Pengamalan (Aktualisasi) Nilai-Nilai Pembentuk Karakter di SMA

4. Pengamalan (Aktualisasi) Nilai-Nilai Pembentuk Karakter di SMA

Muhammadiyah 1 dan MA Muallimin Yogakarta

Di SMA Muhammadiyah 1 dan Muallimin mempunyai latar belakang sama yakni sekolah Islam dengan naungan organisasi Muhammadiyah tentunya menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai dasarnya. Kemudian dalam hal sarana dan prasarana pembelajaran dikedua sekolah ini telah baik, namun yang berbeda adalah lingkungan budayanya. Di Muallimin siswa semuanya adalah laki-laki dengan sistem asrama dan mempunyai peraturan yang cukup ketat jika dibandingkan dengan SMA Muhammadiyah 1 didalamnya terdapat siswa putra

commit to user

lingkungan tentunya akan menentukan hasil yang dicapai. Muallimin mempunyai banyak waktu untuk membimbing siswa dalam menanamkan nilai-nilai karakter dengan dukungan lingkungan yang lebih terkondisikan dengan adanya asrama siswa dan bimbingan hampir 24 jam dari guru di madrasah dan dari musyrif yang membimbing di asrama. Sementara SMA Muhammadiyah 1 yang hanya mempunyai waktu sekitar 8 jam sampai dengan 10 jam selebihnya siswa dikontrol oleh orang tua.

Karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan.

Bangsa Indonesia akan disegani oleh pihak luar apabila terwujud penghayatan dan pengamalan esensi ajaran Islam yang serasi dengan Pancasila secara utuh. Hal itu perlu dimulai adanya perubahan untuk memantapkan langkah generasi muda melalui pengamalan ajaran Islam sebagai ilmu yang berlandaskan wahyu. Pengamalan perlu dilakukan karena Islam tidak sekedar mementingkan iman, tetapi harus dibuktikan dengan amal soleh dalam kehidupannya. Cara yang harus ditempuh adalah berusaha dengan bersungguh-sungguh diiringi dengan doa

commit to user

dirasakan sekarang. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dan diamati perilaku seseorang termasuk perilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan sekolah sebagai tempat mereka mencari ilmu tentu akan sedikit banyak berpengaruh kepada karakter yang terbentuk oleh siswa. Perhatian dari sekolah dan berbagai upaya yang dilakukan untuk mengajar dan mendidik siswa di sekolah akan terlihat hasilnya. Hasil itulah yang menjadi alat ukur keberhasilan pelaksanaan program di sekolah.

Pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah berbasis keagamaan mempunyai kekhasan dibanding dengan sekolah umum lainnya. Sekolah yang mempunyai latar belakang keagamaan akan memberikan segala pendekatan melalui cara pandang keagamaan. Agama menjadi bagian terpenting yang menjadi acuan dalam melakukan berbagai tindakan, kebijakan dan segala keputusan mengenai semua hal tidak terkecuali mengenai pendidikan. Pendidikan dalam sekolah keagamaan dibentuk dengan menyeimbangkan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum.

Ilmu keagamaan mempunyai fungsi sebagai pembentuk jiwa siswa dengan menanamkan ajaran atau doktrin mengenai ajaran agama ke dalam kehidupan siswa sehingga dengan proses ini akan menghasilkan out put orang-orang yang beriman terhadap Tuhan yang maha esa. Sedangkan ilmu umum lainnya meruapakan bekal bagi siswa sebagai tuntutan kehidupan di dunia dengan

commit to user

mempertahankan kehidupan dunia. SMA Muhammadiyah 1 dan Madrasah Muallimin sebagai sekolah di bawah perlindungan Muhammadiyah memiliki pelajaran-pelajaran khusus yang berkaitan langsung dengan pendidikan keagamaan. Pelajaran itu yakni akidah, akhlak, al- Quran dan Hadis, al-Islam dan kemuhammadiyaahan, tarikh Islam. Selain sebagai ciri khas sekolah Islam pelajaran ini digunakan sebagai alat untuk mendidik siswa memperkuat keimanan diri mengenai keislaman. Pembentukan akhlak yang baik tentunya menjadi prioritas dari pelajaran ini sebagaimana yang diajarkan dalam al-Quran dan Hadis.

