ATTITUDES CREATE READERS ABOUT Ciptakan Kampung Aman in Jawa Pos Daily Newspaper (Quantitative Descriptive Study of Attitudes About Readers About News Create Safe in The Daily Java Kampung Pos).

(1)

SKRIPSI

Oleh :

FEBIASTRI SUPRABA KHAMID

NPM. 0643010216

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “SIKAP PEMBACA TENTANG PEMBERITAAN CIPTAKAN KAMPUNG AMAN DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Harian Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman)”

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih pada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan Proposal ini,antara lain: 1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku pembimbing utama

2. Bapak Juwito, S.Sos, MSi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan seluruh dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. 4. Bapak Zainal Abidin, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing utama.

5. Mama, papa terima kasih atas semua dukungan baik moril dan materiil 6. Moh. Iffan Wicaksono Judodihardjo makasih banget buat semuanya. 7. Buat Mbak Mega (Meme) thanks ya buat bantuannya.

8. Buat teman seperjuangan, Mbak Binyok dan Septian (Pencenk), mas Dedy tatto, mas Andika, mas Reno, mas Anton terimakasih bantuannya dan semangatnya.


(3)

ii

9. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang secara langsung telah banyak membantu dalam penyusunan Proposal ini.

Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan Proposal ini. Dan penulis berharap agar Proposal ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya,


(4)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI …… ... v

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAKSI ... BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1. Pengertian Sikap ... 8

2.1.2. Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa ... 11

2.1.3. Program Ciptakan Kampung Aman ... 12

2.2. Surat Kabar ... 13

2.2.1. Definisi Surat Kabar ... 13


(5)

iv

2.2.3. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ... 17

2.3. Teori S-O-R ... 19

2.4. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operaisonal ... 24

3.1.1. Sikap dan Pengukurannya ... 25

3.1.2. Pembaca Jawa Pos ... 29

3.1.3. Berita Ciptakan Kampung Aman ... 30

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32

3.2.1. Populasi ... 32

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 33

3.3. Sumber dan Jenis Data ... 34

3.3.1. Sumber Data ... 34

3.3.2. Jenis Data ... 35

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5. Metode Analisis Data ... 36

3.6. Analisis Deskriptif ... 38

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 39

4.1.1. Gambaran Umum Jawa Pos ……….……….. 39

4.1.2. Berita Ciptakan Kampung Aman ……….….. 45

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ………... 47


(6)

v

4.2.1.1. Usia Responden ……….………… 48 4.2.1.2. Jenis Kelamin Responden ……….……… 50 4.2.1.3. Pendidikan terakhir responden ………… 50 4.2.1.4. Pekerjaan Responden ………….……….. 51 4.3. Deskripsi Subyek ……… 52 4.3.1. Aspek Kognitif ... 52

4.3.1.1. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos Membuat Masyarakat akan Pentingnya Menjaga Keamanan Lingkungan ……….………. 53 4.3.1.2. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman

di Jawa Pos dDapat Diketahui Adanya Roadshow di Beberapa

Kecamatan ………..………….. 55 4.3.1.3. Pemberitaan Ciptakan Kampung

Aman di Harian Jawa Pos Dapat Diketahui Bahwa Kegiatan Ini Lebih Menfokuskan Pada Sistem – sistem Keamanan ... . 56 4.3.1.4. Pemberitaan Kampung Aman

di Harian Jawa Pos Dapat Membawa Positif Bagi Kondisi Keamanan

Lingkungan Saat ini ... 57 4.3.1.5. Aspek Kognitif Pembaca Terhadap


(7)

vi

Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos ……….…….……….. 58 4.3.2. Aspek Afektif ………….……….. 59

4.3.2.1. Sikap Responden Senang Pihak Pemkot dan Polrestabes Surabaya Mengkampanyekan Program Ciptakan Kampung Aman …….. 60 4.3.2.2. Sikap Responden Senang dengan Program

Pos Kamling dengan Sistem Sentralisasi di Lingkungan Rumah Tangga …………... 61 4.3.2.3. Sikap Responden Merasa Nyaman dengan

Adanya Program Pos Kamling di Lingkungan Sekitar ………. 62 4.3.2.4. Sikap Responden Merasa Senang dengan

Pemanfaatan Program Keamanan yang ada di Lingkungan Tempat Tinggal pada Program Ciptakan Kampung Aman … 64 4.3.2.5. Sikap Responden Merasa Senang dengan

Kebiasaan Warga Dalam Menjaga

Keamanan Lingkungan ……… 65 4.3.2.6. Sikap Responden Merasa Nyaman Bila

Pengelolahan Keamanan Lingkungan

Dapat Ditangani dengan Baik ……….……. 67 4.3.2.7. Sikap Responden Merasa Nyaman dengan


(8)

vii

Pembuatan Spanduk dan Banner Kamtibnas di Lingkungan Tempat Tinggal …..……… 68 4.3.2.8. Aspek Afektif Pembaca Tentang

Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos ………. 70 4.3.3. Aspek Konatif ………...… 71

4.3.3.1. Sikap Responden akan Mengadakan Program Siskamling di Lingkungan

Tempat Tinggal ………..… 72 4.3.3.2. Sikap Responden akan Mengelolah Pos

Kamling Sedemikian Rupa Agar Dapat Bermanfaat Bagi Keamanan

Lingkungan ... 73 4.3.3.3. eSikap Responden akan Membiasakan

diri Menjaga Keamanan Lingkungan …… 75 4.3.3.4. Sikap Responden akan Ikut Serta Dalam

Program Pos Kamling dan Program-program Keamanan lainnya ………..… 76 4.3.3.5. Sikap Responden Akan Mensosialisasikan

Program Pos Kamling Kepada Warga …… 77 4.3.3.6. Sikap Responden akan Memanfaatkan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


(9)

viii

Sekuriti dalam Menjaga Keamanan …….. 79

4.3.3.7. Sikap Responden akan Membuat Spanduk dan Banner Kamtibnas di Lingkungan Tempat Tinggal agar Warga Tetap Waspada ……….. 80

4.3.3.8. Sikap Konatif Pembaca Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman ………...… 81

4.4. Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos ………. 82

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………. 86

5.2. Saran ………...… 87

DAFTAR PUSTAK ... 89


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. : Usia Responden ... 49

Tabel 2. : Jenis Kelamin Responden ……….. 50

Tabel 3 : Pendidikan Terakhir Responden ... 51

Tabel 4 : Pekerjaan Responden ... 51

Tabel 5 : Masyarakat Tahu akan Pentingnya Menjaga Keamanan dan Ketertiban ... 54

tabel 6 : Masyarakat Tahu akan Pentingnya Menjaga Keamanan dan Ketertiban Lingkungan ... 55

Tabel 7 : Pemberitaan CKA Dapat Diketahui Bahw Kegiatan ini Lebih Menfokuskan pads Sistem-sistem Keamanan ... 56

Tabel 8 : Pemberitaan CKA di harian Jawa Pos dapat Membawa Positif bagi Kondisi Keamanan Lingkungan Saat ini ... 57

Tabel 9 : Aspek Kognitif Pembaca Tentang Pemberitaan CKA di Harian Jawa Pos ... 58

tabel 10 : Responden Senang Pihak Pemkot dan Polrestabes Surabaya Mengkampanyekan program CKA ... 60

Tabel 11 : Responden Senang dengan Program Pos Kamling dengan Sistem Sentralisasi di Lingkungan Rumah Tangga ... 61

Tabel 12 : Responden Merasa Nyaman dengan Adanya Program Pos Kamling di Lingkungn Sekitar ... 63


(11)

x

Tabel 13 : Responden Merasa Senang dengan Pemanfaatan

Program-program Keamanan Pada Program CKA ... 64 Tabel 14 : Responden Merasa Senang dengan Kebiasaan Warga

Dalam Menjaga Keamanan Lingkungan ... 66 Tabel 15 : Responden Merasa Nyaman Bila Pengelolahan Keamanan

Lingkungan dapat Ditangani dengan Baik ... 67 Tabel 16 : Responden Merasa Nyaman dengan Pembuatan Spanduk

Dan Banner Kamtibnas di Lingkungan Tempat Tinggal ... 69 Tabel 17 : Aspek Afektif Pembaca Tentang Pemberitaan CKA di

Harian Jawa Pos ... 70 Tabel 18 : Responden akan Mengadakan Program Siskamling di

Lingkungan Tempat Tinggal ... 72 Tabel 19 : Responden akan Mengelolah Pos Kamling Sedemikian

