Perilaku Konsumen Kontemporer dalam Perspektif Islam

B. Perilaku Konsumen Kontemporer dalam Perspektif Islam

Islam memberikan konsep adanya an-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa yang tenang ini tentu saja tidak berarti jiwa yang mengabaikan tuntutan aspek material dari kehidupan. Tentu saja ia tetap memerlukan semua kebutuhan fisiologis jasmani termasuk juga kenyamanan-kenyamanan ( comforts ). Tetapi pemuasan kebutuhan harus dibarengi dengan adanya keharmonisan hubungan antar sesama manusia dalam sebuah masyarakat. Di sinilah perlu diinjeksikan sikap hidup peduli kepada nasib orang lain yang dalam bahasa Al- Qur‟an dikatakan “ al-iitsar ”. Sikap ini tentu akan meniadakan berbagai varian dari perilaku konsumsi materialistis seperti conspicuous consumption . Konsumsi model ini secara agama tidak mendapatkan dasar pijakan dan secara ekonomi berbahaya karena hanya menguras devisa Negara dan secara sosial merenggangkan keharmonisan hidup bermasyarakat. (Abidin Basri, 2002: 62).

Setidaknya ada tiga nilai dasar yang seharusnya menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim :

Pertama, Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, nilai ini mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan future consumption (karena terdapat Pertama, Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, nilai ini mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan future consumption (karena terdapat

Kedua, Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan kebenaran dapat dicapai dengan perilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri dari kejahatan.

Ketiga, Kedudukan harta merupakan anugerah Allah dan bukan sesuatu yang dengan sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar.

Dari ketiga nilai dasar tersebut di atas telah jelas bahwa perilaku konsumsi konsumen muslim seharusnya memperhatikan prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam dan juga nilai-nilai dasar yang menjadi patokan bagi konsumen muslim dalam mengonsumsi makanan maupun barang.

Konsumsi makanan merupakan kebutuhan yang juga mendukung untuk melindungi jiwa atau nyawa seseorang, namun hal tersebut tentulah harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan dalam Islam, bahwa ada lima prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang konsumen terutama konsumen muslim sebelum mengonsumsi makanan.

Untuk seorang muslimah, Islam mengharamkan perempuan mengenakan pakaian yang ketat dan transparan. Termasuk dalam hal ini adalah pakaian yang menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Terutama bagian tubuh yang menggoda kaum Adam, diantaranya payudara, pusar, pantat dan sebagainya. Dari penjelasan sebelumnya, terdapat hadits yang menjelaskan bahwa Rasullullah SAW berkata ada dua golongan manusia yang akan masuk neraka, golongan pertama adalah kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi untuk mencambuk Untuk seorang muslimah, Islam mengharamkan perempuan mengenakan pakaian yang ketat dan transparan. Termasuk dalam hal ini adalah pakaian yang menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Terutama bagian tubuh yang menggoda kaum Adam, diantaranya payudara, pusar, pantat dan sebagainya. Dari penjelasan sebelumnya, terdapat hadits yang menjelaskan bahwa Rasullullah SAW berkata ada dua golongan manusia yang akan masuk neraka, golongan pertama adalah kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi untuk mencambuk

Masih terkait dengan pakaian, tak lepas juga terdapat pembahasan mengenai perhiasan yang dipakai ataupun dikenakan oleh konsumen muslim dan muslimah. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Islam tidak melarang umatnya khususnya kaum hawa untuk berhias dan menggunakan perhiasan. Perhiasan seperti cincin emas, kalung emas, bolpoin emas, korek api emas, gigi emas dan sebagainya sering kali terlihat dipakai oleh orang-orang terutama kaum hawa dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut tidaklah salah apabila tidak dalam kadar yang berlebihan apalagi mengundang kecemburuan sosial sesama muslim. Sebaliknya untuk kaum laki-laki, Rasulullah hanya membolehkan seorang laki-laki mengenakan perak saja, baik berupa cincin maupun jam.

