Gambar 8. Diagram Sistem Pengendalian Kebakaran
1. Pencegahan Kebakaran
Gambar 3 memperlihatkan pada kita bahwa sebelum terjadi kebakaran langkah awal yang harus dilakukan adalah mencegah
terjadinya kebakaran. Hal pertama yang harus dilakukan oleh setiap lembaga adalah memahami peraturan daerah maupun nasional yang
berhubungan dengan pencegahan kebakaran. Peraturan yang harus dipahami adalah peraturan tentang
penyimpanan bahan kimia, peraturan tentang pembangunan gedung, dan lain-lain. Dalam hal ini ada Surat Keputusan Menaker No
187Men1990 yang mengatur tentang Material Safety Data Sheet MSDS. MSDS adalah dokumen tentang satu bahan kimia yang
harus ada pada industri yang membuat, menyimpan, atau menggunakannya, yang memberikan informasi tentang bahan kimia
tersebut. Informasi ini meliputi: 1 identitas bahan dan perusahaan, 2 komposisi bahan, 3 identifikasi bahaya, 4 tindakan P3K, 5
tindakan penanggulangan kebakaran, 6 tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran, 7 Penyimpanan bahan, 8 pengendalian, 9 sifat-
sifat fisika dan kimia, 10 reaktifitas dan stabilitas, 11 toksikologi,
12 ekologi, 13 pembuangan limbah, 14 pengangkutan, dan 15 peraturan perundang-undangan.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah membentuk tim khusus penanganan kebakaran. Setiap anggota tim harus disiplin dan
konsisten dalam menjalankan program penanganan kebakaran yang direncanakan. Untuk menjalankan hal ini diperlukan organisasi yang
ogram penanganan kebakaran yang direncanakan. Untuk menjalankan hal ini diperlukan organisasi yang mapan.
2. Pemadaman Kebakaran
Ada tiga tahap pemadaman kebakaran yang berkaitan dengan tahap-tahap terjadinya kebakaran, tahap tersebut meliputi: 1
Memadamkan api tahap dini, 2 Mencegah api tumbuh, dan 3 Mengontrol asap.
a. Memadamkan Api Tahap Dini Hampir di setiap kebakaran dimulai dari api yang kecil,
namun jika tidak segera diketahui dan dicegah, api akan membesar bahkan bisa meluas di suatu kawasan. Berdasarkan hal
tersebut, untuk mengetahui secara dini adanya api diperlukan alat pendeteksi terjadinya kebakaran bahkan juga dibutuhkan alarm
jika terjadi kebocoran gas yang mudah terbakar. Pemadaman api tahap dini merupakan langkah yang sangat
penting dalam mencegah terjadinya kebakaran yang lebih besar. Pemadaman api yang masih kecil diperlukan alat yang tepat dan
tindakan yang cepat. Alat yang dibutuhkan pada tahap ini adalah Alat Pemadam Api Ringan APAR, Hydrant yang menyediakan
air bertekanan tinggi, fixed system yang biasa terpasang di gedung-gedung, serta peralatan lain di sekitar kita yang bisa
digunakan untuk proses pemadaman api seperti karung goni, selimut, serta barang sejenis yang bisa menyerap air dan menutup
api hingga terpisah dari udara. APAR merupakan alat pemadam api yang sangat populer di
kalangan masyarakat, namun demikian sebagian besar mereka tidak mengetahui jenis dan cara penggunaannya. Jenis APAR
cukup banyak, tergantung dari kemampuan memadamkan
kebakaran pada jenis bahan bakar tertentu. Jenis APAR dan peruntukannya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 9. Jenis APAR Kebanyakan orang tidak mengetahui cara penggunaan
APAR. Untuk mengetahuinya diperlukan pengetahuan tentang bagiankomponen tabung APAR dan langkah-langkah
penggunaannya. Gambar 5 memperlihatkan bagaian-bagian dari tabung APAR.
Penempatan APAR harus memenuhi persyarakat agar ketika terjadi kebakaran alat tersebut dapat digapai dengan cepat.
Syarat tersebut meliputi: 1 mudah terlihat, 2 mudah terjangkau, 3 tersebartidak terkonsentrasi dalam satu lokasi, 4 tidak
terkunci, dan sesuai situasi dan kondisi. Cara penggunaan APAR sebenarnya sangat mudah,
langkah-langkahnya meliputi: 1 buka kunci pengaman, 2 pegang tabung APAR dengan posisi tegak, 3 tekan handel
pembuka bahan pemadam, 4 arahkan semprotan ke bahan yang terbakarjangan diarahkan pada apinya, 5 semprotkan APAR
secara periodik setiap periode 3 detik jika dioperasikan secara
kontinyu APAR hanya dapat dioperasikan selama 8 detik. Lihat Gambar 11.
Gambar 10. Bagian-bagian Tabung APAR
Gambar 11. Pengoperasian APAR b. Mencegah Api Tumbuh
Jika api tidak segera dikuasai dan semakin membesar, maka diperlukan langkah-langkah lanjutan yang bertujuan untuk
melokalisir api, melakukan pendinginan, dan menguraikan bahan yang terbakar. Lihat Gambar 12.
Gambar 12. Pencegahan Pertumbuhan Api Kebakaran Gambar 12 mendeskripsikan pada kita bahwa pencegahan
kebakaran dilakukan dengan memisahkan tiga unsur kebakaran melalui tiga macam cara, yaitu: pengisolasian, pendinginan, dan
penguraian. Pelaksanaan tiga macam cara ini penerapannya tergantung situasi dan kondisi ketika terjadi kebakaran, oleh
karenanya pada saat terjadi kebakaran kita harus bisa mengambil keputusan cara mana yang memungkinkan yang bisa diterapkan.
c. Mengontrol Asap Sebagian besar bahan yang terbakar menghasilkan asap.
Asap yang berupa gas yang mengandung berbagai unsur, sangat membahayakan kesehatan. Bahkan banyak korban jiwa dalam
kejadian kebakaran yang disebabkan karena menghirup asap yang berlebihan, oleh sebab itu timbulnya asap harus dapat ditangani
dengan baik.Penanganan asap dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya adalah: 1 penerapan tata udara sesuai standar
pada suatu bangunan, 2 pemasangan alat deteksi asap, dan 3 pemasangan instalasi smoke vent.
3. Prosedur Evakuasi