Pengamalan nilai pembentukan karakter melalui dunia pendidikan memerlukan perencanaan yang teliti dan matang agar proses dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Proses penanaman nilai dalam pembentukan karakter melalui pendidikan harus dikemas dengan baik dan terstruktur yang dapat diimplementasikan melalui pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan program lain di sekolah maupun di luar sekolah.

Setiap tindakan seseorang memang selalu didorong oleh sesuatu yang ada dalam dirinya, yang dalam perspektif agama sesuatu yang mendorong itu disebut hati, sedangkan dalam perspektif psikologi disebut dorongan (motif atau motivasi). Sesuatu yang dari dalam itu akhirnya melahirkan suatu fakta yang dapat dilihat, yaitu dalam hal ini berupa fenomena keagamaan. Fenomen itu semacam kesadaran baru dalam beragama, yang diekspresikan secara berbeda- beda dan penuh semangat oleg setiap manusia. Kegiatan yang dilakukan sebagai

commit to user

seperti religius, kerjasama, toleransi, kerja keras, cinta tanah air, kreatif, disiplin, berpikir kritis, dan lain sebagainya. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam kegiatan yang dilakukan siswa SMA dan MA Muallimin, diantaranya sebagai berikut dibawah ini.

a) Kegiatan Keagamaan di Sekolah dan Asrama Wujud aktualisasi religius di sekolah dapat dikelompokan menjadi tiga yakni pengamalan secara materi, pengamalan dengan kegiatan, dan pengamalan dengan sikap dan perilaku. Dari segi pengamalan materi seperti infak, zakat, sumbangan sosial, dan hal-hal yang bersifat pengamalan materi. Pengamalan dengan kegiatan seperti pelaksanaan ibadah berjamaah, belajar dengan sungguh- sungguh, pengajian, manasik haji, bakti sosial, lomba, seminar dan kegiatan pengembangan diri. Sedangkan pengamalan melalui sikap dan perilaku seperti salam, penampilan cara berpakaian, sopan santun dalam berbicara dan lainnya.

Sekolah Islam menggunakan pendekatan sosial-psikologis untuk merangsang pengamalan nilai-nilai karakter, artinya harus dilakukan dengan pendekatan secara internal yang berkaitan dengan individu dengan tetap memperhatikan aspek eksternal seperti keluarga, dan budaya yang melekat dalam diri siswa. Pendekatan sosial-psikologis dapat dilakukan dengan dua cara yakni Immersion (pemberian pengaruh) dan concern-based (perhatian). Immersion dilakukan dengan penciptaan lingkungan fisik maupun non-fisik yang religius seperti adanya sarana untuk beribadah, perpustakaan yang memadai, buletin. Sedangkan secara non-fisik dibentuk dengan suasana pergaulan yang agamis,

commit to user

diri siswa. Concern-based merupakan pemberian perhatian kepada siswa dengan asumsi bahwa pengetahuan yang mereka dapatkan menganai nilai-nilai pembentuk karakter tidak secara otomatis akan dilakukan oleh siswa, sehingga memerlukan perhatian (concern) dari guru dan warga sekolah lainnya. Dalam hal ini kegiatan dilakukan guna membentuk karakter bangsa melalui ajaran agama agar tercipta bangsa yang berwibawa.

Sikap dan perilaku religius dilakukan dengan melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Indonesia sebagai bangsa yang beragama menempatkan Pancasila sebagai filosofi kehidupan berbangsa dengan menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Prinsip teologi yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah homo-religius, bangsa yang beragama.

b) Shalat Berjamaah, Membaca dan Menghafal Al-Quran Sebagai pengamalan diri dan wujud ketaatan kepada perintah Allah swt. siswa di SMA Muhammadiyah 1 dan di MA Muallimin diwajibkan untuk shalat berjamaah di Masjid. Dalam sajian data telah dibahas mengenai cara pelaksanaannya, siswa melakukannya disela-sela waktu istirahat yang cukup panjang, sekitar 30 menit. Ini merupakan wujud dari membangun kecerdasan emosional dan spiritual yang berkaitan erat dengan pembentukan karakter. Membangun karakter tidak hanya cukup sampai pada tahap penetapan misi saja, tetapi perlu dilanjutkan dengan proses yang terus menerus sepanjang hidup.