Rupa Agar dapat Bermanfaat bagi Keamanan Lingkungan ... 74 Tabel 20 : Responden akan Membiasakan Diri Menjaga Keamanan

Lingkungan ... 75 Tabel 21 : Responden akan Ikut Serta Dalam Program Pos Kamling

dan Program Keamanan Lainnya ... 76 Tabel 22 : Responden akan Mensosialisasikan Program Pos Kamling

Kepada Warga ... 78 Tabel 23 : Responden akan Memanfaatkan IPTEK terutama Internet

untuk Menambah Referensi Sekuriti Dalam Menjaga


(12)

xi

Tabel 24 : Responden akan Membuat Spanduk dan Banner Kamtibnas di Lingkungan Tempat Tinggal agar

Warga Tetap Waspada ... 80 Tabel 25 : Aspek Konatif Pembaca Tentang Pemberitaan CKA

di Harian Jawa Pos ... 81 Tabel 26 : Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan CKA

di Harian Jawa Pos ... 84


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuisioner ... 40 Lampiran 2. Kliping Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Surat


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Teori S-O-R ... 20 Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ... 22 Gambar 3.1. Banner Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Surat


(15)

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuisioner ... 40 Lampiran 2. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa

Pos Tanggal 14 Juni 2010 ... 96 Lampiran 3. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa

Pos Tanggal 5 Juli 2010 ... 97 Lampiran 4. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa

Pos Tanggal 10 Juli 2010 ... 98 Lampiran 5. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa

Pos Tanggal 12 Juli 2010 ... 99 Lampiran 6. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa

Pos Tanggal 19 Juli 2010 ... 100 Lampiran 7. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa

Pos Tanggal 24 Juli 2010 ... 101 Lampiran 8. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa

Pos Tanggal 28 Juli 2010 ... 102 Lampiran 9. Aspek Kognitif Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan

CKA di Harian Jawa Pos... 103 Lampiran 10. Aspek Afektif Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan

CKA di Harian Jawa Pos... 106 Lampiran 11. Aspek Konatif Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan

CKA di Harian Jawa Pos... 109 Lampiran 12. Rekapitulasi Jawaban Pembaca Tentang Sikap Pembaca


(17)

(18)

xvi

ABSTRAKSI

FEBIASTRI SUPRABA KHAMID, SIKAP PEMBACA TENTANG PEMBERITAAN CIPTAKAN KAMPUNG AMAN DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap pembaca terhadap pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos yang mengulas bagaimana sikap masyarakat setelah membaca pemberitaan tersebut dan adanya program-program keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh pembaca dalam menjaga keamanan lingkungan.

Landasan teori yang dipakai, diantaranya adalah pengertian sikap, pembaca sebagai khalayak media massa, surat kabar sebagai media komunikasi massa, surat kabar sebagai kontrol sosial, dan teori SOR (Stimulus, Organisme, dan Response)

Metode penelitian yang dipakai adalah menggunakan metode deskriptif, dengan satu variable. Populasi dalam penelitian ini adalah pembaca Jawa Pos yang berusia 17 – 40 tahun, berdomisili di Surabaya, memiliki KTP Surabaya, dan tinggal di daerah-daerah yang dimuat dalam pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling dengan kriteria responden pembaca Jawa Pos yang telah berusia 17 – 40 tahun, berdomisili di Surabaya, memiliki KTP Surabaya, dan tinggal di daerah-daerah yang dimuat dalam pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Penelitian ini melibatkan 100 responden.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sikap pembaca tentang pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos adalah positif. Hal ini disebabkan karena tingginya angka kejahatan dan kriminalitas yang terjadi di Surabaya sehingga menuntut masyarakat untuk menjaga lingkungan tempat tinggalnya dan selalu waspada.

Kata kunci : Sikap, Pembaca, Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman, Harian Jawa Pos.


(19)

xvii

Kampung Aman in Jawa Pos Daily Newspaper that reviews how public attitudes after reading the news and the security programs that can be utilized by the reader in maintaining environmental safety.

The foundation of the theory is used, such as understanding the attitude, the reader as the audience of mass media, newspapers as a medium of mass communication, newspapers as social control, and the theory of SOR (Stimulus, Organism, and Response)

The research method used is descriptive method, with one variable. The population in this study is Jawa Pos readers aged 17-40 years, based in Surabaya, Surabaya have ID cards, and live in areas that appeared in the news Ciptakan Kampung Aman. The sampling technique using purposive sampling method with criteria respondents Jawa Pos readers who have been aged 17-40 years, based in Surabaya, Surabaya have ID cards, and live in areas that appeared in the news

Ciptakan Kampung Aman. The study involved 100 respondents.

From this study showed that attitudes about the news reader on the

Ciptakan Kampung Aman in Jawa Pos Daily Newspaper is positive. This is due to high rates of crime and criminality that occurred in Surabaya, so that the public demands to preserve the neighborhood and always vigilant

Key Words : Sikap, Pembaca, Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman, Harian Jawa Pos.


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari,media massa tersebut bisa berupa surat kabar, majalah, televisi, radio dan film. Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang sisajikan oleh media massa. (Sobur, 2004:162)

Media massa memiliki peran sangat penting dan peran yang cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karena media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Informasi itu sendiri disajikan secara benar yang terjadi didalam hidup manusia, antara manusia dan media massa keduanya saling membutuhkan media massa untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi dengan mengkonsumsi berita-berita yang disajikan oleh media massa tersebut.

Dalam perkembangannya media massa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu media cetak yang disebut sebagai pers dalam arti sempit dan media elektronik serta media komunikasi lainnya yang disebut sebagai pers dalam arti luas. Media cetak seperti surat kabar saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan merupakan media massa yang digunakan oleh masyarakat perkotaan selain


(21)

media elektronik. Oleh karena itu media massa sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi kearah masyarakat atau mentransformasikan informasi diantara masyarakat itu sendiri.

Beberapa kelebihan dari surat kabar diantaranya yaitu bisa disimpan lebih lama atau di ulang dan jelas berbeda dengan media elektronik yang hanya bisa menginformasikan sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan untuk bisa memahami isi dan pesan. Pada saat ini surat kabar bukan hanya sekedar untuk mengetahui suatu peristiwa, mengetahui kejadian yang sedang terjadi, memberikan informasi yang akurat mengenai perkembangan suatu pengetahuan, selain itu masyarakat luas berharap agar surat kabar dapat berfungsi sebagai mediasi yaitu sebagai pengaruh atau penghubung dalam menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah.

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, Pers sebagai lembaga kemasyrakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakatnya. (Djuroto, 2002:8)

Tidak dapat dipungkiri bahwa Pers termasuk media massa yang amat penting dalam kehidupan selain memiliki pendidikan dan hiburan, Pers juga sebagai alat perjuangan bangsa, dengan adanya Pers, masyarakat dapat mengakses informasi sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan dan juga berfungsi


(22)

3

sebagai alat kontrol dalam membatasi kekuasaan, memberdayakan yang yang tertindas dari tindakan anarkhis (Suroso, 2001:176).

Meskipun peranan Pers ditengah-tengah mayarakat mempunyai “otonomi” bukan berarti ia mempunyai eksistensi yang mandiri. Intensitas Pers ditengah masyarakat diperlukan oleh masyarakat itu sendiri. Karena kehidupan pers itu ada keterikatan organisator dengan lembaga-lembaga atau anggota masyarakat itu sendiri.

Surat kabar tanpa adanya berita yang faktual mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat dan berpaling ke media massa lainnya. Muatan berita disurat kabar sekitar 60-70% (Koesworo, Margantoro, Viko, 1994:72). Surat kabar cukup mudah didapatkan dan didokumentasi sebagai referensi pencarian informasi sehingga beritanya menjadi muatan yang sangat penting bagi media cetak.

Surat kabar sebagai bagian dari media massa dapat menjadi instrument untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti, dapat menjadi berita melalui penciptaan berbagai cerita dan data-data yang disajikan oleh media massa, sekalipun data tersebut hanya merupakan rekaan-rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal ini sering terjadi ditengah masyarakat yang masih kuat dihinggapi budaya isu dan intrik, dimana berita yang dianggap masyarakat yang masih kuat dihinggapi budaya isu dan intrik, dimana berita yang dianggap sebagai kenyataan dan kebenaran tanpa reserve. Pada intinya berita-berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan pada kesadaran masyarakat (Winarko dalam Sugiharto, 2002:1). Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil Jawa Pos sebagai bahan penelitian


(23)

karena Jawa Pos merupakan surat kabar yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan kota Surabaya, selain itu Jawa Pos merupakan surat kabar yang memiliki oplah besar diantara oplah surat kabar lain yang ada di Indonesia.