Tentunya hal-hal tersebut harus menjadi perhatian setiap individu muslim, terutama yang mempunyai anak, sepupu maupun keponakan perempuan untuk lebih memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh perempuan muslimah semestinya. Begitupun dengan pemerintah ataupun negara ini hendaknya bisa memberikan suatu Peraturan yang sedikit lebih menekankan tentang standar pakaian yang dikenakan oleh perempuan, khususnya perempuan muslim dan hendaknya sedikit memperhatikan untuk barang impor pakaian yang kebanyakan mengadopsi budaya barat.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, Al-Ghazali dan Al- Syatibi mengatakan bahwa kebutuhan utama dan yang paling mendasar adalah kebutuhan aruriyah yang meliputi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

Meskipun belum didapati sebuah negara Muslim yang menerapkan ekonomi Islam sepenuhnya berdasarkan ajaran al- Qur‟an, al-hadits, ajaran para sahabat, dan ijtihad para ulama, tetapi dalam kehidupan sehari-hari manusia dapat merasakan perbedaan perilaku konsumsi antara masyarakat yang memegang teguh keimanan dan ketaqwaan dengan yang tidak. Ketika seorang konsumen muslim yang beriman dan bertaqwa mendapatkan penghasilan rutinnya, baik mingguan, bulanan, atau tahunan, dia tidak berfikir pendapatan, yang diraihnya itu dihabiskan semuanya, hanya untuk dirinya sendiri, tetapi karena keimanan dan ketaqwaanya itu dan atas kesadarannya bahwa hidup semata untuk mencapai ridha Allah SWT., dia berpikir sinergis. Harta yang dihasilkannnya dimanfaatkan untuk kebutuhan individual, keluarga dan sebagian lagi dibelanjakan di jalan Allah SWT. (fisabilillah) . Setiap pergerakan dirinya, yang berbentuk belanja sehari-hari , tidak lain adalah manifestasi dzikir dirinya atas nama Allah SWT. Dengan demikian dia memilih jalan yang dibatasi Allah SWT. dengan tidak mimilih barang haram, tidak kikir serta tidak tamak supaya hidupnya selamat baik dunia maupun akhirat.

Sesungguhnya Islam tidak mempersulit jalan hidup seseorang konsumen. Jika seseorang mendapatkan penghasilan dan setelah dihitung dan hanya mampu memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya saja, maka tak ada keharusan untuk membelanjakan untuk konsumsi sosial. Sedangkan apabila pendapatannya melebihi konsumsi tidak ada alasan baginya untuk tidak mengeluarkan kebutuhan konsumsi sosial. (Wigati, 2011: 35)

Pendapatan dan penghasilan yang diperoleh dengan cara yang halal akan digunakan untuk menutupi kebutuhan individu dan keluarga dengan jalan yang halal pula, yang secara langsung menguntungkan pasar mulai dari produsen hingga pedagang. Setiap uang yang dibelanjakan konsumen menjadi revenue bagi Pendapatan dan penghasilan yang diperoleh dengan cara yang halal akan digunakan untuk menutupi kebutuhan individu dan keluarga dengan jalan yang halal pula, yang secara langsung menguntungkan pasar mulai dari produsen hingga pedagang. Setiap uang yang dibelanjakan konsumen menjadi revenue bagi

Dalam perspektif ekonomi Islam ada penyeimbang dalam kehidupannya, yang tidak ditemukan dalam ekonomi konvensional. Penyeimbang dalam ekonomi Islam ini dipaparkan secara jelas dan berulang-ulang dalam al- Qur‟an agar menyalurkan sebagian hartanya dalam bentuk zakat, sedekah, dan infaq. Hal tersebut mengandung ajaran bahwa umat Islam merupakan mata rantai yang kokoh dengan umat Islam yang lain. Dengan kata lain ada solidaritas antara umat yang mampu secara ekonomi terhadap umat muslim yang fakir dan miskin.

Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan pada keadilan distribusi. Keadilan konsumsi adalah di mana seorang konsumen membelanjakan penghasilannya untuk kebutuhan materi dan kebutuhan sosial. Kebutuhan materi dipergunakan untuk kehidupan duniawi individu dan keluarga. Konsumsi sosial dipergunakan untuk kepentingan akhirat nanti yang berupa zakat, infaq, dan shadaqah . Dengan kata lain konsumen muslim akan membelanjakan pendapannya untuk duniawi dan ukhrawi. Di sinilah muara keunikan konsumen muslim yang mengalokasikan pendapatannya yang halal untuk zakat sebesar 2,5 % , kemudian baru mengalokasikan dana lainnya pada pos konsumsi yang lain. Baik berupa konsumsi individu maupun konsumsi sosial yang lainnya.

