Booming Lukisan

1. Booming Lukisan

Menurut Satriana Didiek Isnanta, staff pengajar Seni Rupa Murni, ISI Surakarta, booming lukisan terjadi pertama kali pada tahun 1987, disusul tahun 1997, dan puncaknya adalah tahun 2007. Melihat angka tahunnya, terlihat seperti sebuah siklus yang berulang, meskipun masing-masing berbeda karakter ‘booming’ yang menandainya.

5. Wawancara dengan Bambang Heras, Seniman Lukis Jogjakarta, di Bentara Budaya Yogyakarta, 25 Oktober 2013

Lempar Konsep Sembunyi Tangan (Relasi Kreatif Artis dan Artisan)

Berbarengan gelombang pasang ekonomi di kawasan Asia, ‘Om Yo’: seorang kolektor lukisan, memamerkan dan menjual lukisan koleksinya sepulang dari Amerika. Ia menyimpan karya Sudjojono, Hendra Gunawan dan Lee Man Fong dan karya-karya bagus lainnya, yang akhirnya laku dengan harga tinggi. Kedekatannya dengan para konglomerat berhasil membuatnya bisa menggandeng mereka, seperti Liem Sio Liong, Mokhtar Riady, Sudwikatmono, dll. Inilah saat permulaan boom seni lukis tahun 1987 meledak di Indonesia, menurut

Oei Hong Djien 6 .

Ledakan kedua pasar seni lukis terjadi pada saat negara ini mengalami krisis ekonomi yang ditandai dengan ambruknya sejumlah bank swasta, anjloknya apresiasi rupiah terhadap US Dollar dan terhentinya roda industri di sektor riil. Hal ini membawa dampak terjadi pengalihan kapital ke luar negeri dan pengalihan investasi di sektor lain, terutama

pada benda seni 7 . Para kolektor Indonesia merajai acara-acara lelang yang

diselenggarakan oleh Balai Lelang Sotheby’s dan Christie’s di luar negeri. Omset kedua balai itu pernah ditaksir SGD 1,5 milliar setahun, separuh dari jumlah itu disumbangkan oleh para kolektor lukisan dari Indonesia. Jumlahnya diperkirakan senilai 7,5 milliar rupiah di tengah krisis ekonomi di dalam negeri. 8

Booming lukisan pada tahun ‘07 ditandai dengan meroketnya harga lukisan, seperti karya Nyoman Masriadi seharga 2,2 M dan karya Agus

Suwage seharga 710 Juta. Seniman lain seperti Budi Kustarto, Sapto

6. Oei Hong Djien. Kolektor Banyak Yang Ikut-ikutan, dalam Aspek-aspek Seni Visual Indonesia: Paradigma dan Pasar, Yayasan Seni Cemeti, Yogyakarta, 2002, hlm. 173.

7. Satriana Didiek Isnanta. Boom Seni Lukis: Siapa Yang Diuntungkan?, dalam Jurnal Seni Rupa ISI Vol 6, No 2, 2010, hlm. 282.

8. Hendro Wiyanto. Prolog : Seni Rupa, Paradigma dan Pasar, dalam Aspek-aspek Seni Visual Indonesia: Paradigma dan Pasar, Yayasan Seni Cemeti, Yogyakarta, 2002, hlm. 8.

Ida Fitri

Sugiyo Utomo, Didik Nurhadi, dan Putu Sutawijaya adalah nama-nama yang karya lukisannya ikut meledak dalam harga. 9

Dari boom lukisan yang pernah terjadi ini membawa perubahan signiikan terhadap dunia seni di Indonesia dan tentu saja Yogyakarta.

Angka-angka yang dramatis itu menjadi fenomena tersendiri, di mana karya seni tak hanya dinilai muatan estetisnya tapi juga nominalnya di pasar. Semakin jelas kemudian, belakangan ini, sejak pemilik dana menganggap benda seni sebagai investasi alternatif selain saham, obligasi dan deposito, benda seni telah bertransformasi menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan tak sekadar barang yang memiliki nilai estetika. 10

Sejak itu pula karya seni telah tunduk pada hukum perdagangan, munculnya supply karena demand. Masyarakat seni rupa dituntut

menjadi penyedia karya seni lukis dengan kuantitas yang meningkat tajam daripada masa-masa sebelumnya. Permintaan yang meningkat secara otomatis memicu penyelenggaraan pameran yang makin banyak. Galeri-galeri seni yang baru kemudian dibuka untuk memberikan ruang yang lebih luas dan variatif bagi karya-karya seni untuk digelar dan dipamerkan.

Tercatat pada tahun 1987, dengan mengambil contoh kota Jakarta, 116 pameran diselenggarakan, dengan kenaikan 40% dari jumlah pameran

di tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 1998, sekitar 4.000 lukisan terbeli di ruang pamer resmi. Dan di puncak booming tahun 2007, 110 pameran diselenggarakan di 35 galeri di berbagai kota dengan men- display 3500 lukisan dengan sejumlah 2.200 lukisan bertransaksi. 11

Suasana yang menggairahkan membawa artis-artis yang menerima banyak permintaan pameran terbentur pada tenggat-tenggat waktu yang mesti dipatuhi. Karya-karya dengan jumlah tertentu harus

9. Satriana Didiek Isnanta, op.cit. hlm. 283. 10. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/08/05/1041500/Benda.Seni.Instrumen.

Investasi.Alternatif.yang.Kian.Menggeliat , diunduh pada hari Kamis, 17 Oktober 2013 11. Satriana Didiek Isnanta, op.cit . hlm. 283.

Lempar Konsep Sembunyi Tangan (Relasi Kreatif Artis dan Artisan)

bisa diselesaikan tepat waktu sebelum pameran. Pada saat genting inilah seorang artis memerlukan keterlibatan artisan yang membantu menyelesaikan seluruh karya.

Kadar keterlibatan artisan bisa variatif, sesuai dengan kadar kepercayaan artis kepada artisannya. Beberapa artis masih turun

tangan dalam pembuatan karya. Beberapa lainnya sekedar turun tangan dalam membuat prototipe sebelum mewujudkannya dalam dimensi yang riil seperti dalam konsep. Beberapa bahkan hanya memproduksi konsep, sentuhan secara isik hanya diberikannya pada saat inishing touch atau tanda tangan.