Oleh karena itu pada bulan Juni – Juli 2010 Jawa Pos bersama Pemerintah kota Surabaya dan Polwiltabes Surabaya punya kegiatan untuk keamanan. Namanya Ciptakan Kampung Aman (CKA). Inti dari program ini adalah mengajak warga Surabaya untuk peduli menjaga keamanan lingkungan dari berbagai macam tindak kriminalitas. Peduli disini tidak hanya cukup dengan kata – kata, tetapi harus dengan tindakan konkret meski itu dimulai dari tindakan kecil. Hal ini dirasakan sangat bagus dimana media massa dalam hal ini surat kabar Jawa Pos disamping menyebarkan pesan juga berfungsi sebagai control social agar dampak yang dihasilkan menjadi positif dan direspon oleh masyarakat Surabaya.

Peniliti mengambil penelitian sikap pembaca Jawa Pos tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman dikarenakan ketertarikan peneliti terhadap banyaknya masyarakat yang kurang peduli terhadap keamanan lingkungan. Masyarakat cenderung mengabaikan keamanan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Masyarakat juga cenderung egois, dengan alasan kesibukan bekerja dan memilih menyerahkan kepada pihak-pihak tertentu. ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa tindak kriminalitas seperti perampokan, curanmor dan penjambretan di beberapa daerah di Surabaya, selain itu ingin mengetahui bagaimana masyarakat menerapkan upaya – upaya untuk menjaga


(24)

5

keamanan di lingkungan tempat tinggalnya untuk mencegah terjadinya tindak kriminalitas.

Menurut Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat (Kasatbinmas) Polrestabes Surabaya AKBP Sri Setyo Rahayu bahwa dalam enam bulan terakhir terjadi 4.270 kasus kriminalitas, padahal, enam bulan sebelumnya tercatat 7.359 kasus. Ada penurunan sekitar 50 persen. Selain itu kinerja polisi patut diacungi jempol, selama enam bulan terakhir berhasil mengungkap 5.614 kasus, padahal enam bulan sebelumnya polisi hanya mengungkap 3.159 kasus. (Jawa Pos, 5 Juli 2010).

Permasalahan yang ingin diteliti adalah seluruh aspek baik itu kognitif, afektif maupun konatif yang mana masing-masing akan diuraikan seperti aspek kognitif adalah mengukur seberapa paham pengetahuan masyarakat khususnya pembaca tentang program Ciptakan Kampung Aman, aspek afektif mengukur bagaimana perasaan pembaca dengan adanya program ini mulai dari masing-masing poin sedangkan aspek konatif mengukur sejauh mana pembaca mau melakukan program tersebut secara berkelanjutan kontinyu di lingkungan mereka.

Program Ciptakan Kampung Aman adalah program yang meliputi bagaimana warga bekerjasama dalam mengelolah kegiatan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari tindak kriminalitas. Kali ini pihak Jawa Pos yang bekerjasama dengan Pemerintah kota Surabaya dan Polwiltabes kota Surabaya serta beberapa sponsor pendukung mengadakan beberapa perlombaan dalam tiap roadshow program Ciptakan Kampung Aman, seperti lomba memasak, Jula-juli serta pembagian hadiah. (Jawa Pos, 10 Juli 2010).


(25)

Kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan bagi terciptanya Surabaya yang aman dari semua tindak kriminalitas, dan kesadaran tersebut akan tumbuh bila ada pengetahuan yang baik terhadap keamanan lingkungan khususnya lingkungan Surabaya. Sehingga pada akhirnya masyarakat Surabaya diharapkan dapat berperan serta aktif dalam melakukan kepedulian keamanan lingkungan. Dan dengan adanya fenomena penggunaan surat kabar Jawa Pos bagi khalayak pembaca tentang informasi program Ciptakan Kampung Aman yang ditujukan bagi masyarakat Surabaya, maka peneliti bermaksud melihat bagaimana sikap pembaca Jawa Pos Surabaya tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.

Alasan peneliti menggunakan surat kabar Jawa Pos karena Jawa Pos merupakan satu – satunya media cetak yang mengadakan program Ciptakan Kampung Aman serta sebagai pihak yang mepelopori program tersebut.

Responden dalam penelitian adalah masyarakat yang membaca berita Ciptakan Kampung Aman di Jawa Pos yang berusia 17 tahun keatas dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).

Alasan dipilihnya kota Surabaya sebagai objek penelitian dikarenakan program Ciptakan Kampung Aman dilakukan di kota Surabaya dan Jawa Pos sebagai media penyelenggara program Ciptakan Kampung Aman, selain itu kota Surabaya merupakan kota metropolis yang berkembang dan masyarakat Surabaya


(26)

7

dapat menjadikan inspirasi dan memotivasi daerah lainnya untuk menjaga keamanan lingkungan kita.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana Sikap Pembaca Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap pembaca Jawa Pos tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.

1.4. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu komunikasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan, penerapan teori – teori penelitian di bidang ilmu komunikasi dengan keadaan nyata di lapangan berkaitan dengan kajian masalah sikap masyarakat.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan bantuan kepada masyarakat umum untuk lebih memahami isi berita / informasi yang terkandung dalam pemberitaan surat kabar Jawa Pos serta dapat pula digunakan sebagai acuan


(27)

atau bahan masukkan bagi surat kabar dalam rangka penyebaran informasi dalam menyusun kebijakan yang lebih baik yang berkaitan dengan hak masyarakat dalam mendapatkan suatu informasi.


(28)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan (Rakhmat, 2002:39).

Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu, respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Rakhmat, 2001:40).

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan,


(29)

komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang (Rakhmat, 2001:42).

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga(3), yakni:

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informarsi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya, dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tentang objek sikap tersebut.

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sytem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konotatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya (Mar’at dalam dayakisni, 2003:96) Bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:

a. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari


(30)

10

komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan tersebut.

b. Dampak afektif adalah dampak yang timbul bila ada perubahan pada apa

yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak .disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar komunikan tahu tetapi juga tergerak hatinya.

c. Dampak konatif (behavioral), merupakan dampak yang merujuk pada

perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2005:219).

Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon ataupun tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu : (a) respon positif, jika seseorang menyatakan setuju ; (b) respon negative, jika seseorang menyatakan tidak setuju ; (c) respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek. (Effendy, 1993:6-7).

Sikap positif, netral dan negatif pembaca yang dimaksud adalah respon masyarakat terhadap stimulus tentang program Ciptakan kampung aman yang mengacu pada skala sikap yang dikemukakan oleh Likert yang terdiri dari:

1. Sikap sangat menerima, masyarakat tidak saja menerima berita namun

juga setuju dengan tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.

2. Sikap menerima, masyarakat menerima berita tentang Pemberitaan


(31)

3. Sikap tidak menerima, masyarakat menolak berita tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Amana tau menganggap hanya sebagai pengetahuan saja.

4. Sikap sangat tidak menerima, masyarakat tidak hanya menolak namun

juga tidak menyetujui berita tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan bahwa akan terjadi perubahan sikap komunikan apabila komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, apabila komunikasi dilakukan antara komunikator dengan komunikan “gagal” maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dalam penelitian ini menunjukkan kecenderungan sikap positif, netral, atau negative dengan melihat jumlah skor yakni sangat tidak setujun (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.

2.1.2 Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa

Dinamika masyarakat dalam memperoleh serta membaca suatu informasi atau berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa tersebut dalam hal ini adalah media massa cetak (surat kabar) itu mempunyai dampak yang menyentuh dalam kehidupan masyarakat, meliputi: aspek kepribadian khalayak secara emosional, intelektual maupun social. Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh


(32)

12

komunikator. Masyarakat disini adalah mereka yang menjadi pembaca dari media massa cetak (surat kabar) yang bersangkutan dimana pembaca tersebut heterogen, anonim dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari semua lapisan social dalam sosiologi komunikasi massa (Sutaryo, 2005:114).

Khalayak sasaran (target audience) dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa Pos akan di dalam penelitian ini dilakukan pada responden berusia 17 tahun keatas. Dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).

