Influence of Family Empowerment on Increasing Knowledge about Child Development and Parenting of Preschool Age Children

(1)

PENGARUH PEMBERDAYAAN KELUARGA TERHADAP

PENINGKATAN PENGETAHUAN PERKEMBANGAN DAN

PENGASUHAN ANAK USIA PRASEKOLAH

TITA HASANAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Pemberdayaan Keluarga terhadap Peningkatan Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak Usia Prasekolah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014 Tita Hasanah NIM I251100131


(4)

RINGKASAN

TITA HASANAH. Pengaruh Pemberdayaan Keluarga terhadap Peningkatan Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak Usia Prasekolah. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan DIAH KRISNATUTI.

Pengetahuan mengenai perkembangan dan pengasuhan anak merupakan hal yang sangat penting terutama bagi ibu yang memiliki anak usia prasekolah. Ibu yang memiliki pengetahuan memadai akan lebih baik dalam menyediakan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan anaknya serta melakukan pengasuhan dengan cara yang lebih efektif. Intervensi pemberdayaan keluarga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan ibu. Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis pengaruh pemberdayaan keluarga terhadap peningkatan pengetahuan mengenai perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain quasi eksperimen, dilakukan di Kota Bogor dengan memanfaatkan program Bina Keluarga Balita (BKB) yang biasanya terintegrasi dengan kegiatan Posyandu. Tempat penelitian untuk kelompok kontrol (tidak mendapat intervensi pemberdayaan keluarga) yaitu Posyandu Kenanga II RW 05 Kelurahan Curug Kecamatan Bogor Barat dan untuk kelompok perlakuan (mendapat intervensi) yaitu Posyandu Salak I RW 01 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2013. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia prasekolah (3 – 5 tahun), berbadan sehat/tidak cacat fisik serta mampu membaca dan menulis. Besar ukuran contoh untuk masing-masing kelompok yaitu sebanyak 32 orang, sehingga jumlah totalnya ialah 64 orang.

Data primer diperoleh dengan menggunakan alat bantu kuesioner serta observasi, meliputi karakteristik contoh dan keluarga, lingkungan pengasuhan, serta pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah. Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi berupa dokumen atau informasi dari berbagai sumber. Seluruh data primer diperoleh sebelum melakukan intervensi, kecuali data pengetahuan perkembangan anak usia prasekolah diambil dua kali yaitu sebelum (baseline)dan setelah (endline) intervensi. Pengukuran lingkungan pengasuhan menggunakan instrumen HOME usia 3 – 5 tahun (Caldwell dan Bradley 1984) dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,839. Instrumen pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah disusun dan dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu penelitian Oldershaw (2002) dan Best Start Resource centre (2011). Uji reliabilitas instrumen dilakukan pada 10 ibu yang bukan termasuk contoh penelitian dengan reliabilitas yang diperoleh ialah 0,794. Analisis data yang digunakan yaitu statistika deskriptif dan inferensial, meliputi uji beda Independent Samples T-Test, Paired Samples T-Test, serta uji regresi linier ganda.

Kegiatan pemberdayaan keluarga yang diberikan pada kelompok perlakuan diselenggarakan sebanyak delapan pertemuan dengan durasi waktu 90 menit per pertemuan. Metode yang digunakan ialah metode ceramah, diskusi, simulasi/ game, dan tanya jawab. Materi intervensi diperbanyak dalam bentuk modul yang disusun dengan mengacu tiga buku pengasuhan populer karya Euis Sunarti dengan mempertimbangkan skor lingkungan pengasuhan. Setiap pertemuan dilakukan pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan skor setiap materi.


(5)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur contoh adalah 31.71 tahun dan rataan lama pendidikan yang ditempuh adalah 8.91 tahun serta sebagian besar contoh berperan sebagai ibu rumah tangga. Besar keluarga contoh rataannya ialah 4.11 dengan rataan pendapatan perkapita sebesar Rp. 426.459/orang/bulan, hanya seperempat contoh yang berada di bawah garis kemiskinan. Hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada karakteristik individu dan keluarga antara kelompok kontrol dan perlakuan kecuali pendidikan contoh (p = 0.030). Data lingkungan pengasuhan contoh menunjukkan persentase terbesar adalah kategori sedang. Skor tertinggi dicapai oleh komponen stimulasi bahasa dan skor terendah dicapai oleh komponen modelling. Hasil uji menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan pada komponen stimulasi belajar (p = 0.009) dan stimulasi akademik (p = 0.000). Begitu pula pada lingkungan pengasuhan total terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0.019) antara kedua kelompok tersebut.

Skor komponen pengetahuan perkembangan anak di kedua kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan komponen pengetahuan pengasuhan anak. Hasil uji independent sample t-test menunjukkan Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan pada data baseline (sebelum intervensi), akan tetapi setelah kelompok perlakuan mendapat intervensi terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan pada data endline (p = 0.000). Hasil uji paired sample t-test menunjukkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan antara baseline dan endline pada komponen pengetahuan perkembangan dan pengetahuan total, namun ada perbedaan signifikan pada komponen pengetahuan pengasuhan (p = 0.000). Sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan antara baseline dan endline di semua komponen pengetahuan (p < 0.01).

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa pendidikan contoh merupakan faktor yang konsisten berpengaruh pada setiap model baik baseline maupun endline. Intervensi pemberdayaan keluarga terbukti berpengaruh nyata dengan kontribusi sebesar 42.2 persen (R square = 0.422) terhadap peningkatan pengetahuan ibu mengenai perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah, sedangkan sebesar 57.8 persen peningkatan pengetahuan ibu dipengaruhi oleh faktor lain.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar orang tua memperbaiki lingkungan pengasuhan anak serta meningkatkan pengetahuan mengenai perkembangan dan cara pengasuhan yang baik dan tepat. Selain itu, penelitian ini berimplikasi pada penguatan program Bina Keluarga Balita (BKB) di Posyandu sehingga diharapkan masyarakat dan lembaga terkait dapat mengembangkan kegiatan dengan lebih baik lagi. Dukungan dari pemerintah setempat pun sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas para kader serta evaluasi dan pengembangan program BKB secara berkala.


(6)

SUMMARY

TITA HASANAH. Influence of Family Empowerment on Increasing Knowledge about Child Development and Parenting of Preschool Age Children. Supervised by EUIS SUNARTI and DIAH KRISNATUTI.

The knowledge of child development and parenting is the important things especially for mothers of preschool-age children. Mothers who are knowledgeable are more likely to create an environment that is appropriate to their children‘s and more likely to interact with their children in more sensitive ways. Intervention of family empowerment is one of way to increase the maternal knowledge. The purpose of this study is to analyze the influence of family empowerment on increasing knowledge about child development and parenting of preschool-age children.

This study used quasi experimental design with t-test and multiple linear regression analysis. Conducted in two areas in Bogor, the sample of this study was 32 mother in control group and 32 in treatment group. The treatment group involved in eight sessions of family empowerment. The material of intervention prepared based on the three of Euis Sunarti's popular parenting books and considering the HOME score.

The result showed that there are no differences of maternal knowledge between control and treatment group in baseline data and there are significant differences in endline data. In control group there are no differences of maternal knowledge between baseline and endline data except parenting knowledge. In intervention group there are significant defferences between baseline and endline data. The result also indicates that there are positive effect of intervention of family empowerment which accounted for 42,2 per cent on increasing knowledge about child development and parenting of preschool age children.


(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(8)

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

PENGARUH PEMBERDAYAAN KELUARGA TERHADAP

PENINGKATAN PENGETAHUAN PERKEMBANGAN DAN

PENGASUHAN ANAK USIA PRASEKOLAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(10)

(11)

Judul Tesis : Pengaruh Pemberdayaan Keluarga terhadap Peningkatan

Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak Usia Prasekolah Nama : Tita Hasanah

NIM : I251100131

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Euis Sunarti, MS Ketua

Dr Ir Diah Krisnatuti, MS Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dr Ir Herien Puspitawati, MSc, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


(12)

Judul Tesis : Pengaruh Pemberdayaan Keluarga terhadap Peningkatan

Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak Usia Prasekolah Nama : Tita Hasanah

NIM : 1251100131

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

...

セN@

Prof Dr Ir Euis Sunarti, MS Dr Ir Diah Krisnatuti, MS

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dr Ir Herien Puspitawati, MSc, MSc


(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah pemberdayaan keluarga, dengan judul Pengaruh Pemberdayaan Keluarga terhadap Peningkatan Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak Usia Prasekolah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Euis Sunarti MS dan Dr Ir Diah Krisnatuti MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ketua dan kader Posyandu Salak I Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara dan Posyandu Kenanga II Kelurahan Curug Kecamatan Bogor Barat, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami yang mendukung sepenuh hati serta mamah, bapak, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Tanoto Foundation yang telah memberi beasiswa selama kuliah pada tahun 2011 – 2012, serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang telah memberi beasiswa penelitian tesis pada tahun 2013.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014 Tita Hasanah


(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Pendekatan Teori 5

Pemberdayaan keluarga 6

Anak Usia Prasekolah 7

Perkembangan Anak 8

Pengasuhan Anak 9

Kerangka Pemikiran 11

3 METODE 14

Desain Penelitian 14

Tempat dan Waktu Penelitian 14

Teknik Penarikan Contoh 15

Intervensi Pemberdayaan keluarga 15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16

Pengolahan dan Analisis Data 17

Definisi Operasional 19

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 22

Karakteristik Individu 23

Karakteristik Keluarga 24

Lingkungan Pengasuhan 25

Intervensi Pemberdayaan Keluarga 32

Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak 36 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Perkembangan

dan Pengasuhan Anak 41

Pembahasan Umum 44

Keterbatasan Penelitian 47

5 SIMPULAN DAN SARAN 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 57


(15)

DAFTAR TABEL

1 Nonrandomized control group pre-test – post-test design 14

2 Jadwal Penelitian 16

3 Jenis Data 16

4 Kategorisasi Instrumen HOME 18

5 Model Persamaan Regresi 19

6 Sebaran Contoh menurut Karakteristik Individu 23 7 Sebaran Contoh menurut Karakteristik Keluarga 24 8 Sebaran Contoh menurut Lingkungan Pengasuhan Komponen Stimulasi