commit to user

melalui shalat. Pemikiran Ari Ginanjar mengenai manfaat shalat sebagai metode relaksasi dari suasana yang tegang, galau, serta menjaga kesadaran diri agar tetap memiliki cara berpikir yang jernih. Shalat merupakan langkah untuk membangun kecerdasan emosi dan spiritual secara terus menerus menyeimbangkan energi batiniah dalam diri manusia. Kecerdasan emosional kemampuan merasakan, memahami secara efektif menerapkan daya kepekaan, emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. Emosi merupakan pemacu kreativiatas, kolaborasi, inisiatif, sebagai kekuatan penggerak. Kecerdasan emosional akan mempengaruhi watak dasar dan nilai-nilai dalam diri seseorang.

Secara Islam kecerdasan emosional dinamakan akhlak yang memiliki hubungan dengan kekuatan spiritual seperti konsistensi, kerendahan hati, berusaha dan berserah diri, tulus, totalitas dalam melakukan kebaikan, memiliki integritas, inilah inti dari akhlaqul karimah yang diajarkan Muhammad Saw., jauh sebelum konsep kecerdasan emosional ditemukan. Ini juga yang menjadi visi sekolah di SMA Muhammadiyah 1 dan di MA Muallimin dalam usahanya mendidik generasi penerus bangsa.

Tanggung jawab sebagai siswa MA Muallimin dilatih dengan adanya berbagai kewajiban dari madrasah. Tanggung jawab tersebut diantaranya menjaga keharmonisan lingkungan asrama dan madrasah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa dituntut untuk hafal 6 juz al-Quran, tentu ini merupakan tanggung jawab yang berat bagi siswa MA Muallimin. Dalam buku panduan siswa telah

commit to user

kelas 1-3 dan MA kelas 4-6). Juz yang harus dihafal yakni juz 30, 29, 28 dan juz 1,2 dan. Tanggung jawab yang lainnya yakni salig menjaga kebersihan, kerapian, asrama dan lingkungan yang merupakan bagian dari tempat tinggal mereka.

c) Puasa sebagai Upaya Pengendalian Diri Pengamalan yang dilakukan oleh siswa di SMA Muhammadiyah 1 dan MA Muallimin adalah puasa. Puasa menjadi bagian pembentukan karakter diri dalam hal mengendalikan hawa nafsu, jujur dan disiplin. Jujur diartikan sebagai upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sedangkan disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, kedua hal diatas dapat dilatih dengan puasa. Di samping melatih kejujuran dan disiplin, hikmah disyariatkannya puasa adalah untuk melatih kita agar lebih peduli pada derita sesama. Dengan merasa lapar, kita akan tahu derita sesama yang menderita kelaparan ( Tim Redaksi, Suara Muhammadiyah Juli 2011: 10).

Puasa sebagai Pengendalian diri (self control) tidak hanya dalam teori Lickona yang membicarakan mengenai pengendalian diri. Dalam Islam justru telah diamalkan melalui puasa sebagai rukun Islam keempat yang membentengi serta mengendalikan emosi, pikiran dan belenggu egoisme. Pelaksanaan Puasa wajib bagi umat Islam dilaksanakan pada bulan Ramadhan, siswa SMA Muhammadiyah 1 yang semuanya memeluk Islam tentu melakukannya. Selain itu banyak lagi puasa sunah yang dikerjakan diluar bualan ramadhan. Siswa MA Muallimin melakukan puasa tengah bulan tanggal 13, 14 dan 15 hijriyah. Bagi

commit to user

sekolah dan madarasah telah membentuk kebiasaan ini sejak mereka tercatat sebagai warga MA Muallimin. Inilah letak penerapan karakter secara Islami sekaligus keunggulan bagi sekolah berbasis agama.