2.1.3 Program Ciptakan Kampung Aman

Jawa Pos sebagai surat kabar harian masyarakat Surabaya bersama dengan Polwiltabes Surabaya dan pemkot Surabaya mensosialisasikan program Ciptakan Kampung Aman. Inti dari program ini adalah mengajak warga untuk peduli dan menjaga keamanan lingkungan dengan menciptakan program-program keamanan baru untuk menjaga lingkungannya dari segala bentuk tindak kriminalitas. Program Ciptakan Kampung Aman akan memberikan penghargaan bagi kecamatan yang menciptakan program keamanan paling menarik dan bermanfaat agar dapat menjadi panutan bagi kecamatan-kecamatan lainnya. Program Ciptakan Kampung Aman juga mengadakan road show ke beberapa kecamatan, kegitannya meliputi panggung hiburan warga, lomba memasak mie oleh ibu-ibu,


(33)

lomba jula-juli serta talk show yang menjadi ajang curhat warga dengan pemimpin kepolisian dam pemkot. Program Ciptakan Kampung Aman ini terselenggara atas dukungan dari beberapa sponsor. Dengan adanya program ini diharapkan timbul kepedulian warga untuk menciptakan lingkungan yang aman dari segala tindak kriminalitas sehingga tercipta lingkungan yang nyaman. Peduli disini tidak hanya cukup dengan kata-kata tetapi harus diikuti tindakan konkret, meski itu dimulai dari tindakan kecil.

Program Ciptakan Kampung Aman ini selama 1 bulan (Juni – Juli) mengulas tentang kegiatan warga di beberapa kecamatan dalam menjaga keamanan lingkungan, serta kegiatan road show yang diselenggarakan di beberapa kecamatan di Surabaya dan dicetak di halamanbagian metropolis halaman ke-2 dari halaman belakang di media Jawa Pos.

2.2. Surat Kabar

2.2.1. Definisi Surat Kabar

Menurut Junaedi (2002: 12) pers disebut sebagai surat kabar, sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak seperti lembaran kerja berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Sedangkan surat kabar menurut Sutisna (2003 : 289) merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau luas dan massal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.


(34)

14

2.2.2. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Dalam bukunya onong menyebutkan bahwa media massa diartikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak yang sedang memperhatikan pesan-pesan yang sedang dilancarkan oleh media tersebut sedangkan media cetak diasumsikan sebagai media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tat warna dan halaman hitam putih (Kasali, 1992:99)

Karena obyek penelitian ini adalh surat kabar, maka penelitian mengkhususkan pembahasan hanya pada surat kabar. Menurut Mc.Quail memberi pengertian surat kabar dalam arti sempit adalah suatu lembaga atau organisasi yang termasuk dalam media massa cetak, yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik berupa lembaran, karangan, dan iklan yang disebarluaskan secara umum (Mc.Quail, 1994:153).

Saat ini kabar telah berkembang hingga terdapat beberapa jenis, yang dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, misalnya menurut frekuensi terbit (harian, mingguan, bulanan), bentuk (standart atau tabloid), kelas ekonomi pembacanya, peredarannya (local atau nasional), penekanan isinya (ekonomi, kriminal, agama atau umum) dan sebagainya (Kasali, 1992:100)

Disamping itu pada dasarnya surat kabar tersebut mempunyai cirri-ciri sebagai berikut (Effendy, 2003:91):

1. Publisitas

Yang dimaksud dengan publisitas (publicity) ialah penyebaran pada public atau khalayak. Karena diperuntukan khalayak, maka sifat surat


(35)

kabar adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan kepentingan umum. Ditinjau dari segi lembarannya jika surat kabar mempunyai halaman yang banyak, isinya juga dengan sendirinya pula akan memenuhi kepentingan khalayak yang lebih banyak.

2. Perioderitas

Perioderitas (periodicity) adalah cirri-ciri surat kabar yang kedua. Keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua kali seminggu. Penerbit lainnya seperti buku umpamanya, tidak disebarkan secara periodic, tidak teratur, karena terbitnya itu tidak teratur. Jadi terbitan seperti buku tidak mempunyai cirri khas periodesitas, meskipun disebarkan kepada khalayak dan isinya menyangkut kepentingan umum.

3. Universalitas

Yang dimaksud dengan universalitas (universality) sebagai cirri ketiga surat kabar ialah kemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia. Sebuah penerbitan berkala yang isinya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk pada surat kabar. adalah benar bahwa berkala tersebut diperuntukkan khalayak dan terbit secara periodik, tetapi cirri khas universalitas tidak ada, sebab lainnya hanya mengenai suatu aspek kehidupan saja.


(36)

16

4. Aktualitas

Aktualitas (actuality) sebagai cirri dari surat kabar adalah mengenai berita yang disiarkannya. Aktualitas menurut kata asalnya berarti ‘kini’ dan ‘keadaan sebenarnya’. Kedua-keduanya sangat erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan kata lain perkataan: laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan harus benar. Tetapi yang dimaksudkan dengan aktualitas sebagi ciri khas surat kabar adalah pertama, yakni kecepatan laporan, tanpa mengesampingkan pentingnya kebenaran berita. Hal-hal yang disiarkan media cetak lainnya bisa saja mengandung kebenaran, tetapi belum tentu mengenai sesuatu yang baru terjadi. Diantara media cetak, hanyalah surat kabar yang menyiarkan hal-hal yang baru terjadi. Pada kenyataannya, memang isi surat kabar beraneka ragam, selain berita juga terdapat artikel, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang dan lain-lain yang bukan merupakan laporan cepat. Kesemuanya itu sekedar untuk menunjang upaya membangkitkan minat agar surat kabar yang bersangkutan di beli orang.

Demikian empat ciri surat kabar, dapat juga dikatakan empat syarat yang harus dipenuhi surat kabar. penerbitan yang tidak mempunyai satu ciri saja dari keempat ciri tersebut bukanlah surat kabar.


(37)

2.2.3. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial

Idealism yang melekat pada pers dijabarkan dalam perlaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang obyektif dan edukatif, menghibur, melakukan control social yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 1994:149).

Sementara (Rahmadi, 1990:78) dalam perbandingan system pers menunjukkan empat fungsi pers, yaitu:

a. Fungsi mendidik, sebagai sarana pendidikan massa (mass education) surat

kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya atau dapat dikatakan fungsi surat kabar yang pertama ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui informasi-informasi yang disampaikan.

b. Fungsi menghibur, maksudnya disini adalah hal-hal yang bersifat hiburan

sering dimuat oleh surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, teka-teki silang dan karikatur. Meskipun pemuat isi mengandung hiburan, itu semata-mata melemaskan ketegangan pikiran setelah pembaca dihidangi berita atau artikel yang berat.

c. Fungsi mempengaruhi, gungsi mempengaruhi inilah yang menyebabkan


(38)

18

d. Fumgsi control social, kekuatan utama media massa sebagai alat control

social terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan sekitar masyarakat.

Kontrol sosial menurut J.S Roucek dalam pengadilan social (1987:2) adalah sekumpulan proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai-nilai kehidupan kelompok. Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha

Kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai baik, dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari control sosial adalah mencakup segala proses yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan yang bersifat mendidik, mengajak, dan bahkan juga memaksa warga masyarakat untuk mematuhi norma-norma serta nilai-nilai sosial yang berlaku (Soekanto, 1990:193). Dalam hal ini sebenarnya control sosial bertujuan agar individu mau untuk mematuhi nilai-nilai yaitu norma aturan yang ada serta cara-cara yang sesuai dengan kelompok.

Pelaksanaan dari control sosial sendiri terkait dengan memberikan sesuatu yang buruk, keadaan yang tidak ada tempatnya dan awal yang menyalahi aturan supaya peristiwa buruk (kejadian yang tidak sesuai dengan aturan, norma yang berlaku dan dapat membawa akibat atau dampak yang buruk) tersebut tidak


(39)

terulang kembali dan kesadaran berbuat baik serta mentaati peraturan (Abrar, 1995:50).

2.3. Teori S – O – R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi. Teori masuk ke dalam salah satu teori komunikasi sebab objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu intinya meliputi komponen sikap, opini, perilaku, dan konasi. (Effendy, 1993 : 253).

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi khalayak. Selain itu, teori ini menjelaskan mengenai pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari proses komunikasi. (McQuail, 1991 : 234).

Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus tersebut. Unsur-unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan (stimulus/message). Merupakan rangsangan yang disampaikan

komunikator kepada komunikannya. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda atau lambing.