Belajar 25

9 Sebaran Contoh menurut Lingkungan Pengasuhan Komponen Stimulasi

Bahasa 26

10 Sebaran Contoh menurut Lingkungan Pengasuhan Komponen Lingkungan

Fisik 27

11 Sebaran Contoh menurut Lingkungan Pengasuhan Komponen Kehangatan

dan Penerimaan 28

12 Sebaran Contoh menurut Lingkungan Pengasuhan Komponen Stimulasi

Akademik 29

13 Sebaran Contoh menurut Lingkungan Pengasuhan Komponen Modeling 29 14 Sebaran Contoh menurut Lingkungan Pengasuhan Komponen Variasi

Stimulasi pada Anak 30

15 Sebaran Contoh menurut Lingkungan Pengasuhan Komponen Hukuman 30 16 Sebaran Rata-Rata Skor menurut Lingkungan Pengasuhan Anak 31 17 Judul dan Isi Buku Pengasuhan Populer Karya Euis Sunarti 33 18 Materi, Tujuan, Bahasan, dan Pengayaan Intervensi Pemberdayaan

Keluarga 33

19 Sebaran Rata-Rata Kehadiran, Rata-Rata Nilai, dan signifikansi Hasil Uji Beda Pretest dan Posttest Intervensi Pemberdayaan Keluarga di Kelompok

Perlakuan 35

20 Sebaran Contoh menurut Komponen Pengetahuan Perkembangan Anak Usia

Prasekolah 37

21 Sebaran Contoh menurut Komponen Pengetahuan Pengasuhan Anak Usia

Prasekolah 38

22 Sebaran Rata-Rata Skor dan Signifikansi Hasil Uji Beda Komponen

Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak berdasarkan Baseline dan

Endline di Kelompok Kontrol dan Perlakuan 41

23 Hasil Uji Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh terhadap

Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak 42 24 Hasil Uji Regresi Linier Ganda dengan Intervensi sebagai Variabel


(16)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengaruh Pemberdayaan Keluarga terhadap Peningkatan Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak

Usia Prasekolah 13

2 Kerangka Penarikan Contoh 15

3 Kerangka Tahapan Pengumpulan Data 17

4 Sebaran Contoh menurut Kategori Lingkungan Pengasuhan pada Kelompok

Kontrol dan Perlakuan 32

5 Sebaran Rata-Rata Skor Menurut Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan pada Kondisi Baseline dan Endline Kelompok Kontrol dan

Perlakuan 39

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran Contoh Berdasarkan Kategori Komponen Lingkungan

Pengasuhan pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan 59 2 Sebaran Contoh Berdasarkan Kategori Pengetahuan Perkembangan dan

Pengasuhan pada Kondisi Baseline dan Endline 59 3 Arah Penguatan Komponen Lingkungan Pengasuhan terhadap Materi

Intervensi 60

4 Peta Lokasi Penelitian di Kelurahan Curug Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara 61


(17)

(18)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan itu Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada saat menutup Kongres Pembangunan Manusia Indonesia pada akhir bulan November 2006, menegaskan bahwa pembangunan manusia dan keluarga tidak saja menjadi tanggung jawab dan monopoli pemerintah, namun memerlukan kerjasama dan partisipasi masyarakat luas. Salah satu respon terhadap seruan Presiden tersebut ialah berkembangnya kegiatan pemberdayaan keluarga terutama untuk memperluas cakupan dan meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan serta untuk mengembangkan kewirausahaan (Suyono 2009).

Keluarga yang memiliki ketahanan yang kokoh akan membentuk masyarakat yang memiliki resiliensi tinggi dan pada akhirnya akan terwujud ketahanan di tingkat nasional. Begitu pula sebaliknya, kondisi masyarakat yang rentan terhadap hal-hal negatif berawal dari keluarga yang ketahanannya rapuh. Dengan demikian bisa dikatakan berbagai masalah yang terjadi di masyarakat seperti kriminalitas, tawuran, pelacuran, pemakaian obat-obatan terlarang, bahkan tindakan korupsi merupakan cerminan dari lemahnya institusi keluarga.

Orangtua sebagai pemegang kendali dalam keluarga memiliki peran instrumental dan ekspresif (Rice & Tucker 1986). Fungsi instrumental berkaitan dengan hubungan keluarga dengan situasi eksternal, biasanya diemban oleh ayah yang salah satu tugasnya ialah mencari nafkah. Sedangkan fungsi ekspresif berkaitan dengan integrasi atau solidaritas keluarga, hubungan internal keluarga, serta pemenuhan kebutuhan emosional afeksional anggota keluarga, termasuk di dalamnya tugas pengasuhan.

Sosok ibu yang memegang fungsi ekspresif, perlu memiliki pengetahuan mengenai perkembangan dan pengasuhan anak. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua orang mempersiapkan dirinya untuk menjadi orangtua yang berpengetahuan memadai. Biasanya pengetahuan ini diperoleh dari nenek/kakek, kerabat, teman atau tetangga, berdasarkan pengalaman masa lalu bahkan tidak sedikit yang berasal dari mitos yang berkembang di masyarakat. Hanya sedikit ibu yang benar-benar membekali diri dengan menggali informasi melalui buku, majalah/tabloid, atau dengan mengikuti pendidikan baik formal maupun informal seperti pelatihan, seminar, diskusi dan lain-lain.

Hasil penelitian BKKBN (Iswarati 2010) terhadap 35.478 keluarga mengenai pengetahuan keluarga tentang cara pengasuhan dan tumbuh kembang anak dari aspek fisik, jiwa, dan sosial di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2009 menunjukkan rata-rata nilai indeks komposit tumbuh kembang anak secara nasional mencapai 55.5 dengan rentang 1 – 100. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pola pengasuhan dan tumbuh kembang anak belum seperti yang diharapkan, sebagaimana termaktub dalam Undang Undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak mengenai kewajiban dan tanggung jawab orang tua dan keluarga, antara lain menyangkut mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak serta menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.


(19)

2

Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak ialah dengan memberikan intervensi pemberdayaan keluarga. Program pemberdayaan keluarga yang berkaitan dengan hal ini ialah Bina Keluarga Balita (BKB) disamping program pemberdayaan lainnya yaitu Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Dewasa (BKD), Bina Keluarga Lansia (BKL), Bina Keluarga Cacat (BKC), dan Bina Keluarga Ekonomi (BKE) (Suyono, Haryanto 2009). Pelaksanaan program pemberdayaan BKB ini biasanya mengandalkan kapasitas kader dan pengurus Posyandu. Pada saat ini, sudah banyak keberhasilan program BKB di berbagai daerah, namun masih ada yang tidak/ belum melaksanakannya dengan baik sehingga diperlukan intervensi pemberdayaan agar para ibu di wilayah tersebut menjadi lebih berdaya dalam mengemban fungsi ekspresifnya dengan memiliki pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak yang memadai.

Intervensi pemberdayaan keluarga ini merupakan bentuk perhatian terhadap keluarga sebagai institusi utama dan pertama dalam pembangunan sumberdaya manusia. Apabila seluruh keluarga dapat membangun anak-anaknya dengan baik, maka seluruh anak bangsa akan dapat dikembangkan menjadi sumber daya manusia yang beriman, bermutu, handal dan sanggup membangun negara dan bangsanya dengan baik (Suyono, Haryanto 2009). Pemberdayaan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah (3 – 5 tahun), yang merupakan puncak masa emas (golden age) dalam perkembangan manusia. Usia ini merupakan masa kritis, dimana anak telah melewati masa bayi dan tengah mempersiapkan dirinya untuk tahap perkembangan yang lebih tinggi yaitu masa sekolah (school age).

Perumusan Masalah

Tugas sebagai orangtua sangatlah kompleks namun yang paling utama adalah memberikan pengasuhan yang berkualitas baik agar anak-anak mampu bertahan dan berkembang dengan optimal sehingga bisa menjadi penerus keturunan yang akan memegang peran penting di masa depan. Mengingat pentingnya tugas dan tanggung jawab orangtua tersebut, maka beberapa hasil penelitian menyarankan untuk melakukan intervensi (Ditctelmiller et al. 1992; Huang et al. 2005; Ribas Jr. dan Bornstein 2005; Ertem et al. 2007, Iswarati 2010). Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, intervensi yang diberikan terhadap ibu dapat memperbaiki perilaku orangtua terhadap anak, mengatasi stres yang dialami orangtua, serta mengurangi perilaku antisosial anak (Bywater 2009). Program intervensi juga berhubungan dengan berkurangnya tekanan yang dialami orantua, interaksi orangtua-anak, empati yang lebih besar, dan dukungan sosial (Marcynyszyn, Maher, Corwin2011). Intervensi lain dilakukan terhadap orangtua Korea Amerika yang setelah menyelesaikan program intervensi, para ibu di kelompok intervensi melakukan disiplin positif dan berakulturasi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (Kim, Cain, Webster-Stratton 2008). Bahkan penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Nair et al. (2003) membuktikkan bahwa intervensi yang diberikan pada ibu di lingkungan yang beresiko dapat meningkatkan perkembangan anak yang berusia 6 – 18 bulan terutama aspek mental dan kemampuan motorik.


(20)

3 Sosok orangtua terutama ibu dan keluarga dalam kajian ini sangat penting untuk diketahui. Penelitian empiris menunjukkan bahwa karakteristik ibu dan keluarga mempengaruhi kualitas lingkungan pengasuhan (Hastuti 2011; Lugo-Gil dan Tamis-Lemonda 2008; Bornstein 2002; Williams et al. 2000; Williams, Soetjiningsih, Williams 2000). Karakteristik tersebut juga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu mengenai perkembangan dan pengasuhan anak (Reich 2005; Ribas Jr. dan Bornstein 2005; Ribas Jr., de Moura, Bornstein 2003; Tamis-Lemonda, Chen, Bornstein 1998). Oleh karena itu, penting sekali untuk mengetahui karakteristik ibu baik umur, pendidikan, dan pekerjaan yang melatarbelakanginya serta karakteristik keluarga yaitu besar keluarga dan pendapatan perkapita yang merupakan sumberdaya penting bagi keluarga (Guhardja et al. 1992; Goldsmith 1996).

