Batasan Konsumsi Tempat Tinggal dalam Islam
C. Batasan Konsumsi Tempat Tinggal dalam Islam
Rumah atau tempat tinggal adalah tempat yang bisa melindungi seseorang dari bahaya alam. Di dalamnya ia merasakan privasi dan kebebasan dari berbagai ikatan sosial. Karena itulah, fisik bisa istrirahat dan jiwa pun merasakan ketentraman di sana. Pantaslah bila Allah SWT mengingatkan nikmat ini kepada hamba-hamba Nya.
Artinya: “ dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan
perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).”
Nabi SAW menyukai rumah yang luas. Beliau memasukkannya sebagai salah satu faktor kebahagiaan duniawi. Beliau bersabda: “ Empat faktor
kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih, dan kendaraan yang nyaman.”(HR. Ibnu Haban)
Di samping itu, Nabi SAW juga menganjurkan kebersihan tempat tinggal supaya menjadi bagian dari fenomena Islam sebagai agama kebersihan dan jati diri seorang muslim yang membedakannya dengan penganut agama lain, yang menjadikan kekotoran sebagai sarana pendekatan diri kepada Allah SWT. rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya Allah Maha baik, mencintai kebaikan;
Maha bersih, mencintai kebersihan; Maha Mulia, mencintai kemuliaan; Maha murah, mencintai kedermawanan. Karena itu bersihkanlah halaman dan pekarangan kalian, jangan seperti orang- orang yahudi.”(HR. Turmudzi)
Tidak mengapa bagi seorang menghiasi rumahnya dengan berbagai macam bunga, lukisan, dan ukiran serta perhiasan halal lainnya. Namun demikian, Islam tidak suka kepada sikap berlebihan dalam segala hal. Nabi SAW tidak rela apabila seorang muslim memenuhi rumahnya dengan segala macam simbol kemewahan dan berlebih-lebihan sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-
Qur‟an, atau memajang berbagai karya patung yang diperangi agama tauhid ini dengan berbagai cara.
Karena itulah Islam mengharamkan pemakaian bejana-bejana emas dan perak, sprei, taplak meja atau pun pelana sutra murni, di rumah seorang muslim. Rasulullah SAW mengancam mereka yang melanggarnya dengan ancaman yang berat. Dari Ummu Salamah ra, Imam Muslim meriwayatkan, “ Sesungguhnya
orang yang makan dan minum menggunakan wadah emas dan perak itu, tidak lain laksana me nuangkan api jahannam dalam perutnya.” (HR. Abu Daud)
Hal senada juga dikaatakan Imam Al-Ghazali dalam Bab Syukr di Ihya - nya, “Setiap orang yang menjadikan dirham dan dinar sebagai bejana emas atau dirham, berarti ia telah mengkufuri nikmat. Itu lebih buruk dibanding penimbunan
harta. Karena ornag yang melakukan hal seperti itu sepertinya melecehkan pemerintah dalam menentukan kebijakan moneter Negara. Orang-orang yang melakukannya sangatlah hina. (Karim, 2004: 317)
Selanjutnya, jangan sekali-kali ada orang yang mengira bahwa pengharaman ini berarti mempersempit ruang seorang muslim di rumahnya sendiri. Yang halal lagi baik, masih banyak pilihan di sana. Betapa indahnya bejana-bejana yang terbuat dari marmer, kaca, gelas, keramik, porselin, timah, tembaga, dan berbagai logam lainnya. Betapa indahnya sprei, taplak meja dan bantal-bantal yang terbuat dari kapas, linen, dan bahan-bahan lainnya.
Islam juga mengharamkan patung di dalam rumah seorang muslim. Patung-patung yang berada di rumah itu menjadi sebab larinya malaikat darinya. Padahal malaikat adalah lambang keridhaan dan rahmat Allah SWT. sebagaimana sabda Nabi SAW:
" Malaikat Jibril telah berkata kepadaku : “Sesungguhnya kami tidak akan memasuki suatu rumah yang di dalamnya terdapat gambar (patung) atau
anjing” (HR. Bukhari)
Para ulama mengatakan, “Malaikat tidak mau masuk ke rumah yang ada patungnya karena pemiliknya telah menyerupai orang-orang kafir. Mereka memakai dan mengagungkan gambar-gambar di rumahnya. Karena itulah malaikat tidak senang kepadanya. Mereka enggan masuk ke rumahnya dan lari
darinya.” Islam juga mengharamkan seorang muslim bekerja dalam sector yang berkaitan dengan patung-patung itu, meskipun untuk nonmuslim. Rasulullah SAW bersabda:” Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling berat siksaannya di hari kiamat adalah orang-orang yang membuat patung-patung
ini.” Dalam riwayat lain, “ Orang- orang yang menandingi ciptaan Allah.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah juga memberitakan bahwa,” Orang yang membuat patung pada hari kiamat nanti akan dibebani untuk meniupkan ruh ke dalamnya, padahal ia
tidak akan bisa meniupkannya.”(HR. Bukhari) Dari paparan yang kompleks di atas dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Allah tidak melarang manusia khususnya muslim untuk mempunyai tempat tinggal sendiri bahkan Rasulullah menyuruh manusia untuk menghindari tidak akan bisa meniupkannya.”(HR. Bukhari) Dari paparan yang kompleks di atas dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Allah tidak melarang manusia khususnya muslim untuk mempunyai tempat tinggal sendiri bahkan Rasulullah menyuruh manusia untuk menghindari