Pengendalian diri dalam kehidupan nyata dapat dilatih melalui puasa. Tujuan puasa adalah menahan diri dari ego duniawi yang tidak terkendali, kemudian mengendalikan diri agar tidak keluar melenceng dari tujuan hidup sebenarnya dengan menahan hawa nafsu yang tidak seimbang. Dorongan hawa nafsu yang tidak seimbang akan mengasilkan belenggu yang menutup aset paling berharga dari seorang manusia. Aset itu adalah suara hati nurani, Ari Ginanjar mengatakan aset itu adalah God Spot. Tujuan akhir pengendalian diri adalah mencapai keberhasilan dalam menjalani kehidupan.

Tujuan puasa adalah melindungi suara hati sekaligus sebagai pelatihan untuk menghentikan segala bentuk pengabdian kepada Tuhan. Pelatihan ini (puasa) sebagai bagian dari latihan pengendalian emosi dan membangun kecerdasan emosional (EQ). Keterkaitan antara takwa dan budi luhur itu merupakan keterkaitan antara iman dan amal soleh, shalat , zakat, hubungan dengan Allah, dan hubungan dengan manusia. Dengan demikian hubungan ketuhanan dengan kemanusiaan terkait erat dalam pendidikan baik dalam rumah tangga maupun di sekolah. Dalam pendidikan tersebut harus tertanam nilai-nilai dan diamalkan oleh anak. Keberhasilan mendidik ketika dalam diri siswa telah tertanam dan tumbuh nilai ketuhanan dan kemanusiaan yakni takwa dan budi luhur (akhlak).

commit to user

Diskusi sebagai upaya menanamkan nilai kerjasama dilakukan dalam proses pembelajaran. Kerjasama merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 guru mencoba menanamkan sikap kerjasama dengan memberikan tugas kelompok kepada siswa. Kelompok terdiri dari dua siswa yang telah diberikan tema oleh guru kemudian siswa mempresentasikan makalah mereka. Bagi siswa yang menjadi pemakalah mereka dilatih untuk bekerjasama dalam satu tim, melatih tanggung jawab, dan melatih kepercayaan diri untuk tampil di depan teman-temannya. Sedangkan bagi yang lain mereka dilatih untuk berani mengungkapkan pendapat, menghargai pendapat temannya yang lain dan menghormati pemakalah. Dengan dilatih hal tersebut maka siswa diharapkan dapat bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Diskusi akan melatih siswa untuk berpikir kritis, kelemahannya adalah siswa sering terjebak dalam perdebatan yang tidak kunjung akhir dengan egois ingin mempertahankan pendapatnya. Usia siswa yang masih dalam tahap remaja tentu tingkat egonya masih cukup tinggi sehingga bimbingan dari guru mutlak diperlukan untuk mengarahkan supaya diskusi berjalan dengan lancar. Hal yang terpenting adalah siswa dapat menguasai materi dan mendapatkan nilai-nilai yang bermakna dari kegiatan diskusinya.

commit to user

dalam hal kebaikan, bersifat atau bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat, pandangan, kebiasaan yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri juga terlihat dalam diskusi di kelas. Sikap toleran yang tetap hatus dijaga dan dimiliki oleh setiap siswa yakni menghilangkan sikap fanatik sempit, terhadap mazhab, golongan, suku bangsa, ras maupun dengan agama lain. Sikap toleran dalam Islam sebagai akhlak mulia. Seseorang yang mempunyai sikap toleran memiliki pandangan yang luas dan penuh perhitungan dalam berperilaku. Toleransi dibutuhkan oleh setiap siswa sebagai sikap dalam masyarakat yang majemuk.

e) Berdakwah dan Bakti Sosial sebagai wujud Kepedulian Sosial Dakwah sebagai upaya memberikan pemahaman agama dan bakti sosial sebagai wujud kepedulian kepada masyarakat terus dilakukan melalui berbagai program di kedua sekolah Islam ini. SMA Muhammaduyah I memiliki program Mubaligh Hijrah yang biasanya dilakukan di daerah binaan di gunung kidul. Sementara Muallimin memiliki program Mubaligh Hijrah bagi setiap siswanya, selain itu terdapat juga mubaligh kamis, mubaligh intilan dan melakukan pengajaran al-Quran (taman pendidikan al-Quran) kepada anak-anak di lingkungan sekitar.