(40)

20

3. Efek (response). Merupakan dampak yang muncul akibat dari proses

komunikasi. Efek dari perubahan sikap adalah kognitif, afektif, dan konatif. (Effendy, 1993 : 254).

Mengutip pendapat dari Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah opini yang baru, ada 3 variabel penting, yaitu :

1. Perhatian

2. Pengertian

3. Penerimaan

Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Teori S-O-R

Gambar di atas menunjukkan hubungan teori ini dengan penelitian, dimana stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa “Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman” di Jawa Pos, mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk

STIMULUS ORGANISM :

PERHATIAN

PENGERTIAN

PENERIMAAN

RESPONSE (perubahan

sikap): a. Kognitif b. Afektif c. Konatif


(41)

mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:256).

2.4. Kerangka Berpikir

Suarabaya sebagai kota metropolitan atau kota terbesar kedua setelah Jakarta sudah dapat dipastikan banyak permasalhan yang terjadi atau timbul dikota ini, mulai dari masalah ekonomi, kebersihan hingga permasalahan keamanan lingkungan dikota Surabaya ini sungguh memprihatikan, tingginya angka kriminalitas setiap harinya akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga keamanan lingkungan sekitarnya. faktor tingginya jumlah penduduk di Surabaya membuat pencurian kendaraan bermotor kerap terjadi. Selain tindak kriminilitas pencurian kendaraan bermotor, tindak kriminilitas yang kerap terjadi adalah pencurian di siang hari, perampokan, penjambretan. Akibat dari tingginya tingkat kriminalitas, masyarakat Surabaya jadi semakin resah karena merasa tidak aman lagi tinggal di kota terbesar kedua setelah Jakarta.

Maka dalam hal inilah media massa khusunya media cetak surat kabar Jawa Pos memberitakan mengenai sebuah program untuk lebih bisa membuat masyarakat peduli terhadap keamanan lingkungan serta mengelola program-program untuk menjaga keamanan lingkungan di Surabaya, yaitu: program-program Ciptakan Kampung Aman (CKA. Dalam hal ini Jawa Pos kembali bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya dan Polwiltabes Surabaya mengadakan atau mensosialisasikan Program Surabaya Ciptakan Kampung Aman, program tersebut mengajak masyarakat untuk lebih berkonsentrasi pada program-program dari


(42)

22

masyarakat untuk menjaga keamanan lingkungannya Program Ciptakan Kampung Aman juga mengadakan roadshow di beberapa kecamatan untuk memberi semangat untuk terus membuat inovasi dan program baru yang kreatif dan efektif untuk menjaga keamanan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengurangi tingkat kriminalitas di kota Surabaya.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. (Sendjaja, 1999:71) Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Berpikir Stimulus :

Berita tentang Program Ciptakan Kampung Aman (CKA) di surat kabar Jawa Pos periode

Juni – Juli 2010

Organism : Perhatian, Pengertian, Penerimaan Response : Sikap pembaca • Positif • Netral


(43)

Di dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sikap masyarakat surabaya karena stimuli yang dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam peneliti ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan sikap oleh khalayak tersebut.


(44)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Adapun pengertian dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2002: 24). Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta ataupun karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2002: 22). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang kongkrit (tangible) dan terukur (Ruslan, 2003: 28).

3.1. Definisi Operasional

Definisi operasional disini untuk menjelaskan indikator dari variable penelitian. Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang dapat di uji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. (Koentjaraningrat, 1991:23).

Penelitian ini didasarkan konsep yang terdapat pada perumusan masalah, perlu kiranya di uraikan menjadi beberapa definisi operasional, tujuan inti operasional adalah sebagai berikut:


(45)

3.1.1. Sikap dan Pengukurannya

Sikap pembaca yang berumur 17 tahun keatas tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman (CKA) di Jawa Pos dilihat dari seluruh aspek sikap meliputi kognitif yaitu pengetahuan pembaca tentang program Ciptakan Kampung Aman atau sejauh mana pembaca mengerti informasi program tersebut. Pada aspek afektif yaitu mengetahui bagaimana perasaan pembaca tentang diadakannya program Ciptakan Kampung Aman apakah senang atau tidak senang sedangkan aspek konatif adalah sejauh mana pembaca mau melakukan program tersebut. Sehingga pada akhir penelitian didapatkan hasil akhir berupa penilaian dari keseluruhan aspek apakah itu positif, netral atau negatif.

Adapun sikap pembaca Jawa Pos dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif .

1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan

masyarakat mengenai Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.

Pengetahuan seseorang didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat pendidikan seseorang tinggi maka akan mudah untuk memahami suatu informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini berupa pengetahuan mengenai keamanan lingkungan, pengetahuan adanya roadshow Ciptakan kampung aman, pengetahuan masyarakat tentang program Ciptakan Kampung Aman yang lebih memfokuskan pada system-sistem keamanan lingkungan, serta kesadaran masyarakat akan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan seperti membuat pos kamling,


(46)

26

mensosialisasikan kepada masyarakat melalui penyuluhan ataupun memasang spanduk-spanduk untuk tetap waspada, tertib dan menjaga keamanan lingkungan sekitar untuk mengurangi terjadinya tindak kriminalitas serta dampak positif lainnya dari Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.

2. Komponen afektif dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek

komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari pembaca Jawa Pos tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Seperti misalnya, perasaan suka atau tidak suka, nyaman dan tidak nyaman terhadap adanya Pemberitaan Ciptakan Kampug Aman. Adapun perasaan- perasaan tersebut seperti nyaman dengan adanya pos kamling, penyuluhan- penyuluhan keamanan yang ditangani dengan baik, serta adanya roadshow di beberapa kecamatan.

3. Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan masyarakat

memberikan respon positif, netral atau negatif tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Pada aspek ini seseorang berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Jika program ini membawa dampak yang baik maka mereka akan melakukan program tersebut. Jika respon yang diterima itu positif maka masyarakat mendukung serta melakukan melakukan program tersebut. Namun, bila masyarakat bersikap negatif maka kecenderungannya akan mengkritik program tersebut. Sedangkan sikap netral akan muncul jika masyarakat tidak konsisten dalam


(47)

melakukan tindakan dari Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Tindakan – tindakan dalam hal ini seperti tindakan membiasakan diri untuk menjaga keamanan lingkungan dengan cara mengadakan program siskamling, mengelolah pos kamling sedemikian rupa, keikutsertaan dalam program-program tersebut, dan mensosialisasikan program tersebut.

Untuk mengetahui sikap pembaca Jawa Pos tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman (CKA) disurat kabar Jawa Pos diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif dinyatakan dengan jumlah skor. Dalam pemberian skor pernyataan sikap yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap (Azwar, 1997:161) sebagai berikut

1. Sangat tidak setuju (diberi skor 1)

2. Tidak setuju (diberi skor 2)

3. Setuju (diberi skor 3)

4. Sangat setuju (diberi skor 4)

Untuk pilihan jawaban “Netral” sengaja tidak dicantumkan dalam kuesioner, responden di arahkan untuk tidak menjawab “Netral” dengan alasan:

1. Jawaban ini memiliki arti ganda, bias diartikan belum dapat memberikan

jawaban, netral atau ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda ini tidak diharapkan dalam instrumen.

2. Jawaban “Netral” menimbulakan kecenderungan untuk menjawab “Netral”,


(48)

28

3. Jawaban “Netral” akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga

mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari responden (Hadi, 2000: 20).

Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing-masing pertanyaan, maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari sikap yang diukur dari tiap aspek sikap yang terbentuk apakah positif, netral atau negatif, selanjutnya dari penilaian 3 aspek tersebut dapat ditentukan sikap pembaca yang terbentuk apakah itu positif, netral atau negatif. Jika aspek yang terbentuk positif maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap positif, Jika aspek yang terbentuk netral maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap netral, dan Jika aspek yang terbentuk negatif dalam artian tidak mendukung maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap negatif. Untuk mengetahui tingkatan tersebut dengan menggunakan rumus :

Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban terendah Jenjang yang diinginkan

Range = 72 – 18 3

= 54 = 18

3

Nilai skor tertinggi = 4 (pilihan SS) x 18 (Jumlah pertanyaan) = 72

Nilai skor terendah = 1 (Pilihan STS) x 18 (Jumlah terendah) = 18


(49)

Jadi penentuan kategorinya adalah :

1. sikap negatif = 18 – 36 (terendah) : Dikatakan negatif apabila pembaca

sikap tidak mendukung adanya program ini.