Pentingnya kualitas pengasuhan ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian (Adi-Japha and Klein 2009; Hubbs-Tait et al. 2006; Zeitlin, Ghassemi, dan Mansour 1990; Haskett, Willoughby 2006) bahwa kualitas pengasuhan orangtua merupakan aspek penting dalam mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Bradley (2002) kualitas pengasuhan ini lebih ditentukan oleh lingkungan pengasuhan yang dilakukan oleh orangtuanya di rumah. Dengan demikian data mengenai lingkungan pengasuhan diperlukan untuk mengetahui gambaran cara orangtua merawat dan menstimulasi anaknya yang sudah dilakukan di rumah.

Sikap dan praktek pengasuhan yang dilakukan orangtua terhadap anak berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh mereka. Beberapa negara telah melakukan penelitian mengenai pengetahuan orangtua dalam hal pengasuhan dan perkembangan anak (di Turki oleh Ertem et al. 2007; di Brazil oleh Ribas Jr. dan Bornstein 2005; di Amerika oleh Huang et al. 2005; di Kanada oleh Oldershaw 2002; di Filipina oleh Williams et al. 2000; termasuk di Indonesia oleh Iswarati 2010). Penelitian tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan yang dimiliki orangtua berhubungan dengan harapan pencapaian perkembangan anak, menciptakan lingkungan pengasuhan yang sesuai, serta stimulasi dan penyediaan sarana untuk mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Di dalam penelitian ini, intervensi yang dilakukan ialah utuk meningkatkan pegetahuan ibu mengenai perkembangan dan pegasuhan anak yang merupakan salah satu bentuk program pemberdayaan keluarga. Oleh karena itu, pengetahuan ibu tersebut merupakan data penting yang harus diketahui baik sebelum maupun setelah intervensi diberikan.

Materi pemberdayaan keluarga harus dirancang sedemikian rupa sehingga selain meningkatkan pengetahuan juga memperoleh keterampilan dalam menerapkan cara yang efektif dalam pengasuhan (Huang et al. 2005). Materi intervensi pemberdayaan keluarga disusun dengan mengacu pada tiga buku pengasuhan populer karya Euis Sunarti, yaitu: 1) Mengasuh dengan Hati (2004); 2) Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini (2005a); dan 3) Menggali Kekuatan Cerita: Panduan Bagi Orangtua dalam Membentuk Karakter Anak Sejak Dini Melalui Cerita (2005b). Selain itu penyusunan materi juga mempertimbangkan skor lingkungan pengasuhan. Hal ini dimaksudkan agar materi yang diberikan sesuai dengan tujuan penelitian dan kebutuhan peserta intervensi.


(21)

4

Penelitian ini melibatkan responden yang dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok pertama tidak mendapat intervensi sedangkan kelompok kedua mendapat intervensi pemberdayaan keluarga. Pembagian kelompok tersebut untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap peningkatan pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah.

Secara garis besar, ada beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah karakteristik individu dan karakteristik keluarga contoh serta lingkungan pengasuhannya?

2. Bagaimana pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah pada kelompok kontrol dan perlakuan sebelum intervensi?

3. Bagaimana perbedaan pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah pada kelompok kontrol dan perlakuan setelah intervensi?

4. Bagaimana pengaruh intervensi terhadap peningkatan pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah pada kelompok perlakuan?

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengkaji karakteristik individu dan karakteristik keluarga contoh serta lingkungan pengasuhannya

2. Menganalisis pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum intervensi

3. Menganalisis perbedaan pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah pada kelompok perlakuan dan kontrol setelah intervensi 4. Menganalisis pengaruh intervensi terhadap peningkatan pengetahuan

perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah pada kelompok perlakuan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi orangtua, sebagai gambaran bahwa pengetahuan mengenai pengasuhan

dan perkembangan anak dalam keluarga merupakan hal penting yang bisa dijadikan pijakan dalam mengasuh, membimbing, mendidik, dan merawat anak.

2. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan dan program yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dimulai dari lingkup yang paling mendasar yaitu keluarga.

3. Sebagai kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dalam penelitian di bidang keluarga dan perkembangan anak

4. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian sejenis di masa mendatang.


(22)

5

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Teori

Teori Struktural Fungsional. Menurut Ritzer (2005) Struktural fungsionalisme merupakan salah satu teori yang berpendapat bahwa masyarakat didasarkan pada kesepakatan bersama, memandang penciptaan dan pemeliharaan nilai-nilai dan norma sebagai sesuatu yang penting bagi masyarakat, serta menganggap perubahan sosial sebagai proses teratur yang perlahan. Klein dan White (1996) menyebut teori ini sebagai teori sistem.

Asumsi dasar dalam teori struktural fungsional (Megawangi 1999) adalah: 1) masyarakat adalah sistem tertutup yang bekerja dengan sendirinya dan cenderung homeostatis dan mencapai titik keseimbangan (equilibrium); 2) sebagai sebuah sistem yang memelihara dirinya, masyarakat memerlukan kebutuhan-kebutuhan dasar serta prasyarat tertentu yang harus dipenuhi agar kelangsungan hemeostatis dan titik keseimbangan dapat terus berlangsung; 3) untuk memenuhi kebutuhan dan prasyarat dari sebuah sistem, maka perlu diberikan perhatian pada fungsi-fungsi dari setiap bagian sistem tersebut

Pendekatan struktural fungsional dalam penelitian ini adalah teori yang diterapkan dalam konteks keluarga dimana di dalamnya terdapat bagian-bagian yang dibedakan dan mempunyai fungsi tersendiri, yaitu fungsi instrumental dan ekspresif. Fungsi yang berbeda itu membuat sistem menjadi teratur dan seimbang (equilibrium). Bagian-bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada bagian yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem.

Teori Ekologi Keluarga. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Kata Ekologi berasal dari Bahasa Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu), diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antarmakhluk hidup maupun interaksi antara mahluk hidup dan lingkungannya (Wikipedia).

Terdapat beberapa dalil dasar (basic premises) pengaruh teori sistem umum terhadap ekologi keluarga (Sunarti 2007), yaitu:

1. Ketergantungan seluruh manusia terhadap sumberdaya di bumi. Kesehatan ekologi dunia bukan hanya tergantung kepada keputusan dan aksi negara, tapi juga tergantung pada apa yang dilakukan individu dan keluarga.

2. Interaksi keluarga dengan lingkungannya membentuk ekosistem. Kesejahteraan individu dan keluarga tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan seluruh ekosistem.

3. Keluarga menjalankan pemeliharaan atau fungsi ekonomi-fisik-biologis, serta fungsi pengasuhan dan psikososial bagi anggotanya.

4. Daya juang untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik merupakan landasan dari beragam nilai perilaku manusia. Empat nilai utama yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan hidup manusia adalah (1) kecukupan ekonomi yang membagi manusia kedalam kategori kaya atau miskin; (2) keadilan; (3) kebebasan; dan (4) kedamaian.

Seorang anak, dalam pandangan teori ekologi keluarga perlu mendapatkan dukungan informal yang kuat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Conrad dan Novick (dalam Sunarti 2007) mengembangkan model ekologi


(23)

6

keluarga sebagai pendekatan dan praktek dukungan sosial (social support) bagi keluarga, termasuk di dalamnya pengembangan layanan ‖Family Crisis Center‖. Menurut Conrad dan Novick, faktor dukungan yang paling kuat bagi seorang anak ialah keluarga kemudian diikuti oleh kerabat, kerabat informal, organisasi sosial, jasa masyarakat, dan pembuat kebijakan. Dukungan yang lemah digambarkan sebaliknya dimana keluarga hanya memberi sedikit dukungan.

Merujuk pada salah satu dalil dasar pengaruh teori sistem umum terhadap ekologi keluarga bahwa keluarga menjalankan pemeliharaan atau fungsi ekonomi-fisik-biologis, serta fungsi pengasuhan dan psikososial bagi anggotanya, yang ditunjang dengan model ekologi keluarga Conrad dan Novick, maka sangat penting untuk melakukan pemberdayaan keluarga sebagai institusi pertama dan utama bagi anak, dalam hal ini dengan meningkatkan pengetahuan ibu mengenai perkembangan dan pengasuhan anak.

Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata dasar daya (power) yang merujuk pada kemampuan untuk mendapatkan atau mewujudkan tujuan. Menurut Christenson dan Robinson (1984) pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreativitas, dan kebebasan bertindak; diberdayakan adalah memberikan suatu gelombang kekuatan dari seseorang kepada yang lainnya dan juga berasal dari dalam khususnya kekuatan untuk bertindak dan berkembang, untuk menjadi apa yang disebut Paolo Freire ‗lebih memanusia‘. Di Indonesia istilah ―Pemberdayaan‖ mulai mengemuka pada periode 1970 hingga 1980-an. Pada masa itu Indonesia merupakan negara acuan dunia di bidang pembangunan, terutama dalam pemberdayaan masyarakat (Uchrowi 2008).

Secara konseptual pemberdayaan keluarga merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat keluarga, terutama keluarga miskin atau keluarga tidak sejahtera atau istilah lainnya yang menunjukkan masih belum berfungsinya keluarga, sehingga tidak bisa mencapai tujuan kehidupan berkeluarga (Sunarti 2010). Menurut Subagus (tt) upaya pemberdayaan keluarga meliputi tiga aspek: 1) aspek dasar, yaitu sistem reproduksi sebagai sarana untuk melanjutkan keturunan; 2) aspek ajar, yaitu proses pendidikan yang dapat meningkatkan dan memantapkan kesadaran dan keterampilan keluarga/orangtua dalam menanamkan nilai-nilai luhur terhadap anggota keluarga terutama anaknya, sesama dan lingkungan sekitarnya; 3) aspek sekitar, meliputi interaksi antar keluarga dengan sesama dan lingkungannya baik fisik maupun sosial, sehingga menimbulkan keserasian dengan lingkungan sekitar.

Terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan keluarga (Sunarti 2010): 1) pendekatan berbasis memperbaiki kekurangan atau kelemahan, biasanya berkaitan dengan permasalahan umum keluarga seperti masalah komunikasi dan interaksi, hubungan suami istri, pengasuhan, penangan stress, dan masalah hubungan keluarga dengan lingkungan sosial; 2) pendekatan berbasis menguatkan keunggulan, umumnya untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Sedangkan metode yang paling sering digunakan dalam pemberdayaan keluarga ialah: penyuluhan, konseling, pelatihan, dan pendampingan.


(24)

7 Makna pemberdayaan keluarga dalam penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah. Hal ini sejalan dengan Rodwel (dalam Nurhaeni, Sutadi, Rustina, Supriyatno 2011) yang menjelaskan pemberdayaan sebagai suatu proses memampukan individu melalui keterlibatan maupun mengikutsertakan sehingga individu tersebut memiliki kesempatan untuk pandai.

Kegiatan pemberdayaan keluarga diselenggarakan dengan memanfaatkan program pemberdayaan keluarga Bina Keluarga Balita (BKB). BKB merupakan implementasi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan ketahanan keluarga dalam peningkatan kualitas anak. Program ini diluncurkan oleh Kementrian Peranan Wanita dan kemudian diteruskan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang dicanangkan sejak tahun 1981. BKB merupakan kelompok kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku serta keterampilan keluarga/ orangtua dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak (Sunarti 2011). Program BKB biasanya terintegrasi dengan kegiatan Posyandu dengan sasaran program sebagian besar menjangkau keluarga dari kalangan menengah ke bawah, yaitu keluarga/orangtua khususnya ibu yang memiliki anak usia prasekolah.

Anak Usia Prasekolah

Anak usia 3 – 5 tahun disebut sebagai usia prasekolah (preschool), karena di usia ini anak belum memasuki jenjang pendidikan formal sekolah dasar. Santrock (2002) menyebutnya sebagai masa awal anak-anak. Karakteristik anak usia prasekolah (DENI 1997), diantaranya ialah: 1) tertarik pada diri mereka sendiri dan ingin menjelajahi lingkungan, serta memiliki rasa ingin tahu; 2) membangun hubungan baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya; 3) mengembangkan kepercayaan diri, harga diri dan kontrol diri; 4) memilih untuk bekerja dalam kelompok serta menunjukkan tanda-tanda kepemimpinan, dan di lain waktu, mereka dapat memilih untuk bermain sendiri; 5) mengembangkan konsentrasi dan berbagai keterampilan dan kompetensi seperti mengamati, membuat keputusan, pemecahan masalah dan berkomunikasi dengan dukungan dan bimbingan dari orang dewasa; 6) menikmati cerita, sajak dan musik; 7) lebih mandiri dan menikmati permainan fisik. Oleh karena itu, yang dibutuhkan oleh anak usia prasekolah ialah lingkungan yag aman, kesempatan untuk bereksplorasi, pembelajaran yang menyenangkan, serta dukungan dan bimbingan dari orangtua.

Biasanya anak-anak usia ini mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) seperti Taman Kanak-kanak (TK), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Kegiatan di PAUD dirancang untuk melatih dan mengembangkan kemampuannya serta mempersiapkan diri anak memasuki masa sekolah. Meskipun anak mengikuti pendidikan di PAUD, peran orangtua di rumah tetap yang pertama dan utama. Pentingnya peran keluarga terhadap pendidikan anak usia dini bahkan termaktub dalam Undang-Undang Nomor 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebut pendidikan keluarga dan lingkungan sebagai jalur informal yang tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional.


(25)

8

Keluarga yang memiliki anak usia prasekolah dalam teori perkembangan keluarga (Duvall, Miller 1985) berada pada tahap ketiga. Tugas keluarga pada tahap ini, meliputi: 1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga; 2) membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan; 3) beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga harus dipenuhi; 4) mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga; 5) pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak; 6) pembagian tanggung jawab anggota keluarga; serta 7) kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak. Menurut Hurlock (1980) masalah yang sering timbul pada anak usia prasekolah ialah masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik anak, sehingga orangtua bertanggung jawab dalam mengembangkan karakter mereka. Sebagaimana pendapat Lickona (2004) bahwa keluarga merupakan pengaruh pertama dan paling penting terhadap karakter anak .

Perkembangan Anak

Istilah perkembangan dalam pengertian psikologisnya yang paling umum menurut para ahli (Woolfolk 2009; Santrock 2002) mengacu pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi pada manusia (atau binatang) di antara konsepsi dan kematian. Biasanya, perhatian orangtua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak lebih terfokus pada berat badan, perkembangan fisik dan kemampuan motorik kasar (Andayani & Soetjinigsih 2001). Padahal, aspek ini meliputi berbagai dimensi. Perkembangan anak menurut Lawton (1982) adalah tahapan atau pola universal pada perubahan fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang terjadi sebagai fase yang dilewati seseorang dari lahir sampai dewasa, berkembang kemungkinan yang disediakan oleh pematangan, pengalaman, lingkungan, dan individualitas. Dengan demikian ada tiga dimensi mendasar dalam perkembangan anak yaitu dimensi fisik, kognitif, dan sosioemosional.

Dimensi Fisik. Dimensi ini meliputi perubahan pada fisik individu. Papalia et al. (2008) memaparkan dimensi perkembangan fisik pada masa anak-anak awal dimana perkembangan otot dan tulang (muscular dan skeletal), membuat anak-anak semakin kuat. Tulang muda (cartilage) menjadi tulang (bone) lebih cepat dari masa sebelumnya, dan tulang menjadi semakin keras dan kuat, memberikan bentuk yang lebih ramping kepada anak serta melindungi organ dalam. Berbagai perubahan ini, yang dikoordinasi oleh kematangan otak dan sistem saraf, menghasilkan perkembangan berbagai keterampilan motor. Peningkatan kapasitas sistem pernafasan dan peredaran darah membangun stamina fisik, dan bersama dengan pengembangan sistem kekebalan, menjaga anak untuk lebih sehat.

Dimensi Kognitif. Perkembangan kognitif dibentuk dari perubahan dan stabilitas dalam kemampuan mental, perhatian, ingatan, bahasa, pemikiran, logika, dan kreativitas. Sebagaimana menurut Santrock (2002) proses kognitif (cognitive processes) meliputi perubahan pada pemikiran, inteligensi, dan bahasa individu. Pada usia prasekolah anak dapat menggunakan simbol, memahami identitas, sebab akibat, mampu mengklasifikasi, memahami angka, dapat berempati, dan memahami teori pikiran.


(26)

9 Dimensi Sosioemosional. Dimensi ini menurut Santrock (2002) meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan pada emosi, dan perubahan pada kepribadian. Menurut Goleman (2007) para psikolog berdebat tentang kemampuan manusia, mana yang sosial dan mana yang emosi. Tidak mengherankan: kedua domain itu saling-bercampur, seperti halnya lokasi sosial otak tumpang tindih dengan pusat-pusat emosi. Namun, semata-mata pengelompokkan sosial dan emosi tersebut untuk mencegah pemikiran segar tentang kemampuan manusia dalam menjalin hubungan dengan orang lain, dengan mengabaikan apa yang berlangsung ketika kita berinteraksi.

Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode. Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai berikut: periode pra-kelahiran, masa bayi, masa awal anak-anak, masa pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, dan masa akhir dewasa (Santrock 2002). Merujuk pada pernyataan tersebut, periode perkembangan anak yang dipilih dalam penelitian ini ialah masa awal anak-anak (early childhood) yaitu periode perkembangan yang merentang dari akhir masa bayi hingga menjelang masa pertengahan anak-anak, yakni usia 3 – 5 tahun.

Pengetahuan Perkembangan Anak. Secara semantik pengetahuan ialah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil pekerjaan tahu itu adalah hasil dari: kenal, sadar, insaf, mengerti, pandai. Dapat disimpulkan, semua milik atau isi pikiran ialah pengetahuan (Gazalba 1992). Ada tiga metode dalam mencari pengetahuan menurut Honer dan Hunt (2006), yaitu: 1) Rasionalisme, aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari idea yang menurut anggapannya jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia; 2) Empirisme, bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui pengalaman, keteraturan, keserupaan. Secara khusus, kaum empiris mendasarkan teori pengetahuannya kepada pengalaman yang ditangkap oleh panca indera; 3) Metode keilmuan, suatu teori pengetahuan yang dipergunakan manusia dalam memberikan jawaban tertentu terhadap suatu pernyataan yang menitikberatkan kepada suatu urutan prosedur yang seksama di mana diperoleh sekumpulan pengetahuan yang diperluas secara terus menerus dan bersifat mengoreksi diri sendiri.

Pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak telah sering disebut sebagai faktor yang berhubungan dengan hasil perkembangan anak. Berdasarkan pengertian pengetahuan dan pembahasan perkembangan anak, maka pengetahuan perkembangan anak dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pemahaman orangtua mengenai norma-norma dan tahapan, serta proses perkembangan anak, dan pengetahuan mengenai keterampilan pengasuhan anak (Benasich, Brooks-Gunn 1996).

