Ramli 2010, bahwa menurut data Depnakertrans tahun 2007 jumlah perusahaan yang terdaftar sebanyak 190.267, tetapi yang sudah memenuhi kriteria Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 menurut Permenaker No.05Men1996 baru mencapai 643 perusahaan, atau sebesarhampir 3,37 sebuah angka yang masih sangat kecil untuk skala nasional. Hal ini mencerminkan masih sangat rendahnya komitmen manajemen dalam penerapan SMK3. Perlu upaya yang lebih kuat lagi dari pihak pemerintah untuk mendorong dan memfasilitasi terlaksananya peraturan tentang SMK3 tersebut.

B. Pengertian SMK3