2. sikap netral = 36 – 54 (sedang) : Dikatakan netral apabila pembaca

hanya menunjukkan sikap netral 3. sikap positif = 54 – 72 (tertinggi) : Dikatakan positif apabila pembaca

menunjukkan sikap mendukung adanya program ini.

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan di analisis.

Sikap pembaca Jawa Pos yang berusia 17 tahun keatas terhadap program Ciptakan Kampung Aman dikategorikan ke dalam tiga (3) kategori yaitu positif, negatif dan netral. Dikatakan positif jika masyarakat Surabaya tersebut melakukan tindakan dari point-point Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di surat kabar Jawa Pos, sementara dikatakan negatif jika masyarakat Surabaya tidak melakukan tindakan sama sekali dari point-point Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di surat kabar Jawa Pos dan dikatakan netral jika masyarakat Surabaya tidak konsisten dalam melakukan tindakan dari point-point Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.

3.1.2. Pembaca Jawa Pos

Pembaca Jawa Pos yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat atau penduduk kota Surabaya (yang memiliki KTP Surabaya dan berdomisili di


(50)

30

Surabaya), yang membaca harian Jawa Pos berusia dari 17 tahun – 40 tahun. Pembaca Jawa Pos ini merupakan khalayak sasaran (target audience). Dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).

3.1.3. Berita Ciptakan Kampung Aman

Berita Ciptakan Kampung Aman adalah sebuah berita yang bertujuan memberikan informasi kepada pembaca Jawa Pos khususnya di Surabaya bahwa sebenarnya masyarakat perlu menjaga keamanan dan ketertiban lingkungannya agar terhindar dari segala bentuk tindak kriminalitas yang dapat meresahkan masyarakat. Oleh karena itu Jawa Pos bekerja sama dengan pemkot Surabaya dan polwiltabes Surabaya mengadakan program Ciptakan Kampung Aman untuk mengajak masyarakat bersama-sama menjaga keamanan lingkungan tempat tinggalnya dengan cara membuat program-program keamanan seperti pos kamling, sistem sentralisasi, pemasangan spanduk dan banner kamtibmas di lingkungan tempat tinggalnya. Dalam hal ini tiap-tiap kelurahan di tuntut untuk memgelolah pos kamling dan program-program keamanan lainnya menjadi semenarik, semodern, dan sekreatif mungkin. Program keamanan juga dapat dikelolah dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi internet. Kampung dengan program keamanan paling kreatif dan menarik akan mendapat reward dari pihak Jawa Pos sebagai penyelenggara


(51)

maupun dari pihak sponsor untuk menjadi kampung dengan system keamana terbaik. Program Ciptakan Kampung Aman juga mengadakan roadshow di beberapa kecamatan dengan mengadakan panggung hiburan rakyat, lomba memasak ibu-ibu dan lomba jula-juli. Dengan diadakannya program tersebut diharapkan dapat terciptakan lingkungan tempat tinggal yang nyaman, aman dan tertib.

Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman dimuat di surat kabar Jawa Pos mulai edisi bulan Juni-Juli dengan rincian sebagai berikut:

1. Edisi 14 juni 2010 dengan pemberitaan Pengamanan Sentralisasi di

Bendul Merisi

2. Edisi 5 juli 2010 dengan pemberitaan Keputran Mengusung Semangat

Bonek

3. Edisi 10 juli 2010 dengan pemberitaan Siapkan Penghargaan untuk

Siskamling

4. Edisi 12 Juli 2010 dengan pemberitaan Pencurian Siang Bolong hingga Helm SNI

5. Edisi 19 Juli 2010 dengan pemberitaan Spanduk Kamtibmas ala

Kampung Gading

6. Edisi 24 Juli 2010 dengan pemberitaan Tambah Referensi Sekuriti

melalui Internet

7. Edisi 28 Juli 2010 dengan pemberitaan Fokus Berantas Penyakit Sosial Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman dimuat di dalam surat kabar Jawa Pos dengan Banner khusus, seperti gambar berikut ini:


(52)

32

Gambar 3.1.

Banner Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Surat Kabar Jawa Pos

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarik Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa Pos yang berumur 17 tahun keatas yang tinggal di Surabaya (memiliki kartu identitas dan berdomisili di Surabaya). Dengan membatasi populasi dari jumlah pembaca Jawa Pos di Kota Surabaya berjumlah 350.000 (sumber : bagian sirkulasi dan pemasaran Jawa Pos 2010). Alasan mengapa peneliti mengambil Surabaya sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah karena program tersebut dilakukan di Kota Surabaya dan surat kabar Jawa Pos sebagai penggagas program Ciptakan Kampung Aman sehingga sample diambil pada masyarakat Surabaya.

Dimana populasi merupakan penikmat media massa khususnya media massa cetak (Koran), karena karakteristiknya yang berbeda dengan media massa cetak lainnya, misalnya Koran memiliki fokus utama atau titik berat, menyajikan berita-berita kriminilaitas, ekonomi, cerpen, surat pembaca, dan menonjolkan foto-foto.

Dipilihnya pembaca Jawa Pos yang berusia 17 tahun keatas karena pada usia ini seseorang telah memiliki kematangan kognitif, emosional dan sosial serta periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi, sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis dan abstrak, tidak hanya dengan objek-objek


(53)

konkret, dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternative yang ada. Dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pembaca surat kabar Jawa Pos yang berumur 17 tahun keatas yang tinggal di Surabaya. Teknik penarikan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling.

Purposive Sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ruslan, 2003:156). Sampel dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa Pos yang berusia 17 tahun – 40 tahun memiliki KTP Surabaya dan berdomisili di Surabaya yang tinggal di daerah-daerah yang dimuat dalam pemberitaan Ciptakan Kampung Aman edisi bulan Juni-Juli di surat Kabar Jawa Pos.

Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari penduduk Surabaya yang berusia 17 tahun keatas dan yang membaca surat kabar Jawa Pos, maka untuk mencapai tingkat signifikan yang sama dilakukan perhitungan proposisi dari populasi yang ada, dengan presisi ± 10% dengan tingkat kepercayaan 90% menurut rumus Yamane (Rakhmat, 2007:82).


(54)

34

Maka sampel dari penelitian ini dapat diketahui dengan rumus Yamane, yaitu:

n = N

Nd² + 1 Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = derajat ketelitian 0,1 ; tingkat kepercayaan 90% (Rakhmat, 2007;82)

Data pelengkap tetap Jawa Pos sejumlah 350.000 pelanggan (sumber : database Jawa Pos tahun 2010 baik pelanggan maupun pembeli eceran (90.558)). Dalam penelitian ini digunakan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah:

n = N Nd² + 1 = 350.000

350.000(0,1)² +1

= 99.97 = dibulatkan menjadi 100 responden 3.3. Sumber dan Jenis Data

3.3.1. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama yang dilokasi penelitian atau objek penelitian (kuesioner). Sedangkan


(55)

data sekunder adalah data yang diperoleh oleh sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (literatur) (Bungin, 2004 :122).

3.3.2. Jenis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yang dapat diperoleh, antara lain:

1. Data Primer

Dilakukan dengan teknik survey, yaitu melakukan pengumpulan data

dari responden dengan menyebarkan data pernyataan tertulis/kuesioner. Data tersebut berupa jawaban yang diambil dari daftar pernyataan tertulis/kuesioner. Dalam penyebaran kuesioner responden didampingi oleh peneliti, hal ini dilakukan apabila dalam kuesioner yang diajukan terdapat pernyataan yang kurang dipahami oleh responden dapat dijelaskan oleh peneliti. Agar menghindari kemungkinan salah dalam memahami pernyataan yang diajukan, sehingga jawaban adalah valid.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan (Ruslan, 2003: 29). Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain selain sumber data primer untuk mendukung keakuratan data. Data

sekunder diperoleh melalui observasi, wawancara (interview), buku-buku


(56)

36

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti adalah metode kuesioner yang berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan, kemudian pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi (Bungin, 2004: 130). Dalam penyebaran kuisioner kepada responden, responden terkait didampingi oleh peneliti. Selain itu, peneliti akan melakukan metode wawancara dan observasi

untuk mendukung data-data penelitian. Adapun instrument penelitian yang

dibutuhkan adalah Kuesioner berupa daftar pertanyaan tertutup yang disebarkan kepada responden guna mendapatkan data akurat berkaitan dengan informasi kebutuhan peneliti di lapangan.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi data yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan dalam persentase. Yaitu presentase masing-masing data yang menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden.

Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.


(57)

o o

N F P= ×100

a. Editing atau seleksi angket

Data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh valid. b. Coding

Pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban. c. Tabulating

Menggolongkan data dalam table, data-data yang ada agar dapat dihubungkan dengan pengukuran terhadap variabel-variabel yang ada (Rakhmat, 2002:134).

Data-data yang diperoleh akan dilakukan dengan analisa secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

P = Persentase Responden

F = Frekuensi Responden

N = Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh persentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah dibaca dan diinterpretasikan.


(58)

38

3.6. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik penelitian dengan menggambarkan obyek penelitian, yang terdiri atas daerah penelitian, keadaan responden yang diteliti, serta item-item yang didistribusikan dari masing-masing variabel. Ukuran deskriptifnya adalah pemberian angka, baik dalam jumlah responden (orang) maupun dalam angka presentase.

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa, perilaku atau objek tertentu lainnya. Teknik statistik deskriptif yang digunakan peneliti adalah teknik distribusi frekuensi. Kegunaan distribusi frekuensi dalam hal ini untuk membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian. Adapun hasil dari perhitungan statistik deskriptif ini nantinya merupakan dasr bagi perhitungan analisis berikutnya.


(59)

39 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949 oleh

suatu perusahaan yang bernama PT. Java Pos Concern Ltd yang bertempat di Jalan Kembang Jepun 166 – 169. Perusahaan ini didirikan oleh WNI keturunan kelahiran Bangka yang bernama The Cun Sen alias SOESONO Tedjo pada 1 Juli 1949. Soesono Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada mulanya dia yang bertugas menghubungi surat kabar, ternyata menguntungkan, maka ia pun mendirikan perusahaan surat kabar dengan nama lain Java Post pada 1 Juli 1949. Harian Jawa Pos saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Selanjutnya 1951 pemimpin redaksi adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang yang republikien tak pernah goyah.

Pada saat The Cun Sen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki surat kabar yang diterbitkan dalam 3 bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java Post. Sedangkan De Vrijie Pers adalah surat kabar yang terbit dengan menggunakan bahasa Belanda.

Surat kabar De Vrijie Pers awalnya dimiliki oleh Vit Geres Maatschahppij. De Vrijie Pers berlokasi di jalan Kaliasin 52 Surabaya., tetapi selanjutnya dibeli


(60)

40

oleh PT. Java Post Concern Ltd, pada April 1954. pada bulan dan tahun yang sama, Java Post nulai dicetak di percetakan Agil Jlan K.H Mansyur Surabaya.

Pada 1962, harian De Vrijie Pers dilarang terbit oleh pemerintah Republik Indonesia sehubungan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar harian yang berbahasa Inggris dengan nama Daily News. Meskipun akhirnya harian ini dihentikan penerbitannya karena minimnya pemasangan iklan pada tahun 1981.

Pada awal terbitnya, Java Post memiliki ciri umum terbit pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitnya Java Post dicetak di percetakan Agil Jalan K.H Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 eksemplar. Pada 1 April 1954, Java Post dicetak di percetakan De Vrijie Pers Jalan Kaliasin 52 Surabaya. Dari tahun ke tahun oplah Java Post mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 1954-1957 oplah sebesar 4000 eksemplar. Tahun 1958 Java Post berganti ejaan menjadi Djawa Post, ejaannya lebih disempurnakan dengan nama Jawa Post.

Saat itu perkembangan Jawa Pos semakin membaik dengan oplah pada tahun 1971-1981 menjadi 10.000 eksemplar dan lebih parah lagi pada tahun 1982 oplah Jawa Postinggal 6700 eksemplar. Pendistribusiannya di Surabaya hanya 2000 eksemplar, sedangkan lainnya di beberapa kota di Jawa Timur seperti Malang yang beredar hanya 350 eksemplar. Penurunan jumlah oplah ini dikarenakan system manajemen yang diterapkan semakin kacau. Ketiga anak The Cun Sen yang diharapkan dapat melanjutkan usaha penerbitan ini tidak satupun yang tinggal di Indonesia. Terlebih lagi teknologi cetak juga kian sulit diikuti kemajuannya.


(61)

Rendahnya oplah yang diperoleh penerbitannya yang berakibat pada kecilnya pendapatan yang menyebabkan The Cun Sen sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual mayoritas saham perusahaan kepada PT. Grafiti Pers (yang menerbitkan Tempo) pada tanggal 1 April 1982, Pak The (begitu panggilan untuk The Cun Sen) menyatakan tidak mungkin lagi untuk mengembangkan Jawa Pos, tetapi Pak The tidak ingin surat kabar yang didirikannya mati begitu saja. Itulah sebabnya mengapa Jawa Pos diserahkan kepada pengelolabaru. Pak The sendiri memilih Tempo dengan pertimbangan khusus. “ Tempo kan belum punya surat kabar, tentu saja surat kabar saya ini akan menomerduakan ”, begitu kata Pak The saat itu. Dengan pertimbangan itu Pak The ingin perkembangan Jawa Pos tidak terhambat. Pak The sendiri yang usianya sudah 89 tahun akhirnya memang berangkat ke Inggris bersama istrinya Megah Endah yang berusia 71 tahun.

Melihat kejadian yang terjadi pada PT. Java Pos Concern Ltd tersebut, maka direktur utama PT. Grafiti Pers Bapak Eric Samola, SH. Menugaskan Bapak Dahlan Iskan yang saat ini menjabat sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi. Sebelum Pak The berangkat ke Inggris beliau berpesan agar Jawa Pos bisa dikembangkan sebagaimana masa mudanya. Maka sesuai pada suatu malam sebelum keberangkatannya ke Inggris sebuah pesta kecil diadakan dirumahnya jalan Pregolan. Disitulah diadakannya kebulatan tekad “ kami bertekad merebut kembali sejarah yang pernah dibuat Pak The ”. begitu kata-kata itu akhirnya dibuktikan oleh Dahlan Iskan yang sekarang menjabat sebagai Direktur Utama / CEO. Hanya dalam waktu 2 tahun, oplah Jawa Pos sudah 250.000 eksemplar.


(62)

42

Padahal ketika alih manajemen itu dilakukan untuk meraih oplah 100.000 rasanya mimpi. Sejak itulah perkembangan harian Jawa Possemakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Berkat adanya perbaikan tersebut, maka pada tahun 1999, oplah mencapai 320.000 eksemplar.

Pada tahun 29 Mei 1985 berdasarkan Akta Notaris Liem Sin Hwa, SH, no 8 Pasal 4 menyatakan bahwa PT. Jawa Pos Concern Ltd diganti dengan PT. Jawa Pos. perubahan lain yang dilakukan oleh manajemen PT. Jawa Pos adalah dalam hal permodalan. Pada awalnya Jawa Pos dimiliki secara tunggal, namun sehubungan dengan surat ijin usaha percetakan dan penerbitan (SIUPP), khususnya tentang permodalan saham 20% dari saham perusahaan tersebut harus dimiliki oleh para karyawan dan wartawan untuk ikut menciptakan rasa ikut memiliki.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan, Jawa Pos tidak merubah secara esensial pemberitaannya. Surat kabar Jawa Pos berkembang sebagai surat kabar yang menyajikan berita-berita umum ini meliputi peristiwa penting nasional yang merupakan peristiwa ekonomi, politik, sosial, hukum, budaya, pemerintah, olahraga, dan sebagainya. Selain itu juga berita-berita lain berdasarkan peristiwa di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini tidak terlepas dari perjuangan dan kepeloporan Jawa Pos mengubah masyarakat Surabaya pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat membaca koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya adalah koran sore yaitu Surabaya Pos. Koran-koran Jakarta pun datangnya sore. Ketika Jawa Pos


(1)

