CATATAN PERKARA

CATATAN PERKARA

Pajak Penerangan Jalan Beratkan Pengusaha

Oleh: Nur Rosihin Ana

Kontribusi penerangan jalan oleh swasta dikenai pajak. Kinerja lini produksi perusahaan menjadi terhambat. Akibat beban pajak yang ditanggung pengusaha kian meningkat.

industri. Namun, di sisi yang lain, peran P beranggotakan pengusaha dan atau panel hakim yang terdiri dari tiga

emerintah melalui PT Santoso Sukamdani, M.M. (Ketua WIB. Setelah permohonan dinilai Perusahaan Listrik Negara

lengkap, Kepaniteraan MK meregistrasi (PLN) tidak mampu (Sekretaris Umum APINDO).

Umum APINDO) dan Sanny Iskandar

permohonan ini dengan Nomor 80/ menyediakan pasokan

APINDO (Pemohon) merupakan PUU-XV/2017 pada 5 Oktober 2017. listrik yang memadai bagi

badan hukum perkumpulan yang

MK juga menerbitkan surat ketetapan

pengusaha mengurangi beban negara perusahaan yang berdomisili di Hakim Konstitusi, yakni Saldi Isra dalam menyediakan pasokan “listrik” Indonesia. Kegiatan yang ditangani

(ketua panel), didampingi dua anggota malah dibebankan pajak penerangan

panel Suhartoyo, dan Maria Farida jalan.

APINDO meliputi dunia usaha dalam arti

Indrati. Panel hakim menggelar sidang Pajak penerangan jalan dikenakan

yang luas, investasi, dan secara khusus

perdana untuk memeriksa perkara dalam cakupan yang sangat luas, baik itu

menangani bidang ketenagakerjaan

ini pada Selasa, 17 Oktober 2017, yang dipergunakan untuk kepentingan

dalam rangka mewujudkan iklim usaha

bertempat di Ruang Sidang lt. 2 produksi maupun nonproduksi, baik

yang kondusif dan kompetitif.

Adapun tujuan APINDO adalah Gedung MK RI, Jl. Medan Merdeka tenaga listrik yang dihasilkan sendiri untuk memperjuangkan kepentingan

Barat No. 6, Jakarta Pusat. maupun yang diperoleh dari sumber anggotanya (members interests lain. Padahal, listrik untuk kepentingan

advocacy). Sebagai suatu badan hukum

Penggunaan Listrik

produksi merupakan bagian yang perkumpulan, APINDO menempatkan Menurut APINDO, Pasal 1 angka tidak terpisahkan dari proses produksi

28, Pasal 52 ayat (1), dan Pasal 52 ayat yang menghasilkan produk akhir yang

diri pada posisi antara (intermediate

(2) UU PDRD mengatur pengenaan nantinya akan berkonsekuensi pada menghubungkan kepentingan ideal

structure), sebagai jembatan yang

pajak penerangan jalan untuk semua pengenaan pajak lainnya. Secara negara (state) dengan kepentingan

penggunaan “tenaga listrik, baik yang faktual, pengenaan pajak penerangan

dihasilkan sendiri meliputi seluruh jalan paling tinggi sebesar 1,5% telah

anggotanya.

pembangkit listrik”. Ketentuan tersebut mengingkari kontribusi atau investasi

Serangkaian upaya advokasi yang

merugikan hak konstitusional APINDO, pengusaha dalam meningkatkan daya

telah dilakukan APINDO yaitu sebagai

yaitu tidak memberikan jaminan saing daerah.

Pemohon pengujian undang-undang di

kepastian hukum yang adil (legal Begitulah dalil permohonan berbagai perkara konstitusi, Pemohon

Mahkamah Konstitusi (MK). Di dalam

certainty) dan mengingkari ketentuan pengujian Pasal 1 angka 28, Pasal 52

Pasal 28D Ayat (1) UUD 1945. ayat (1), Pasal 52 ayat (2), Pasal 55 didengar keterangannya di dalam

memiliki kedudukan hukum dan telah

Seharusnya Pemerintah ayat (2), dan Pasal 55 ayat (3) Undang- persidangan.

mengapresiasi keberadaan APINDO Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

APINDO memberikan kuasa dalam menyediakan pasokan “listrik”. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kepada Konsultan Hukum/Advokat

Namun bukannya mengapresiasi, (UU PDRD) terhadap Undang-Undang

Pemerintah malah membebankan Dasar Negara Republik Indonesia Partners untuk bertindak atas nama

pada kantor hukum Refly Harun &

pajak penerangan jalan. Selain itu, Tahun 1945 (UUD 1945). Permohonan

terminologi pajak penerangan jalan ini diajukan oleh Asosiasi Pengusaha UU PDRD. Permohonan diserahkan

APINDO dalam pengujian materi

sebagaimana diatur dalam Pasal Indonesia (APINDO), yang dalam hal ke MK oleh Muh. Salman Darwis

1 angka 28 tidak sejalan dengan ini diwakili oleh Ir. Hariyadi Budi pada 3 Oktober 2017 pukul 13.51

filosofi pajak penerangan jalan yang

36 Nomor 128 • Oktober 2017

Nomor 128 • Oktober 2017 37

seharusnya terbatas hanya untuk penggunaan listrik yang dihasilkan oleh negara yang digunakan untuk kepentingan nonproduksi, dan tidak dalam cakupan listrik yang dihasilkan oleh perusahaan untuk kepentingan proses produksinya.

Secara faktual negara melalui PT PLN belum mampu mengusahakan terpenuhinya kebutuhan tenaga listrik untuk kepentingan industri. Oleh karena itu, langkah APINDO yang membangkit listrik secara mandiri seharusnya mendapatkan apresiasi atau insentif oleh pemerintah dengan cara meniadakan pengenaan pajak penerangan jalan, bukan malah dibebankan pajak penerangan jalan.

Menurut APINDO, terminologi pajak penerangan jalan sebagaimana

diatur dalam Pasal 1 angka 28 UU PDRD bertentangan dengan filosofi pajak penerangan jalan yang menempatkan pemerintah sebagai penyedia pasokan listrik, tidak malah membebankannya kepada Pemohon yang kemudian dikenakan pajak penerangan jalan. Terminologi pengenaan pajak penerangan jalan yang benar tidak diformulasikan dalam cakupan yang sangat luas, melainkan terbatas pada penggunaan listrik yang dihasilkan oleh negara melalui PT PLN. Hal ini sebagaimana pengaturan pajak penerangan jalan dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menyatakan, “Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan

tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah”.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157