Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai

sebagai mahluk yang sedang tumbuh; 3 Belajar menyesuaikan diri dengan teman- teman seusianya; 4 Mu-lai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat; 5 Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung; 6 Me-ngembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari; 7 Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai; 8 Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga; 9 Mencapai kebebasan pribadi Simatupang, 2012. Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan psikologisnya: mental, sosial dan emosional. Tugas-tugas pada masa setiap perkembangan adalah satu tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam hidup seseorang, dimana keterbatasan dalam menyelesaikan tugas menimbulkan keberhasilan pada tugas berikutnya, sedangkan kegagalan akan menimbulkan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan tugas berikutnya Surbakti, 2008.

2.5. Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai

untuk Anak Menurut Keraf, Dua 2001, pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan timbul akibat dari penginderaan dan pada akhirnya enimbulkan respon terhadap penginderaan tersebut. Universitas Sumatera Utara Keluarga dalam memilih acara televisi yang sesuai untuk anak, layaknya memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat mengidentifikasi acara televisi yang sesuai. Keluarga harus mengetahui apa fungsi dari media televisi, bagaimana dampaknya terhadap anak, dan juga mengetahui sejak kapan anak diperbolehkan menonton televisi. Media televisi menurut Mayohani dan Lim 2008 pada umumnya memiliki fungsi menginformasikan, mendidik, membentuk opini atau pendapat, dan menghibur. Pada anak – anak yang paling utama dari menonton acara televisi adalah memperoleh fungsi hiburan saja, sehingga perlu bagi keluarga mengetahui isi dari tayangan yang ditonton anak. Berdasar penelitian Toriza 2010 dan Bintarti, dkk 2011 sebelumnya dampak negatif anak menonton televisi yaitu penurunan prestasi belajar, anak malas belajar, kurangnya waktu membaca anak dan penyimpangan perilaku anak. Menurut Bintarti, dkk, hal ini terjadi akibat ketidakpahaman keluarga terhadap dampak buruk tayang televisi sehingga pengetahuan keluarga terhadap acara televisi anak perlu ditingkatkan. Wiradono 2005, mengungkapkan bahwa usia yang cocok untuk anak menonton televisi adalah usia 2 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan pada usia kurang dari 2 tahun masa perkembangan anak baru dimulai. Keluarga setidaknya harus tahu memilih acara televisi yang sesuai untuk anak yang tidak mengandung unsur – unsur yang bertentangan dengan moral sehingga dampak negatifnya dapat dihindarkan. Universitas Sumatera Utara Sikap yang timbul sebagai respon dari keluarga terhadap acara televisi untuk anak yaitu dengan ikut serta memperhatikan tontonan anak, memperhatikan usia anak, mendiskusikan hasil tontonan anak dan membatasi waktu anak menonton, sehingga anak tidak terpapar dengan dampak negatif dari tonton tersebut. Memperhatikan tontonan anak sejalan dengan pengetahuan keluarga. Keluarga perlu memperhatikan nilai yang terkandung dalam acara anak. Terhadap usia anak sendiri, keluarga harus menyikapi pada usia berapa anak pantas menonton Wiradono, 2005. Setiap acara televisi yang ditonton oleh anak, selain diperhatikan oleh keluarga, mendiskusikan isi dari acara tersebut adalah perlu. Diawali dengan pengarahan pada saat acar dimulai namun tetap memberikan kesempatan anak untuk berpikir apakah acara tersebut baik atau tidak untuknya. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga peduli terhadap anak Safitri, 2006. Menghindari dampak negatif dari acara televisi pada anak dapat dilakukan keluarga dengan pembatasan jam menonton pada anak. Pembatasan menonton pun tidak serta merta membatasi dengan tegas, namun dengan jadwal yang berkesinambungan. Dapat diawali pada saat anak bangun di pagi hari, hal ini sebagai salah satu pemicu anak bangun pagi, dan diakhiri pada sore hari dimana anak – anak telah memiliki waktu senggang Safitri, 2006. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA PENELITIAN