Dalam Ekonomi Islam kepuasan konsumen bergantung pada nilai-nilai agama yang dia terapkan pada rutinitas kegiatannya yang tercermin pada uang yang dibelanjakannya. Ajaran agama yang dijalankan baik menghindarkan Dalam Ekonomi Islam kepuasan konsumen bergantung pada nilai-nilai agama yang dia terapkan pada rutinitas kegiatannya yang tercermin pada uang yang dibelanjakannya. Ajaran agama yang dijalankan baik menghindarkan

Selain karena keseimbangan konsumsi maka di antara pendapatan konsumen merupakan hak-hak Allah SWT. terhadap para hamba-Nya yang kaya dalam harta mereka. Yakni dalam bentuk zakat-zakat wajib, diikuti sedekah dan infak. Semua konsumsi itu dapat membersihkan harta dari segala noda syubhat dan dapat mensucikan hati dari berbagai penyakit yang menyelimutinya seperti rasa kikir, tak mau mengalah dan egois. Harta tidak akan berkurang karena sedekah. Harta tidak akan hilang karena membayar zakat baik di darat maupun lautan. Sebaliknya, setiap kali satu kaum menolak membayar zakat, pasti hujan akan bertahan dari langit. Kalau bukan karena binatang, hujan pasti tidak akan turun.

Dengan demikian, prinsip keadilan dan kemurahan hati dalam mengonsumsi yang telah dijelaskan sebelumnya oleh MA. Manan dapat terwujud. Selanjutnya juga prinsip konsumsi yang telah dijelaskan Yusuf Qardhawi sebelumnya dapat diterapkan ke semua penduduk di seluruh Indonesia. Selain itu juga kemaslahatan dalam memenuhi kebutuhan aruriyah, hajjiyah dan tahsinyah yang telah dipaparkan sebelumnya juga dapat dirasakan oleh umat manusia khususnya umat muslim.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Al-Ghazali, 1980. Al- Arba‟in fi Ushul al -Din . Kairo: maktabah al-tijariyah

Al-Haritsi, Jaribah. 2008. Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab . Jakarta: Khalifa.

Athiyyah, Muhyiddin. 2009. Kamus Ekonomi Islam . Surakarta: Ziyad Visi Media.

Bakri, Asafri Jaya. 1996. Konsep Maqashid Syari‟ah menurut Al -Syatibi . Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Baudrillard, Jean. 1970. Economics Theory . www.id.shvoong.com/social- sciences/economics/2174756-konsumen-dan- pengertian - konsumsi/#ixzz2tvHiV7iS diakses tanggal 13 Februari 2014 pukul 08.00 wib)

Damsar et al , 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

------------, 2013. Pengantar Sosiologi Ekonomi edisi Revisi . Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari‟ah. 2010. Pedoman dan

Tata Cara Pemotongan Hewan Secara Halal. Jakarta: KEMENAG RI.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Euis, Amalia dan Al-Arif M. Nur Rianto, 2010. Teori Mikro Ekonomi Konvensional vs Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hakim, Abdul. 2011. Keterkaitan Konsumsi Dan Produksi Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hamid, Abu. 1980. Ihya „Ulum al -Din . Beirut: Dar al-Nadwah.

Hoetoro, Arif. 2007. Ekonomi Islam Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi. Malang: BPFE (Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya).

Huda, Nurul et. al. 2009. Ekonomi Makro Islami Pendekatan Teoritis . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ibnu Hasyim, Hamdan. 2004. Sunnah-Sunnah Pilihan Makanan dan Minuman serta Hewan Qurban Sembelihan. Bandung: Angkasa.

IDKF, 2011. Teori Konsumsi. www. akupunmenulis. wordpress. com/2009 /07/22/ produksi- konsumsi- distribusi-dan- ekonomi- kerakyatan/ diakses tanggal 24 November 2011 pukul 20.30 wib).

Indarini. 2009. Produksi, Konsumsi, dan Distribusi . www. akupunmenulis. wordpress. com/2009 /07/22/ produksi- konsumsi- distribusi-dan- ekonomi- kerakyatan/ diakses tanggal 24 November 2011 pukul 20.30 wib).

Bin Muhammad Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad dan Jalaluddin Abdirrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Diterjemahkan oleh Najib Junaidi. 2011. Surabaya: Elba Fitrah Mandiri Sejahtera.

Karim, Adiwarman Azwar. 2004. Ilmu Ekonomi Mikro Islam . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

------------, 2008. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Koto, Alaiddin. 2004. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Listiawati, 2012. Prinsip Dasar Ekonomi Islam . Palembang: Rafah Press

Mahmud, Syamsuddin. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Dan Koperasi . Banda Aceh: PT. Intermasa.

Manan, Muhammad Abdul. 2012. Hukum Ekonomi Syari‟ah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mangkunegara, 2002. http://soft skill perilaku konsumen.blogspot. com /2010/10/ pengertian- perilaku-konsumen.html/ diakses tanggal 20 Februari 2014 pukul 10.00 wib

Mardani, 2011. Ayat- Ayat dan Hadis Ekonomi Syari‟ah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Misanam, Munrokhim et al . 2008. Ekonomi Islam . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

------------, 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam:Pendekatan Kuantitatif . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. ------------, 2007. Ekonomi Mikro Islami . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Muhammad, 2005. Ekonomi Mikro Islam . Yogyakarta: Graha Ilmu.