Pengasuhan Anak

Pengertian Pengasuhan. Beberapa sumber dan ahli menyatakan makna pengasuhan sebagai berikut: menurut Hoghughi (2004) pengasuhan (parenting) berasal dari Bahasa Latin yaitu ―parere‖ yang sesuai dengan kata dalam Bahasa Inggris yaitu to bring forth, develop, educate, artinya untuk mendatangkan, membangun, mendidik. Kamus Encarta menyebut pengasuhan dengan


(27)

child-10

rearing yang didefinisikan sebagai: pengalaman, keterampilan, kualitas, dan tanggung jawab termasuk untuk menjadi orangtua dalam mendidik dan merawat anak (Hastuti 2008). Selain parenting dan child rearing, istilah pengasuhan disebut juga dengan parent—child relationship.Menurut O‘Connor (2007) istilah ‗parent–child relationship’, meskipun lebih rumit tetapi lebih berkonotasi kebersamaan, dinamis, proses interaktif yang menggambarkan proses mekanisme pengaruh. Menurut Papousek, Papousek (2002) pengasuhan adalah fenomena yang kompleks, multifaktorial, dan dinamis, seringkali terlalu sulit untuk memahaminya tanpa pembatasan reduksionistik untuk pendekatan eksperimental. Berbagai makna yang berbeda tersebut merujuk pada hal yang sama yakni interaksi yang terjadi antara orangtua dengan anaknya.

Beberapa ahli mengemukakan definisi pengasuhan sebagai berikut: menurut Sears, Maccoby & Levin (1976) pengasuhan anak merupakan seluruh interaksi antara subjek (pengasuh) dan objek (anak) berupa bimbingan, pengarahan dan pengawasan terhadap aktivitas objek sehari-hari yang berlangsung secara rutin sehingga membentuk suatu pola dan merupakan usaha yang diarahkan untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan keinginan si pendidik atau pengasuh. Satoto (1990) berpendapat bahwa diperlukan dua faktor yang saling berkaitan, yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan pemberian stimulasi. Stimulasi yang diberikan tentunya harus tepat sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak, sehingga diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankannya. Sebagaimana menurut Caplan dan Caplan (1983) bahwa menjalankan peran pengasuhan bukanlah sesuatu yang diperoleh secara otomatis dan berdasarkan insting atau naluri semata, melainkan merupakan serangkaian pengetahuan, pengalaman, dan keahlian yang diperoleh dan dipelajari oleh pengasuh sepanjang waktu. Oleh karena itu selain melibatkan aktivitas atau keterampilan fisik, pengasuhan anak melibatkan keterampilan dalam memberikan rangsangan dan memberikan respon yang paling tepat untuk setiap situasi yang spesifik.

Perspektif Pengasuhan Anak. Menurut O‘Connor dan Scott (2007), penelitian kontemporer mengenai pengasuhan anak kebanyakan dapat ditelusuri pada tiga perspektif yang paling dominan, yaitu: Pertama, teori pembelajaran sosial (social learning theory) bahwa pengalaman kehidupan nyata anak-anak membentuk perilaku baik langsung atau tidak langsung. Kedua, teori kelekatan (attachment theory). Menurut Santrock (2002) attachment mengacu kepada suatu relasi antara dua orang yang memiliki perasaan yang kuat satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk melanjutkan relasi itu. Ketiga, gaya pengasuhan (parenting style). Baumrind (dalam Brooks 2001) mengemukakan tiga gaya pengasuhan dimensi arahan, yaitu: 1) pengasuhan authoritative; 2) pengasuhan permissive; dan 3) pengasuhan authoritarian. Sedangkan Gottman dan DeClaire (1997) mengungkapkan empat gaya pengasuhan dimensi emosi, yaitu: 1) pengasuhan pengabai emosi (dismissing); 2) gaya pengasuhan tidak menyetujui (disapproving); 3) gaya pengasuhan laissez faire; dan 4) gaya pengasuhan pelatih emosi (emotional coaching). Gaya pengasuhan lainnya ialah yang dikemukakan oleh Rohner (dalam Sunarti 2004) yakni gaya pengasuhan dimensi kehangatan yang dikategorikan pada gaya pengasuhan menerima dan gaya pengasuhan menolak, berdasarkan teori penolakan dan penerimaan orangtua (Parental Acceptance-Rejection Theory).


(28)

11 Lingkungan Pengasuhan Anak. Dalam website kamus bahasa Indonesia, salah satu arti lingkungan yang dipandang tepat untuk penelitian ini ialah semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia/hewan, sehingga lingkungan pengasuhan dapat diartikan sebagai keadaan (kondisi, kekuatan) pengasuhan yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Lingkungan dalam pengertian ini pun tidak hanya bermakna fisik materi saja, namun berarti pula interaksi, dukungan, stimulasi, arahan, dan penguatan.

Di beberapa penelitian, untuk mengukur lingkungan pengasuhan dilakukan dengan menggunakan instrumen HOME (Caldwell & Bradley 1984). Instrumen ini dikembangkan dan digunakan oleh Caldwell dan rekan-rekannya dalam studi longitudinal pada tahun 1960. Mereka meneliti hubungan antara lingkungan rumah, tempat penitipan anak dan perkembangan anak. Menurut Totsika dan Sylva (2004) Home Observation for Measurement of the Environment (HOME) adalah profil deskriptif yang menghasilkan penilaian lingkungan pengasuhan yang sistematis dimana anak itu dibesarkan. Tujuan utama dari instrumen ini ialah untuk mengukur, dalam konteks naturalistik, kualitas dan kuantitas rangsangan dan dukungan yang tersedia untuk anak-anak di lingkungan rumah.

O‘Connor & Scott (2007) berpendapat bahwa pemikiran saat ini tentang kualitas pengasuhan dan perkembangan anak didominasi oleh keprihatinan pada tiga hal: 1) penyebabnya, atau penentuan tentang bagaimana hubungan pengasuhan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada kesejahteraan anak; 2) konteks, atau tingkat keumuman temuan seluruh populasi dan pengaturan yang beragam; 3) konvertibilitas, atau sejauh mana dan proses yang bagaimana, temuan dari penelitian dapat dikonversi ke intervensi pada tingkat keluarga individu atau masyarakat. Menurut Sunarti (2009) kualitas pengasuhan anak diperlukan dalam menghadapi kebutuhan pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan yang stabil dan terpelihara dapat mendukung perkembangan fisik, emosional, intelektual, sosial, dan budaya dari anak sehingga membuat orangtua merasa pengasuhan yang diterima anak mereka lebih terjamin.

Kerangka Pemikiran

Unicef (1998) menyebutkan praktek perawatan anak sebagai salah satu penyebab malnutrisi yang multisektoral disamping masalah pangan dan kesehatan. Oleh karena itu orangtua harus mengupayakan praktek perawatan anak yang baik dengan memberikan pengasuhan yang berkualitas yakni pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak berdasarkan tahapan dan tugas-tugas perkembangannya serta stimulasi dan cara yang tepat. Pengasuhan yang diberikan ini selain berdampak pada masalah gizi juga akan berdampak bagi masa depan anak dalam menghadapi lingkungan sosial dan permasalahannya. Banyak pakar, yang telah meneliti individu-individu dari masa kecil dan seterusnya, menyimpulkan bahwa relasi orangtua-anak sejak dini mempunyai efek yang signifikan terhadap perkembangan karakter dan perilaku sosial di masa mendatang (Herold 2006).

Berdasarkan penelitian empiris, karakteristik ibu dan karakteristik keluarga berpengaruh terhadap pengetahuan orangtua mengenai perkembangan dan pengasuhan anak (Reich 2005; Ribas Jr. dan Bornstein 2005; Ribas Jr., de Moura, Bornstein 2003; Tamis-Lemonda, Chen, Bornstein 1998; Richman, Miller,


(29)

12

LeVine 1992). Karakteristik ibu diantaranya ialah usia, pendidikan formal, dan pekerjaan. Usia ibu yang sudah dewasa lanjut akan berbeda cara pengasuhannya dengan ibu yang usianya termasuk kategori dewasa madya. Usia menentukan tingkat kematangan seseorang dalam menjalankan perannya dalam kehidupan. Selain itu, pendidikan yang dicapai oleh ibu bisa menjadi tolok ukur tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan dapat mengubah atau memperbaiki cara pandang serta menambah wawasan. Pendidikan formal biasanya berkaitan dengan pekerjaan. Sedangkan karakteristik keluarga yaitu besar keluarga dan pendapatan perkapita. Keluarga kecil (≤ 4 anggota) akan lebih mudah diatur dibandingkan dengan keluarga sedang (5 – 6 anggota) atau keluarga besar (> 6 anggota). Selain itu, besar keluarga juga berhubungan dengan usia pernikahan. Keluarga dengan usia pernikahan yang masih muda dan baru memiliki anak akan berbeda dengan keluarga yang telah menjalani pernikahan cukup lama dan memiliki beberapa anak, dalam hal kepercayaan diri saat mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor karakteristik keluarga lainnya adalah pendapatan perkapita. Keluarga dengan pendapatan lebih besar akan memiliki sumberdaya lebih baik dan bervariatif untuk meningkatkan pengetahuan, misalnya dengan berlangganan koran/tabloid, berlangganan TV berbayar atau kemudahan mengakses internet.

Para psikolog perkembangan menyetujui bahwa kognisi ibu memainkan peranan penting dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Studi tentang kognisi ibu ini telah menarik perhatian para peneliti karena memberikan kerangka untuk memahami tindakan orang tua dan proses perkembangan anak (Iswarati 2010; Ribas Jr. dan Bornstein 2005; Huang et al. 2005; Oldershaw 2002; Williams et al. 2000; Williams, Soetjiningsih, Williams 2000). Ibu yang memiliki pengetahuan lebih baik memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan anak dan/atau lebih mungkin untuk berinteraksi dengan cara yang lebih sensitif, yang pada gilirannya akan mendukung perkembangan sosial dan kognitif anak (Goodnow dalam Huang et al. 2005). Oleh sebab itu para peneliti menyarankan memberikan intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pengasuhan anak (Ditctelmiller et al. 1992; Huang et al. 2005; Ribas Jr. & Bornstein 2005; Ertem et al. 2007).