Nilai-nilai lain yang dilakukan oleh siswa SMA Muhammadiyah 1 adalah silaturahmi berkunjung ke rumah siswa secara bergantian. Silaturahmi merupakan pertalian keseimbangan antara ketuhanan dengan kemanusiaan akan mengarahan kepada manusia untuk saling menghargai dan menghormati. Sisi ketuhanan

commit to user

dan cintakasih antar sesama manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan, tetangga dibentuk dalam silaturahmi. Menjalin persaudaraan, persamaan, adil, baik sangka, rendah hati, tepat janji, dapat dipercaya, (sifat penuh harga diri tetapi tidak sombong), menjadi keunggulan.

Wujud bakti sosial di Muallimin dan SMA Muhammadiyah 1 dengan berkurban setiap bulan Zulhijah. Adapun makna kurban adalah kesanggupan untuk menahan nikmat kecil demi mencapai kebahagianaan yang besar dan kekal. Melihat jauh ke depan dengan tabah, sabar menanggung segala beban berat. Dari segi kemanusiaan kuban merupakan wujud nyata pengamalan dan belas kasih terhadap sesama manusia. Berkurban sebagai wujud keikhlasan hati untuk memberi sesuatu tanpa paksaan dari pihak lain dalam rangka mningkatakan amal soleh dan ketakwaan.

f) Hizbul Wathan dan Tapak Suci Hizbul Wathan sebagai organisasi yang hampir dengan pramuka menjadi simbol kepanduan bagi muhammadiyah. Teknik-teknik gerakan yang dimiliki Hizbul Wathan tidak terlalu banyak berbeda dengan pramuka. Perbedaan yang mencolok dapat dilihat dari visi dan misi Hizbul Wathan dengan menekankan pada ajaran Islam. Tujuan utama Hizbul Wathan adalah memperkokoh takwa, membentuk akhlak dan watak yang berdasarkan iman kepada Allah memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga, bangsa, cinta lingkungan dan tanah air.

Cinta tanah air juga dilakukan dengan menjaga kelestarian lingkungan. menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar, termasuk kekayaan hutan dengan

commit to user

Wathan sering melakukan kemah di alam terbuka dengan berbagai kegiatan untuk menggembleng siswa berwatak akhlaqul karimah.

Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda putra ataupun putri menurut ajaran Islam, berakhlak mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan rohani, taat beragama, berorganisasi, cerdas dan trampil, gemar beramal, amar makruf nahi munkar dan berlomba dalam kebajikan. Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader pimpinan dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi serta persaudaraan sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Pendidikan kepanduan merupakan upaya strategis untuk membangun karakter bangsa yang menghargai tata nilai kehidupan, kepercayaan diri dan etos kerja di dalam membangun semangat, profesionalisme yang dilandasi atas semangat kemanusiaan dan tolong-menolong. Kader-kader di dalam kepanduan, diharapkan memiliki jiwa yang toleran. Serta memiliki empati terhadap kejuangan bangsa serta perhatian untuk memperbaiki nasib bangsa untuk membawa Indonesia lebih maju di tengah dinamika masyarakat global ( Tim Kajian RUU Kepramukaan, Lembaga Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah, 2010: 57).

Sementara Tapak Suci membentuk siswa/generasi penerus untuk berjiwa persaudaraan, sebagai perkumputan dan perguruan seni bela diri. Dari tujuannnya telah terlihat nilai yang ditanamkan yakni Mendidik serta membina ketangkasan

commit to user

menyimpang dari ajaran Islam sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral dan mengamalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan nasional. Terdapat nilai yang dengan Hizbul Wathan yakni cinta tanah air dengan menjaga warisan budaya Indonesia tanpa melanggar ajaran agama. Ketangguhan jiwa, kedisiplinan, kesehatan fisik dan kejiwaan, semangat pantang menyerah terlihat dari berbagai kegiatan Tapak Suci ketika dilaksanakan dalam ekstrakurikuler di SMA Muhammadiyah dan MA Muallimin.

g) Upacara Bendera Bagi siswa sekolah menengah upacara menjadi bagian dari rutinitas setiap minggu. Upacara yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 setiap hari Senin dan Muallimin setiap hari sabtu mengandung berbagai nilai karakter. Nilai karakter itu diantaranya membentuk siswa memiliki rasa cinta kepada tanah air, bangsa dan negara, memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin pribadi, selalu tertib dalam kehidupan sehari- hari, memiliki jiwa gotong royong dan percaya diri pada orang lain, dapat memimpin dan dipimpin.

