Perilaku Konsumen Kontemporer
A. Perilaku Konsumen Kontemporer
Pengaruh paham kapitalisme dalam kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia terindikasi dari berkembangnya modernisasi di era global baik dalam aspek kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi secara massal. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, tidak terlepas dari keikutsertaan Indonesia dalam pasar global. Barang-barang dari luar negeri masuk ke Indonesia, menyokong kebutuhan akan barang-barang yang tidak atau belum bisa diproduksi oleh rumah tangga produksi dalam negeri. Hal ini menyebabkan meningkatnya daya beli masyarakat yang diharapkan diiringi dengan peningkatan kesejahteraan. Adanya kebijakan transfer modal ke daerah maka pertumbuhan dan pembangunan ekonomi pedesaanpun meningkat, meningkatnya pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka mempengaruhi jumlah pengeluaran konsumsi pada rumah tangga masyarakat. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu negara, banyak indikator yang dapat digunakan salah satunya adalah dengan melihat perilaku konsumsi masyarakat.
Perilaku konsumsi bergeser dari perilaku konsumsi yang didominasi kebutuhan survival menuju pengeluaran yang lebih bervariasi. Perubahan pola konsumsi masyarakat sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan, di mana besarnya pendapatan identik dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kapitalisme global mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat di wilayah perkotaan yang didominasi konsumsi non-makanan seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk, begitu juga pola konsumsi di lingkungan pedesaan atau pinggiran yang belum begitu stabil sebagai akibat kemampuan ekonomi masyarakat yang masih rendah.
Perilaku konsumsi pada masa kontemporer atau dewasa ini lebih menekankan aspek pemenuhan keinginan material daripada aspek kebutuhan yang lain. Apalagi di tengah gencarnya iklan-iklan produk di televisi, perilaku konsumsi masyarakat cenderung hanya untuk memenuhi nafsu sesaat atau gengsi belaka, tidak lagi mempedulikan apakah mereka membutuhkan barang tersebut atau tidak. Mereka merasa bangga jika membeli dan menggunakan barang-barang ber-merk yang diiklankan di TV. Jadi, perilaku konsumen yang ada sekarang ini cenderung bersifat konsumsi yang tidak rasional.
Amat sedikit sekali perhatian yang diberikan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan, hakikat dan kualitas barang dan jasa yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan ini dan bagaimana hal itu dapat didistribusikan secara lebih adil kepada semua anggota masyarakat. Bahkan rasionalitas konsumen hanya dipandang dari sisi bagaimana ia memaksimalkan nilai guna dengan usaha yang paling minimal. Hal ini tentu saja menjadikan seluruh mesin produksi diarahkan secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi tujuan ini dengan mengabaikan apakah pemenuhan keinginan ini pada hakikatnya akan meningkatkan kesejahteraan manusia secara hakiki atau bukan.
Akibat dari rasionalitas konsumsi yang lebih mendukung individualisme dan self interest , maka keseimbangan umum tidak dapat dicapai. Yang terjadi adalah munculnya berbagai ketimpangan dalam berbagai persoalan sosioekonomi. Untuk itu perlu menginjeksikan nilai-nilai ( values ) dalam sektor konsumsi sehingga tidak membahayakan bagi keselamatan manusia itu sendiri.
Menurut Lubis (dalam Lina & Rasyid, 1997) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai perilaku membeli atau memakai yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Adapun pengertian konsumtif, menurut Yayasan Lembaga Konsumen (YLK), yaitu batasan tentang perilaku konsumtif yaitu sebagai kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas. Definisi konsep perilaku konsumtif sebenarnya amat variatif. Tapi Menurut Lubis (dalam Lina & Rasyid, 1997) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai perilaku membeli atau memakai yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Adapun pengertian konsumtif, menurut Yayasan Lembaga Konsumen (YLK), yaitu batasan tentang perilaku konsumtif yaitu sebagai kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas. Definisi konsep perilaku konsumtif sebenarnya amat variatif. Tapi
Istilah konsumtif biasanya digunakan pada masalah yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam kehidupannya. Dewasa ini salah satu gaya hidup konsumen yang cenderung terjadi di dalam masyarakat adalah gaya hidup yang menganggap materi sebagai sesuatu yang bisa mendatangkan kepuasan. Gaya hidup seperti ini dapat menimbulkan adanya gejala komsumtivisme, sedangkan konsumtivisme untuk membeli barang yang kurang atau tidak diperlukan.