Intervensi yang diberikan dalam penelitian ini berupa pemberdayaan keluarga dalam rangka meningkatkan pengetahuan ibu mengenai perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah. Kegitan pemberdayaan ini termasuk kedalam aspek ajar yang dilakukan di Posyandu dimana program pemberdayaan Bina Keluarga Balita (BKB) tidak berjalan dengan baik. Meningkatnya pengetahuan tersebut di kalangan orangtua khususnya ibu akan menjadi daya atau kekuatan untuk melakukan pengasuhan yang baik bagi anak-anak mereka. Dengan demikian, diperlukan materi dan metode yang tepat agar intervensi dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

Penyusunan materi intervensi pemberdayaan keluarga dilakukan dengan mengacu pada tiga buku pengasuhan populer karya Euis Sunarti (2004; 2005a; 2005b). Buku-buku tersebut selain menyertakan dasar teori juga memberikan contoh praktis untuk diaplikasikan secara langsung. Selain itu materi intervensi disusun dengan mempertimbangkan skor lingkungan pengasuhan yang diperoleh pada saat pengumpulan data awal. Menurut penelitian empiris lingkungan pengasuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya ialah karakteristik ibu,


(30)

13 karakteristik keluarga, dan pengetahuannya. Data lingkungan pengasuhan tersebut merupakan gambaran mengenai praktek pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua di rumah. Dengan demikian materi intervensi selain berisi teori dan contoh, juga disesuaikan dengan kebutuhan peserta.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak (Endline)

Karakteristik Ibu -Umur

-Pendidikan -Pekerjaan

Karakteristik Keluarga -Besar Keluarga -Pendapatan

Perkapita

Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Anak (Baseline)

Lingkungan Pengasuhan Anak

Materi Pemberdayaan Keluarga - Lingkungan Rumah yang Ramah Anak - Kenali Gaya Pengasuhan Anak

- Penilaian Cepat Kualitas Anak - Tantangan yang Menyenangkan I - Tantangan yang Menyenangkan II - Pilihan Kata Penuh Makna

- Gali Kekuatan Cerita

- Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini.

Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Keterangan:

Pengaruh yang diteliti Pengaruh yang tidak diteliti Peubah yang diteliti Peubah yang tidak diteliti


(31)

14

3

METODE

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Control Group Pretest – Posttest (Isaac S & W.B. Michael 1990) yang merupakan modifikasi pemilihan kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan dengan quasi experiment atau eksperimen semu sesuai dengan kerangka contoh yang ditentukan. Menurut Santoso (2007) efek perlakuan dinilai dengan membandingkan nilai (pola) dari sebelum dan sesudah pengujian, yang dilakukan terhadap subjek atau kelompok yang sama.

Tabel 1 Control Group Pretest – Posttest Design

Kelompok Pre-test Intervensi Post-test

Perlakuan T1 X T2

Kontrol T1 - T2

Keterangan: X : Intervensi; T1 : Pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak sebelum intervensi; T2 : Pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak setelah intervensi

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Bogor dengan memanfaatkan program Bina Keluarga Balita (BKB) yang biasanya terintegrasi dengan kegiatan Posyandu. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan aspek teknis, yaitu: 1) program BKB (Bina Keluarga Balita) di wilayah tersebut tidak/ belum terselenggara dengan baik; 2) tersedianya sarana dan prasarana untuk pelaksanaan intervensi pemberdayaan keluarga; 3) ada izin dan dukungan dari tokoh setempat. Tempat penelitian untuk kelompok kontrol (tidak mendapat intervensi pemberdayaan keluarga) yaitu Posyandu Kenanga II RW 05 Kelurahan Curug Kecamatan Bogor Barat dan untuk kelompok perlakuan (mendapat intervensi) yaitu Posyandu Salak I RW 01 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara.

Waktu penelitian dilaksanakan selama setahun sejak bulan Januari hingga Desember 2013 mulai dari persiapan penelitian, pelaksanaan dan laporan penelitian. Persiapan penelitian terdiri dari: 1) penyusunan proposal; 2) penyusunan instrumen penelitian; 3) penyusunan materi/ modul intervensi; 4) penyusunan pre dan post-test; 5) survei pendahuluan; 6) dan uji coba instrumen serta uji coba pelaksanaan intervensi. Pelaksanaan penelitian terdiri dari: 1) pengumpulan data baseline pada kelompok kontrol dan perlakuan; 2) pelaksanaan intervensi pemberdayaan keluarga pada kelompok perlakuan; serta 3) pengumpulan data endline pada kelompok kontrol dan perlakuan. Laporan penelitian terdiri dari: 1) seminar hasil penelitian; 2) sidang akhir tesis; dan 3) publikasi jurnal ilmiah.

Pelaksanaan intervensi pemberdayaan keluarga dilaksanakan selama bulan Juni 2013, setiap hari Rabu (jam 13.00 – 14.30) dan Sabtu (jam 10.00 – 11.30). pemilihan waktu berdasarkan penyesuaian ruangan yang pada hari kerja digunakan untuk kegiatan PAUD dengan kesepakatan bersama peserta intervensi.


(32)

15 Teknik Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah ibu dengan kriteria memiliki anak usia prasekolah (3 – 5 tahun), berbadan sehat/ tidak cacat fisik serta mampu membaca dan menulis. Pemilihan kriteria tersebut dimaksudkan untuk menjaga kualitas intervensi dari pengaruh lain. Besar ukuran contoh di kelompok kontrol dan perlakuan yaitu sebanyak 32 orang, sehingga jumlah keseluruhannya ialah 64 orang. Berikut kerangka penarikan contohnya:

Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh

Intervensi Pemberdayaan Keluarga

Intervensi pemberdayaan keluarga yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengenai peran ekspresif orangtua dengan meningkatkan pengetahuan ibu mengenai perkembangan dan pengasuhan anak. Kegiatan diberikan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, simulasi/ game, dan tanya jawab. Berbagai bentuk ice breaking pun direncanakan sesuai dengan tema. Fungsi ice breaking selain sebagai pemecah suasana juga menjadi pengantar atau penguat materi. Pertemuan kegiatan dilakukan sebanyak delapan kali dengan durasi waktu 90 menit per pertemuan. Setiap pertemuan diberikan pre dan post-test untuk mengetahui peningkatan skornya.

Materi intervensi disusun dan dikembangkan dengan mengacu pada skor lingkungan pengasuhan HOME dan tiga buku pengasuhan populer karya Euis Sunarti, yaitu: 1) Mengasuh dengan Hati (2004); 2) Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini (2005a); dan 3) Menggali Kekuatan Cerita: Panduan Bagi Orangtua dalam Membentuk Karakter Anak Sejak Dini Melalui Cerita (2005b). Materi intervensi dirancang sedemikian rupa sehingga selain meningkatkan pengetahuan peserta juga memperoleh keterampilan dalam menerapkan cara yang efektif dalam pengasuhan (Huang et al. 2005), karena itu bahan presentasi diperkaya dengan berbagai video/ film pendek yang sesuai dengan tema yang

Wilayah Penelitian (Kota Bogor)

Kriteria Contoh: - Ibu memiliki anak

usia prasekolah

- Berbadan sehat/ tidak cacat fisik

- Mampu membaca dan menulis

Purpossive

Kecamatan Bogor Barat

Kelompok Kontrol Posyandu Kenanga II

Kecamatan Bogor Utara

Kelompok Perlakuan Posyandu Salak I Purpossive


(33)

16

diunduh dari Youtube. Materi intervensi terdiri dari: 1) Lingkungan Rumah yang Ramah Anak, 2) Kenali Gaya Pengasuhan Anak, 3) Penilaian Cepat Kualitas Anak, 4) Tantangan yang Menyenangkan I, 5) Tantangan yang Menyenangkan II, 6) Pilihan Kata Penuh Makna, 7) Gali Kekuatan Cerita, dan 8) Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini. Materi diperbanyak dalam bentuk modul untuk memudahkan peserta memahami dan mengulang kembali isi materi di rumah.

Tabel 2 Jadwal Kegiatan Intervensi

Jumlah Waktu Aktivitas

10 menit 05 menit 50 menit 10 menit 10 menit 05 menit

Pembukaan dan Pretest Pemaparan Tujuan Materi Pelatihan Tanya Jawab Evaluasi dan Posttest Penutupan

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan alat bantu kuesioner serta observasi ke setiap tempat tinggal contoh, mengenai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian mencakup: 1) karakteristik individu (usia, pendidikan, pekerjaan); 2) karakteristik keluarga (besar keluarga dan pendapatan); 3) lingkungan pengasuhan; dan 4) pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak. Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi berupa dokumen atau informasi dari instansi terkait atau situs internet yang berhubungan dengan topik penelitian. Seluruh data primer diambil sebelum pelaksaan pemberdayaan dilakukan, kecuali data pengetahuan perkembangan dan pengasuhan diambil dua kali yaitu sebelum (baseline)dan setelah (endline) pemberdayaan keluarga. Tabel 3 Jenis Data

No. Variabel Jenis Data Instrumen

1. Karakteristik ibu:

usia Primer

Ketentuan Peneliti pendidikan Primer

pekerjaan Primer 2. Karakteristik

keluarga:

besar keluarga Primer Ketentuan Peneliti pendapatan Primer

3. Lingkungan Pengasuhan Primer HOME (Caldwel & Bradley 1984)

4. Pengetahuan perkembangan

dan pengasuhan anak Primer

Disusun dan dikembangkan oleh peneliti dengan

mengacu penelitian

Oldershaw (2002) dan Best Start Resource centre (2011)


(34)

17 Uji reliabilitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Instrumen lingkungan pengasuhan HOME usia 3 – 5 tahun (Caldwel & Bradley 1984) telah reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.839. Sedangkan untuk instrumen pengetahuan perkembangan dan pengasuhan dilakukan uji coba kuesioner pada tanggal 28 Mei 2013 terhadap orangtua murid TK Qurrota‘aini Bogor sebanyak 10 orang, reliabilitas yang diperoleh ialah 0.794.