Selain itu upacara bendera menanamkan nilai disiplin, tepat waktu, menghargai jasa pahlawan, dengan lagu-lagu nasional diyakini dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan jiwa partiotisme. Dalam upacara bendera penghormatan terhadap bendera sebagai wujud penghargaan terhadap jasa para pahlawan. Selain itu terdapat juga pembacaan Pancasila dan UUD ’45 sebagai bagian dari pengukuhan ideologi negara dalam jiwa warga negara. Sebagai manusia yang beragama, tidak tertinggal juga pembacaan doa memohon segala

commit to user

penanaman nilai religius dalam upacara. Penanaman karakter melalui ajaran Islam tidak serta merta menghapus rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa. Sejak masa kemerdekaan Muhammadiyah justeru memerintahkan kepada kaum muda Muhammadiyah untuk mencintai tanah air. Hal ini dibuktikan dengan seruan KH Mas Mansur sebagaimana di kemukakan oleh Sukarno dalam surat kabar Panji Islam 1940 bahwa KH Mas Mansur secara terang-terangan memanggil pemuda muhammadiyah kepada rasa cinta tanah air (Sukarno, 2005:371).

Makna lain dalam upacara selain memuat nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yakni upacara memiliki dapat meningkatkan solidaritas peserta dan menumbuhkan nilai historis dalam upacara-upacara hari besar nasional. Disamping upacara-upacara hari besar nasional lainnya. Melalui upacara peserta akan menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang besar yang memerlukan keteguhan untuk menghadapi globalisasi sebagai penjajahan gaya baru. Ironisnya sekarang ini upacara hanya sebagai rutinitas untuk menggugurkan kewajiban belaka, sedangkan makna yang terkandung didalamnya tidak dipahami dengan baik. Akibatnya upacara menjadi sebuah ritual yang membosankan dan tidak diminati.

Tidak salah ketika salah satu majalah kampus di UNS menyatakan bahwa wibawa upacara bendera semakin hari semakin berkurang hal itu berbanding lurus dengan jenjang pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan justru semakin jarang melakukan upacara. Dari jenjang sekolah dasar sampai dengan sekolah

commit to user

sungguh oleh pesertanya. Inilah sekiranya yang menjadi pudarnya pesona upacara di setiap kalangan warga negara republik Indonesia.

Banyak hal kegiatan baik di SMA Muhammadiyah 1 dan di MA Muallimin yang mengarah pada semangat berbangsa dan cinta tanah air. Semangat Kebangsaan yang dimaksud adalah adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sedangkan cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Hal itu dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan prestasi, akhir-akhir ini SMA Muhammadiyah 1 telah menjadi sekolah terbersih di DIY dan sedang melaju ke tingkat nasional. Sedangkan siswa MA Muallimin menjadi juara dalam perlombaan di Belanda dengan mengibarkan bendera merah putih membawa nama Indonesia sebagai rasa cintanya.

Jika diteliti lebih mendalam sikap-sikap diatas terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lainnya dalam lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga agama, dan faktor emosi individu merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap.

commit to user

pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Manusia akan menentukan sikap berdasarkan pengalaman di masa lalunya sebagai dasar untuk bersikap sekarang. Sikap akan mudah terbentuk apabila melibatkan faktor emosional, emosi yang mendalam akan mendorong penghayatan lebih mendalam dan lebih lama membekas. Pengalaman menjadi faktor penting dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Pengalaman Pribadi di SMA Muhammadiyah 1 tentunya menjadi salah satu yang mengantarkan Ebiet G Ade, Hanung Bramantyo menjadi orang-orang sukses. Ebiet G. Ade menjadi seorang musisi kondang dengan lagu- lagunya yang merdu dan peuh makna.