Lampiran 9

Aspek Kognitif Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman

di Harian Jawa Pos

No. Responden Jenis

Kelamin

Aspek Kognitif Total Skor Kategori

L P II.1 II.2 II.3 II.4

1. X 3 4 3 3 13 Positif

2. X 3 3 2 3 11 Netral

3. X 2 4 3 4 13 Positif

4. X 4 3 3 4 14 Positif

5. X 3 4 2 4 13 Positif

6. X 3 3 2 2 10 Netral

7. X 3 3 3 3 12 Positif

8. X 3 3 3 4 13 Positif

9. X 3 3 4 4 14 Positif

10. X 3 4 3 4 14 Positif

11. X 3 3 4 4 14 Positif

12. X 3 3 4 3 13 Positif

13. X 3 3 3 3 12 Positif

14. X 4 2 2 3 11 Netral

15. X 3 2 1 4 10 Netral

16. X 1 3 2 2 8 Netral

17. X 3 2 3 3 11 Netral

18. X 3 3 4 4 14 Positif

19. X 4 4 3 4 15 Positif

20. X 3 3 2 4 12 Positif

21. X 4 4 2 3 13 Positif

22. X 4 4 4 4 16 Positif

23. X 3 4 3 3 13 Positif

24. X 4 4 4 3 15 Positif

25. X 4 4 4 3 15 Positif

26. X 4 4 4 4 16 Positif

27. X 4 4 4 4 16 Positif

28. X 4 4 4 3 15 Positif

29. X 4 4 4 3 15 Positif

30. X 4 4 4 4 16 Positif

31. X 4 4 4 4 16 Positif

32. X 4 4 2 3 13 Positif

33. X 4 4 2 3 13 Positif

34. X 4 4 4 3 15 Positif

35. X 4 4 4 4 16 Positif

36. X 4 4 4 4 16 Positif

37. X 4 4 4 4 16 Positif

38. X 4 4 4 4 16 Positif


(2)

40. X 4 3 2 3 12 Positif

41. X 4 4 4 3 15 Positif

42. X 4 4 4 4 16 Positif

43. X 4 4 4 4 16 Positif

44. X 4 4 4 4 16 Positif

45. X 4 4 4 3 15 Positif

46. X 4 4 3 4 15 Positif

47. X 4 4 4 4 16 Positif

48. X 4 4 4 4 16 Positif

49. X 4 4 4 3 15 Positif

50. X 4 3 4 3 14 Positif

51. X 4 4 4 4 16 Positif

52. X 4 4 4 4 16 Positif

53. X 4 4 2 4 14 Positif

54. X 4 4 4 4 16 Positif

55. X 4 4 4 4 16 Positif

56. X 4 4 4 4 16 Positif

57. X 4 4 2 3 13 Positif

58. X 4 4 4 4 16 Positif

59. X 4 4 4 4 16 Positif

60. X 4 4 4 4 16 Positif

61. X 4 4 4 4 16 Positif

62. X 4 4 4 3 15 Positif

63. X 4 4 2 4 14 Positif

64. X 4 4 4 4 16 Positif

65. X 4 4 2 4 14 Positif

66. X 4 4 2 4 14 Positif

67. X 4 4 4 4 16 Positif

68. X 4 4 4 4 16 Positif

69. X 4 4 2 4 14 Positif

70. X 4 4 2 4 14 Positif

71. X 4 4 2 4 14 Positif

72. X 4 4 4 4 16 Positif

73. X 4 4 4 4 16 Positif

74. X 4 4 4 4 16 Positif

75. X 4 4 2 4 14 Positif

76. X 4 4 4 4 16 Positif


(3)

78. X 4 4 4 4 16 Positif

79. X 4 4 2 4 14 Positif

80. X 4 4 2 4 14 Positif

81. X 4 4 4 4 16 Positif

82. X 3 3 3 3 12 Positif

83. X 3 3 4 4 14 Positif

84. X 4 4 4 4 16 Positif

85. X 4 4 2 4 14 Positif

86. X 4 4 2 4 14 Positif

87. X 4 4 4 4 16 Positif

88. X 4 4 2 3 13 Positif

89. X 3 3 2 4 12 Positif

90. X 4 4 2 4 14 Positif

91. X 4 4 2 4 14 Positif

92. X 4 4 4 4 16 Positif

93. X 4 4 4 4 16 Positif

94. X 4 4 4 2 14 Positif

95. X 4 4 4 4 16 Positif

96. X 4 4 4 4 16 Positif

97. X 4 4 4 3 15 Positif

98. X 4 4 4 3 15 Positif

99. X 4 4 2 4 14 Positif


(4)

Lampiran 11

Aspek Konatif Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman

di Harian Jawa Pos

No. Responden Jenis

Kelamin

Aspek Konatif Total

Skor

Kategori

L P II.12 II.13 II.14 II.15 II.16 II.17 II.18

1. X

3

3

3

3

3

4

2

21

Positif

2. X

1

2

3

1

2

3

1

13

Netral

3. X

2

2

3

3

2

3

4

19

Netral

4. X

3

3

4

4

3

1

3

21

Positif

5. X

2

2

3

2

1

4

1

15

Netral

6. X

4

4

3

3

2

3

4

23

Positif

7. X

2

3

2

2

3

3

2

17

Netral

8. X

3

3

3

3

3

4

4

23

Positif

9. X

3

3

4

3

4

4

3

24

Positif

10. X

3

3

3

3

3

4

3

22

Positif

11. X

3

3

3

3

3

4

3

22

Positif

12. X

4

3

3

3

2

3

3

21

Positif

13. X

2

2

3

2

2

4

2

17

Netral

14. X

3

3

4

2

2

3

3

20

Netral

15. X

3

3

3

3

3

3

1

19

Netral

16. X

2

3

3

4

4

4

1

21

Positif

17. X

3

3

3

3

3

3

3

21

Positif

18. X

3

3

4

3

3

4

4

24

Positif

19. X

2

4

4

2

4

4

4

24

Positif

20. X

3

4

4

2

4

4

4

25

Positif

21. X

3

3

4

3

4

4

4

25

Positif

22. X

3

4

4

4

4

4

4

27

Positif

23. X

4

3

3

4

4

4

4

26

Positif

24. X

4

4

4

2

4

4

4

26

Positif

25. X

1

4

4

4

4

4

4

25

Positif

26. X

3

4

4

2

4

4

4

25

Positif

27. X

2

3

3

2

4

4

4

22

Positif

28. X

2

4

4

2

4

4

4

24

Positif

29. X

2

4

4

2

4

4

4

24

Positif

30. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

31. X

1

3

4

3

4

4

4

23

Positif

32. X

2

4

4

2

4

4

4

24

Positif

33. X

3

4

4

2

4

4

4

25

Positif

34. X

2

4

4

2

4

4

4

24

Positif

35. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

36. X

2

4

4

3

4

4

4

25

Positif

37. X

2

4

4

2

4

4

4

24

Positif

38. X

3

4

4

2

4

4

4

25

Positif

39. X

2

4

3

3

4

4

4

24

Positif


(5)

41. X

3

4

3

3

4

4

4

25

Positif

42. X

4

4

3

3

4

4

4

26

Positif

43. X

3

4

3

4

4

4

4

26

Positif

44. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

45. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

46. X

3

4

4

4

4

4

4

27

Positif

47. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

48. X

4

4

4

4

4

3

4

27

Positif

49. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

50. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

51. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

52. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

53. X

3

4

4

4

4

4

4

27

Positif

54. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

55. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

56. X

3

4

4

4

4

4

4

27

Positif

57. X

3

4

4

4

4

4

4

27

Positif

58. X

3

4

3

4

4

4

4

26

Positif

59. X

4

4

4

2

4

4

4

26

Positif

60. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

61. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

62. X

4

4

4

2

4

4

4

26

Positif

63. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

64. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

65. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

66. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

67. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

68. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

69. X

4

4

4

3

4

4

4

20

Netral

70. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

71. X

4

4

4

4

4

4

27

Positif

72. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

73. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

74. X

3

4

4

3

4

4

4

26

Positif

75. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

76. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

77. X

3

4

3

4

4

4

4

26

Positif

78. X

3

4

4

4

4

4

4

27

Positif

79. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

80. X

3

4

4

3

4

4

4

27

Positif

81. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

82. X

4

3

3

4

3

3

3

23

Positif

83. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

84. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

85. X

3

4

4

4

4

4

4

27

Positif

86. X

3

3

4

3

4

4

4

25

Positif


(6)

88. X

4

3

3

4

3

3

3

23

Positif

89. X

4

3

3

4

3

3

3

23

Positif

90. X

3

4

4

3

4

4

4

27

Positif

91. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

92. X

3

4

4

4

4

4

4

28

Positif

93. X

4

4

3

4

4

4

4

26

Positif

94. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

95. X

4

4

4

4

4

4

4

28

Positif

96. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

97. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

98. X

4

4

4

3

4

4

4

27

Positif

99. X

4

4

4

4

4

3

3

25

Positif