Gambar 3 Kerangka Tahapan Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel versi 2007 dan Statistical Program For Social Science (SPSS) 17.0 for Windows. Analisis data dilakukan secara deskriptif mencakup rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum yang digunakan untuk semua data kuantitatif. Selain itu analisis dilakukan secara statistik inferensial sebagai proses untuk menarik kesimpulan tentang keadaan populasi berdasarkan sampel yang diambil dengan menggunakan metode tata cara tertentu. Hasil pengolahan datanya disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup :

1. Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data

2. Mengumpulkan data, kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Selain itu untuk melengkapi data yang belum lengkap

Pengumpulan Data Akhir

Pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak (endline) Intervensi

Pemberdayaan Keluarga (Setiap pertemuan diberikan

pretest dan posttest) Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Pengumpulan Data Awal

- Karakteristik individu/ibu: usia, pendidikan, pekerjaan - Karakteristik keluarga: besar keluarga, pendapatan - Lingkungan pengasuhan


(35)

18

3. Skoring terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian

- Instrumen HOME terdiri dari 55 item. Satu item tidak disertakan karena dipandang kurang sesuai dengan budaya lokal yaitu item anak dapat memukul ibunya tanpa dibalas dengan pukulan yang sama kerasnya, sehingga jumlah instrumen ini menjadi 54 item. Instrumen ini terdiri dari delapan komponen dengan skor satu (1) untuk jawaban YA, dan nol (0) untuk jawaban TIDAK.

- Instrumen pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah terdiri dari 30 item, yakni nomor 1 – 15 merupakan item mengenai pengetahuan perkembangan anak dan nomor 15 – 30 tentang pengasuhan anak. Instrumen ini disusun dan dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu penelitian Oldershaw (2002) dan Best Start Resource centre (2011), dengan skor satu (1) untuk jawaban SALAH, dan nol (0) untuk jawaban BENAR. Terdapat beberapa item yang jawabannya harus diinverse yaitu nomor 5, 8, 9, 11, 14, 20, 26, 27.

4. Transformasi skor komposit dalam bentuk skala 0 – 100.

5. Kategorisasi terhadap data skor hasil transformasi secara umum dilakukan dengan membagi tiga, yakni: rendah (skor < 33.3%), sedang (skor 33.4% – 66.7%), dan tinggi (skor 66.8% – 100%). Namun untuk kategorisasi lingkungan pengasuhan HOME telah ditetapkan termasuk kategorisasi komponennya.

Tabel 4 Kategorisasi Instrumen HOME

No KOMPONEN SKOR

Rendah Sedang Tinggi 1. Stimulasi Belajar 0 – 2 3 – 9 10 – 11

2. Stimulasi Bahasa 0 – 4 5 – 6 7

3. Lingkungan Fisik 0 – 3 4 – 6 7

4. Kehangatan dan Penerimaan 0 – 3 4 – 5 6 – 7

5. Stimulasi Akademik 0 – 2 3 – 4 5

6. Modeling 0 – 1 2 – 3 4

7. Variasi Stimulasi kepada Anak 0 – 4 5 – 7 8 – 9

8. Hukuman 0 – 2 3 4

Jumlah Skor 0 – 29 30 – 45 46 – 54

6. Analisis dan tabulasi data, meliputi:

- Analisis deskriptif untuk data karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan lingkungan pengasuhan

- Analisis Independent Samples T-Test untuk menguji perbedaan antara kelompok kontrol dan perlakuan

- Analisis Paired Samples T-Test digunakan untuk menguji perbedaan antara baseline dan endline pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak, serta pretest dan posttest materi intervensi

- Analisis uji regresi linier ganda untuk menemukan model regresi yang paling sesuai menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak. Model yang digunakan ialah sebagai berikut:


(36)

19 Tabel 5 Model Persamaan Regresi

Variabel Dependen Model Persamaan Regresi Pengetahuan

Perkembangan dan Pengasuhan

Baseline (Y1)

Model 1: Y1.1 = ɑ + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4+ γ1D1 + ԑ

Model 2: Y1.2 = ɑ + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4+ γ1D1 + ԑ

Model 3: Y1.3 = ɑ + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4+ γ1D1 + ԑ

Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan

Endline (Y2)

Model 4: Y2.1 = ɑ + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4+ γ1D1 + ԑ

Model 5: Y2.2 = ɑ + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4+ γ1D1 + ԑ

Model 6: Y2.3 = ɑ + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4+ γ1D1 + ԑ

Keterangan:

Y1.1 = Pengetahuan Perkembangan Baseline X1 = Umur contoh

Y1.2 = Pengetahuan Pengasuhan Baseline X2 = Pendidikan Contoh

Y1.3 = Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Baseline

X3 = Besar keluarga

X4 = Pendapatan total

Y2.1 = Pengetahuan Perkembangan Endline X5 = Pendapatan perkapita Y2.2 = Pengetahuan Pengasuhan Endline γ1 = Koefisien dummy

Y2.3 = Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan Endline

D1 = Kelompok penelitian

0 = Kontrol

ɑ = konstanta 1 = Perlakuan

ß = koefisien regresi ԑ = galat (error) Definisi Operasional

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dengan mengacu pada penetapan BKKBN, yaitu: keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5 – 6 orang), dan keluarga besar (> 6 orang).

Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan kelompok kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku serta keterampilan keluarga/ orangtua dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak (Sunarti 2011).

Data Baseline adalah informasi yang diperoleh dari instrumen pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak sebelum keseluruhan materi intervensi diberikan.

Data Endline adalah informasi yang diperoleh dari instrumen pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak setelah keseluruhan materi intervensi diberikan.

Fungsi Ekspresif Keluarga berkaitan dengan integrasi atau solidaritas keluarga, hubungan internal keluarga, serta pemenuhan kebutuhan emosional afeksional anggota keluarga, termasuk di dalamnya tugas pengasuhan. Fungsi Instrumental Keluarga berkaitan dengan hubungan keluarga dengan

situasi eksternal, biasanya diemban oleh ayah yang salah satu tugasnya ialah mencari nafkah.


(37)

20

HOME (Home Observation for Measurement of the Environment) adalah instrumen yang menghasilkan penilaian lingkungan yang berjumlah 54 item dan meliputi delapan komponen, yaitu: stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik, modeling, variasi stimulasi kepada anak, dan hukuman.

Intervensi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengubah sesuatu dengan sengaja sesuai tujuan yang dikehendaki.

Karakteristik individu adalah variabel yang terdiri atas ciri-ciri contoh yang diduga berpengaruh terhadap segala perubahan yang terjadi pada pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak meliputi usia contoh, pendidikan contoh, dan pekerjaan contoh.

Karakteristik keluarga adalah variabel yang terdiri atas ciri-ciri keluarga contoh yang diduga berpengaruh terhadap segala perubahan yang terjadi pada pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak yang meliputi besar keluarga dan pendapatan perkapita keluarga.

Kelompok Kontrol adalah contoh penelitian yang tidak mendapatkan intervensi pemberdayaan keluarga.

Kelompok Perlakuan adalah contoh penelitian yang mendapatkan intervensi pemberdayaan keluarga.

Lingkungan pengasuhan anak didefinisikan sebagai keadaan (kondisi, kekuatan) pengasuhan yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak.

Pemberdayaan keluarga adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah.

Pendapatan perkapita adalah pendapatan total setiap bulan yang diterima oleh keluarga kemudian dibagi oleh jumlah anggota keluarga.

Pendidikan contoh adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh contoh.

Pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak didefinisikan sebagai pemahaman orangtua mengenai norma-norma dan tahapan, serta proses perkembangan anak, dan pengetahuan mengenai keterampilan pengasuhan. Perkembangan anak adalah proses perubahan anak secara fisologis dan

psikologis yang terdiri dari perkembangan dimensi fisik, kognitif dan perkembangan dimensi sosioemosional.

Pretest adalah tes yang terdiri dari sejumlah soal yang harus diisi oleh contoh sebelum materi intervensi diberikan

Posttest adalah tes yang terdiri dari sejumlah soal yang harus diisi oleh contoh setelah materi intervensi diberikan

Usia ibu adalah jumlah tahun lengkap sejak ibu lahir hingga saat ulang tahun terakhir. Umur orang tua digolongkan menjadi tiga kategori yaitu 18 – 40 tahun, 41 – 65 tahun, dan > 65 tahun

Usia prasekolah ialah usia dengan rentang 3 – 5 tahun yaitu pada masa anak belum memasuki pendidikan formal.


(38)

21

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kota Bogor adalah sebuah kota di Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini merupakan daerah penyangga ibukota, terletak 54 km sebelah selatan Kota Jakarta. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bogor (BPS 2010), jumlah penduduk Kota Bogor mencapai 949.066 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2,39 persen, di antaranya 484.648 laki-laki dan 464.418 perempuan. Luas wilayah 111,73 km2 dengan rata-rata tingkat kepadatan penduduk 8.494 orang per km2. Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal. Tempat pelaksanaan penelitian ialah Kecamatan Bogor Barat sebagai kelompok kontrol dan Kecamatan Bogor Utara sebagai kelompok perlakuan. Pertimbangan menentukan tempat penelitian tersebut berdasarkan pada tersedianya sarana dan dukungan dari tokoh terkait agar pelaksanaan intervensi dapat terselenggara dengan baik.

Kecamatan Bogor Barat. Luas wilayah Kecamatan Bogor Barat adalah 3.174 Ha. Saat ini Kecamatan Bogor Barat memiliki 16 Kelurahan, 196 Rukun Warga, dan 796 Rukun Tetangga. Pelaksanaan penelitian untuk kelompok kontrol dilaksanakan tepatnya di Posyandu Kenanga II, RW 05, Kelurahan Curug Cideres. Jumlah keluarga yang memiliki anak usia prasekolah (usia 3 – 5 tahun) di wilayah RW 05 sebanyak 32 orang, semuanya terlibat dalam penelitian ini.

Posyandu di wilayah ini belum memiliki tempat khusus untuk melaksanakan kegiatannya. Sejauh ini setiap kali ada kegiatan biasanya menggunakan halaman rumah ketua kader Posyandu. Peralatan dan barang inventaris yang dimiliki masih sederhana berupa beberapa meja dan kursi serta timbangan berat badan dan timbangan dacin. Jumlah kader sebanyak lima orang termasuk ketua yang aktif membantu kegiatan Posyandu.