Hanung Bramantyo alumni SMA Muhammadiyah I yang sukses menjadi sutradara kondang yang akhir-akhir ini populer dengan karya besarnya film “Sang Pencerah,” yang mengisahkan tokoh besar Pahlawan Nasional KHA Dahlan dalam perjuangannya mencari jati diri dan merintis Perkumpulan Muhammadiyah (Persyarikatan Muhammadiyah) pada tahun 1912, di Kampung Kauman, Yogyakarta. Sekolah ini juga pernah melahirkan pendekar hukum kelas nasional, seperti Busyro Muqodas, budayawan kelas dunia Emha Ainun Nadjib (Din Syamsudin, 2010:27). Sama halnya dengan pengalaman AR Fachrudin yang pernah mengenyam pendidikan di Muallimin (walaupun tidak sampai selesai) dan memimpin Muhammadiyah periode 1968-1990 (Soeparno S. Adhy, 2010: vi). Tokoh lain yakni Syafii Maarif sebagai alumni Muallimin Yogyakarta. Pengalaman di Muallimin tentu menjadi menjadi faktor penting baginya untuk

commit to user

1998-2005 (Soeparno S. Adhy, 2010: x). Faktor pembentuk sikap yang kedua yakni pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan. Pada masa anak-anak dan ramaja orang yang dianggap penting biasanya adalah orang tua, guru di sekolah dan teman sebaya. Interaksi antara anak dan orang tua, guru dan siswa merupakan faktor yang mementukan sikap anak. Siswa yang masih remaja belum begitu kritis mengenai suatu hal dan cenderung mengambil sikap yang serupa dengan sikap orang tuanya, tetapi jika sikap itu bertentangan dengan sikap teman-teman sebayanya maka siswa akan cenderung untuk mengambil sikap yang sesuai dengan sikap kelompok teman sebaya. Bagi siswa kesesuaian sikap sendiri dengan kelompoknya merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga hubungan pertemanan.

Pengaruh orang-orang sekitar dalam suatu lingkungan tentu akan mempengaruhi yang lain. Tidak salah ketika ada pepatah bahwa jika dekat dengan tukang parfum tentu akan kebagian wanginya, artinya orang di sekitar kita akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku kita. Pada umumnya seseorang akan mempunyai sikap yang searah dengan orang yang di ikutinya dianggapnya penting. Kecendrungan itu sebagai cara menghindari konflik atau bahkan keinginan untuk meniru (berusaha menyamai) segala sifat, sikap yang dilakukan oleh orang penting tersebut. Dalam Islam tokoh tersebut adalah Muhammad Saw, sedangkan dalam Muhammadiyah yakni Ahmad Dahlan. Tokoh tersebut dijadikan sebagai orang yang diteladani dalam bersikap dan berperilaku bagi orang-orang Islam khususnya orang Muhammadiyah.

commit to user

selanjutnya. Pengaruh budaya dan lingkungan akan membentuk kepribadian. sebagai pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan pola sikap dan perilaku akibat pengaruh penguatan dari masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah, corak dalam cara manusia berperilaku. Di setiap lingkungan sekolah tentu mempunyai corak budaya sekolah tersendiri. Budaya sekolah tersebut yang akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku kepada setiap siswa yang melakukan pendidikan di lingkungan itu. Lingkungan lembaga pendidikan/sekolah akan menerapkan sistem moral dalam diri siswa. pemahaman mengenai perbuatan baik dan buruk, boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan diperoleh dari lembaga sekolah atau dari lembaga keagamaan serta ajaran- ajarannya.

Faktor yang lainnya yakni media massa sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa mempunyai sugesti melalui pesan-pesan untuk mengarahkan sugesti seseorang. Pengaruhnya yang sangat signifikan dirasakan oleh publik khususnya terkait dengan pembentukan nilai-nilai kehidupan, sikap, perilaku, dan kepribadian atau jati diri bangsa, tidak berlebihan jika media massa ikut berperan aktif memberikan perhatian dan kepedulian dalam setiap pemberitaan dan penyiaran informasi agar secara bertanggung jawab memasukkan pesan-pesan edukatif terkait dengan substansi pembangunan karakter bangsa.

commit to user

Muallimin Yogyakarta

Menurut Mohammad Ali dalam Haedar Nasir (2011: 13) terdapat lima identitas yang menjadi ciri khas dalam sistem pendidikan Muhammadiyah yakni: (1) menumbuhkan cara berpikir tajdid/inovatif, (2) memiliki kemampuan antisipatif, (3) mengembangkan sikap pluralistik (mengakui keanekaragaman), (4) memupuk watak mandiri, dan (5) mengambil langkah moderat sebagai penanaman karakter kepada genarasi bangsa. Identitas (kekhasan) itu melekat juga di SMA Muhammadiyah 1 dan Madrasah Muallimin.