------------, 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Munandar, 2001. http://kangaminblog. blogspot. com /2013 /04/ teori- konsumsi- konvensional-vs-islam.html/ diakses tanggal 20 Februari 2014 pukul

10.00 wib.

Narbuko, 2007. Metodologi Penelitian . Jakarta: Bina Ilmu.

Nasution, Mustafa Edwin et al . 2012. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Oxlay, 2011. Kosumen dan Pengertian Konsumsi. www.id.shvoong.com/social- sciences/economics/2174756-konsumen-dan-pengertian-konsumsi/# tanggal 24 November 2011 Pukul 21.00 wib).

Prasetijo, 2005. Teori Pola Konsumsi. www/openhiey. wordpress.com /2009/08/09/ mini-skripsi-metopel/).

Pujiono, Arif. 2006. Teori Konsumsi Islami . www.slideshare.net/BrajaMas/faktor- yang-mempengaruhi-tingkat-konsumsi tanggal 19 November 2011 pukul

07.00 wib).

Qardhawi, Yusuf. 2003. Halal Haram dalam Islam . Surakarta: Era Intermedia.

Rangkuti, 2002. www. ekonomi konvensional dan ekonomiislam. blogspot.com/ 2011/10/ pengertian-

Rasyid & Lina, 2001. Konsumsi.html/ diakses tanggal 20 Februari 2014 pukul

10.00 wib

Republika.co.id, Jakarta.

Rivai, Veithzal. 2009. Islamic Economic Ekonomi Syar i‟ah Bukan Opsi, Tetapi Solusi . Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Romli SA, 2010. Konsep Maslahat dan Kedudukannya dalam Pembinaan Tasyri‟. Palembang: Rafah Press

Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Setiadi, Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shihab, Quraish. 2006. Tafsir Al-Mishbah . Jakarta: Lentera Hati.

Sujana dan Sigit, 2007. Kamus Besar Ekonomi . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Sudarsono, Heri. 2007. Konsep Ekonomi Islam suatu Pengantar . Yogyakarta: Ekonisia (Kampus Fakultas Ekonomi UII).

Suheri, 2011. Prinsip-Prinsip Konsumsi Islami. suherilbs.wordpress.com/ekonomi-mikro/ekonomi-makro/ tanggal 20

November 2011 pukul 10.00 wib). Suyitno, 2008. Studi Ilmu-Ilmu Hadits . Palembang: IAIN Raden Fatah Press.

Tim Pustaka Phoenix, 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Media Pustaka Phoenix.

Wigati, Sri. 2011. Perilaku Konsumen Islami . Surabaya.

Yasyin, 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Zarqa, Mustafa Anas. 1989. Islamic Economic: an Approach to Human Welfare, dalam Aidit Ghazali dan Syeh Omar, Readings in The Concept and Metodology Economics . Selangor Darul Ehsan: Pelanduk Publication.

-----------, 1989. Islamic Economic: an Approach to Human Welfare, dalam Khursid Ahmad, Studies in Islamic Economics . Leicester: The Islamic Foundation.

Sumber Internet

http://Abdul Mukhyi. blogspot. com /2012/06/ teori- konsumsi- dalam- ekonomi- islam.html.

http://ekonomikonvensional

islam. blogspot.com /2011/10/pengertian-konsumsi.html

dan

ekonomi

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2174756-konsumen-dan- pengertian -konsumsi/#ixzz2tvHiV7iS http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumsi http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2174756-konsumen-dan- pengertian -konsumsi/#ixzz2tvHiV7iS http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumsi http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen

http://kangamin blog. blogspot.com /2013/04/ teori- konsumsi- konvensional- vs- islam.html

http://lppm. universitas azzahra.ac.id/ teori- perilaku- konsumen- dalam- perspektif-ilmu-ekonomi-islam/.

http://migtiza.blogspot.com/2013/05/pola-makan-sehat-ala-rasulullah-saw.html

http://soft skill perilaku konsumen. blogspot.com /2010/10/ pengertian- perilaku- konsumen.html

http://Sulistiawati Rini. blogspot.com /2012/06/ teori- konsumsi- dalam-ekonomi- islam.html.

http://syafaat muhari. wordpress. com /2011 / 09 /05/ teori- konsumsi- perspektif- konvensional- dan- ekonomi- islam/