Kecamatan Bogor Utara. Luas Wilayah Kecamatan Bogor Utara adalah 1.772 Ha dengan 8 Kelurahan, 106 Rukun Warga dan 494 Rukun Tetangga. Kegiatan pemberdayaan keluarga dilaksanakan di Posyandu Salak I, RW 01, kelurahan Tegal Gundil. Jumlah keluarga yang memiliki anak usia prasekolah (usia 3 – 5 tahun) di wilayah RW 01 sebanyak 37 orang, namun yang bersedia mengikuti kegiatan pemberdayaan keluarga sebanyak 32 orang.

Posyandu Salak I menempati sebuah tempat permanen yang dibangun atas sumbangan dan swadaya masyarakat. Selain digunakan kegiatan Posyandu, bangunan ini pun dipakai sebagai tempat kegiatan belajar mengajar Pendidikan Anak Usia Dini pada pagi hingga siang hari, dari hari senin hingga jum‘at. Jika kegiatan Posyandu jatuh pada hari sekolah maka kegiatan belajar PAUD diliburkan. Peralatan inventaris yang dimiliki Posyandu Salak I sudah dilengkapi dengan papan data dan berbagai poster. Jumlah kadernya sebanyak empat orang termasuk dua orang guru PAUD.

Salah satu kegiatan di Posyandu ialah program pemberdayaan Bina keluarga Balita—baik di Posyandu Kenanga II maupun di Posyandu Salak I—program tersebut tidak terselenggara dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak ada kader yang memadai dan bersedia untuk menjadi fasilitator. Kegiatan utama Posyandu yang dilaksanakan setiap bulan ialah penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan balita, pemberian vitamin serta makanan tambahan.


(39)

22

Karakteristik Individu

Umur. Pengkategorian umur dalam penelitian ini mengacu pada Hurlock (1980) yang mengkategorikan usia dewasa menjadi tiga, yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa lanjut (>60 tahun). Data total menunjukkan (Tabel 6) usia ibu sebagian besar termasuk ke dalam kategori dewasa awal (89.05%), sisanya berada pada kategori dewasa madya (10.95%), serta tidak ada ibu di kategori dewasa lanjut. Rentang usia ibu antara 20 hingga 45 tahun dengan rata-rata usia ibu ialah 31.71 tahun. Hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada kategori umur antara kelompok kontrol dan perlakuan.

Usia dewasa awal yang berada pada kisaran 18 – 40 tahun mengindikasikan bahwa ibu berada dalam tahap usia subur, masih memiliki kesempatan untuk menambah anak. Usia ini pun merupakan usia produktif dalam melakukan aktivitas ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan objektif keluarga. Selain itu usia ibu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan. Penelitian Brooks-Gunn, Chase-Lansdale (2002) menunjukkan bahwa ibu yang usianya masih remaja cenderung belum matang dan kurang keibuan.

Pendidikan. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan. Menurut Guharja et al. (1992) orang yang berpendidikan tinggi biasa diidentikkan dengan orang yang memiliki mutu sumberdaya manusia yang tinggi. Pada umumnya mereka juga mendapat upah dan gaji yang relatif tinggi pula dibandingkan dengan orang yang bermutu pendidikan rendah. Saxton (1990) menyatakan bahwa pendidikan berperan penting terhadap tingkat pendapatan keluarga. Selain itu keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan atau tingkat pendidikan yang dicapainya akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola, dan kerangka berpikir, persepsi, pemahaman, dan kepribadiannya (Gunarsa dan Gunarsa 2000). Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kualitas lingkungan pengasuhan (Lugo-Gil, Tamis-Lemonda 2008; Hastuti 2011; Hastuti, Fiernanti, dan Guharja 2011). Dengan demikian, tingkat pendidikan akan menentukan kemampuan untuk mengakses kebutuhan hidupnya serta pengasuhannya dalam keluarga.

Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan meliputi tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP, tidak tamat SMA, tamat SMA, dan Diploma. Tabel 6 menunjukkan hampir dua pertiga dari jumlah total contoh mengenyam pendidikan dasar 9 tahun (minimal tamat SMP) yang merupakan program nasional wajib belajar. Meskipun demikian lebih dari sepertiga total contoh tidak menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Data ini mengindikasikan bahwa pemerintah masih harus menggalakkan program wajib belajar agar masyarakat semakin sadar akan pentingnya pendidikan yang merupakan salah satu tuntutan agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Berdasarkan rataan lama pendidikan, rata-rata contoh di kelompok perlakuan lebih baik daripada kelompok kontrol, selain itu data juga menunjukkan rataan total contoh hampir mencapai sembilan tahun (8.91) dalam menempuh pendidikan formal. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada kategori pendidikan antara kelompok kontrol dan perlakuan (p < 0.05). Diduga hal ini dikarenakan lokasi kelompok perlakuan lebih dekat dengan pusat kota, dimana lingkungan berpengaruh terhadap pola pikir untuk memperoleh pendidikan lebih baik dan lebih maju.


(1)

(2)

59 Lampiran 1 Sebaran Contoh Berdasarkan Kategori Komponen Lingkungan

Pengasuhan pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan

No Komponen Kategori Skor (%)

Kontrol Perlakuan Total 1 Stimulasi Belajar

Rendah 21.9 3.1 12.5

Sedang 78.1 90.6 84.35

Tinggi 0 6.3 3.15

2 Stimulasi Bahasa

Rendah 6.3 3.1 4.7

Sedang 59.4 45.9 52.65

Tinggi 34.4 50.0 42.2

3 Lingkungan Fisik

Rendah 43.8 50.0 46.9

Sedang 43.8 43.8 43.8

Tinggi 12.5 6.3 9.4

4 Kehangatan Dan Penerimaan

Rendah 34.4 18.8 26.6

Sedang 46.9 50.0 48.45

Tinggi 18.8 31.3 25.05

5 Stimulasi Akademik

Rendah 25.0 3.1 14.05

Sedang 59.4 50 54.7

Tinggi 15.6 46.9 31.25

6 Modeling

Rendah 28.1 25.0 26.55

Sedang 71.9 62.5 67.2

Tinggi 0 12.5 6.25

7 Variasi Stimulasi Kepada Anak

Rendah 9.4 12.5 10.95

Sedang 68.8 62.5 65.65

Tinggi 21.9 25.0 23.45

8 Hukuman

Rendah 56.3 31.3 43.8

Sedang 21.9 37.5 29.7

Tinggi 21.9 31.3 26.6

Lampiran 2 Sebaran Contoh Berdasarkan Kategori Pengetahuan Perkembangan dan Pengasuhan pada Kondisi Baseline dan Endline

No. Komponen Kategori Skor (%)

Kontrol Perlakuan Total 1.

Pengetahuan Perkembangan Baseline

Rendah 3.1 3.1 3.1

Sedang 68.8 81.3 75.05

Tinggi 28.1 15.5 21.8

2.

Pengetahuan Perkembangan Endline

Rendah 9.4 0 4.7

Sedang 75.0 28.1 51.55

Tinggi 15.6 71.9 43.75

3.

Pengetahuan Pengasuhan Baseline

Rendah 56.3 46.9 51.6

Sedang 43.8 50 46.9

Tinggi 0 3.1 1.55

4.

Pengetahuan Pengasuhan Endline

Rendah 40.6 6.3 23.45

Sedang 59.4 56.3 57.85


(3)

60

Lampiran 3 Arah Penguatan Komponen Lingkungan Pengasuhan terhadap Materi Intervensi

Komponen Lingkungan Pengasuhan Materi Intervensi

Lingkungan Fisik -Lingkungan Rumah yang Ramah Anak

Stimulasi Bahasa -Pilihan Kata Penuh Makna -Gali Kekuatan Cerita

Kehangatan dan Penerimaan -Tantangan yang Menyenangkan I -Pilihan Kata Penuh Makna

Stimulasi Akademik

-Penilaian Cepat Kualitas Anak -Ajarkan Anak Keterampilan

Hidup Sejak Dini

Variasi Stimulasi

-Gali Kekuatan Cerita -Ajarkan Anak Keterampilan

Hidup Sejak Dini

Hukuman -Kenali Gaya Pengashan Anak

-Tantangan yang Menyenangkan II

Stimulasi Belajar

-Penilaian Cepat Kualitas Anak -Tantangan yang Menyenangkan I -Ajarkan Anak Keterampilan

Hidup Sejak Dini

Modelling

-Kenali Gaya Pengashan Anak -Tantangan yang Menyenangkan I -Tantangan yang Menyenangkan II


(4)

(5)

(6)

63

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandung pada tanggal 01 Oktober 1976, dari bapak Tata Suwanda dan ibu Mimi. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Saat ini telah menikah dan dikaruniai tiga orang anak perempuan.

Pendidikan SD, SKKP, dan SMKK ditempuh penulis di kota Bandung dari tahun 1983 hingga 1995. Pada tahun 1996 – 1998 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Tahun 1999 penulis masuk Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati (IAIN SGD) Bandung Fakultas Ushuluddin dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak (IKA) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Sejak tahun 1995 hingga 2007 penulis berkiprah di dunia pendidikan anak usia dini di Bandung dan Jakarta sebagai pengajar dan pengelola, yaitu di TK-TPA Masjid Raya Cipaganti Bandung, Permata Kids Playschool Jakarta, dan Bianglala Homy School Bandung. Selain itu penulis pun pernah bergabung dengan beberapa organisasi dan lembaga pelatihan, seperti Pembinaan Anak Salman ITB, Institut for Religious and Institutional Studies (IRIS), Baitulmaal Muamalat Bandung, dan Pusdiklat Daarut Tauhiid Bandung. Sejak tahun 2007 penulis tinggal di kota Bogor dan fokus menjadi ibu rumah tangga hingga sekarang disamping memberikan pelatihan untuk para guru.

Selama kuliah di Pascasarjana IPB, penulis memperoleh beasiswa dari Tanoto Foundation pada tahun 2011 – 2012. Selain itu, mendapat beasiswa penelitian tesis dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia pada tahun 2013. Penulis bisa dihubungi melalui alamat email titahasanah@yahoo.com.