Tujuan penanaman karakter Islam di Muallimin dan SMA Muhammadiyah

1 bisa dilihat dari visi kedua sekolah ini. Visi SMA Muhammadiyah 1 yakni Menghasilkan tamatan berwawasan masa depan yang berakhlaqul karimah, unggul dalam Imtaq dan Iptek. Dengan visi itu mempunyai tujuan untuk membentuk tamatan yang berkepribadian Islami menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, objektivitas dan tanggung jawab. Kemudian Terbentuknya peserta didik yang mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional, sebagai kader Persyarikatan yang tangguh. Selain itu, tujuan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 yakni mewujudkan tamatan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global, kerjasama yang harmonis dengan orang tua, masyarakat dan pemerintah. Sementara Muallimin memiliki visi unggul dan mampu menghasilkan kader ulama, pemimpin, dan pendidik sebagai pembawa misi gerakan Muhammadiyah. Terselenggaranya pendidikan Pesantren yang unggul dalam membentuk kader ulama, pemimpin, dan pendidik yang mendukung pencapaian

commit to user

benarnya. Dari visi kedua sekolah ini dapat dilihat bahwa sekolah ini mengarhkan siswa agar terbentuk kedalam kepribadian Islam tanpa mengenyampingkan perkembangan teknologi dan perkembangan zaman. Syafii Maarif tokoh Muhammadiyah dan alumni Muallimin sebagaimana yang dikutip oleh Suparno S. Adhy (2010: 143) mengungkapkan anak-anak Muallimin (kader Muhammadiyah) perlu dibantu dan dibina agar tidak terjerumus kepada mental fundamentalisme seperti paham Wahabi atau kaum Taliban. Walaupun demikian Muallimin harus menjadi sekolah kader Muhammadiyah yang militan. Artinya para alumninya (Anak Panah Muhammadiyah) harus mampu mengabdi ke berbagai pelosok wilayah untuk melakukan aktualisasi diri sebagai wujud pengamalan kader Muhammadiyah. sehingga akan mampu menghasilkan ranting-ranting Muhammadiyah yang baru, atau lahirnya madrasah-madrasah Muallimin yang meniru model Muallimin Yogyakakarta.

Zamroni pernah mencermati karakteristik pendidikan agama di Amerika Serikat negara yang dianggap sekuler), di sekolah negerinya pendidikan agama merupakan bagian dari ilmu pengetahuan sosial. Murid memelajari agama-agama dan tidak diarahkan untuk memeluk agama tertentu. Sedang di sekolah swasta, misalnya sekolah Katolik maka pendidikan agamanya didesain untuk lebih mengkatolikkan anak Katolik, bukan anak yang beragama non-Katolik. Jadi anak Katolik dijadikan lebih Katolik. Mata pelajarannya mengandung praktik beribadah dalam agama Katolik. Di sekolah Katolik Amerika Serikat, anak-anak

commit to user

No. 7 Tahun ke-96, 2011: 8). Muhammadiyah ternyata melakukan hal yang sama dalam menerapkan ajaran Islam dengan menyeimbangkan ajaran Islam dan ilmu umum lainnya dalam kurikulum sekolah. Dua sistem dalam pendidikan Muhammadiyah yakni boarding school (perpadu sekolah dengan pesantren) dan sistem sekolah umum sebagai wujudnya.

Madrasah Muallimin termasuk salah satu sekolah Muhammadiyah yang menerapkan sistem madrasah dan pondok pesantren. Dipihak lain SMA Muhammdiyah 1 menerapkan sistem sekolah umum dengan tetap memadukan pendidikan keagamaan dan pendidikan umum secara terpadu. Demikian pula aspek-aspek sasarannya menyentuh seluruh aspek moral spiritual, intelektual, psikomotorik, kemampuan-kemampuan sosial, dan sebagainya yang menunjukkan muslim yang menyangkut iman, ilmu, ihsan (baik), dan amal saleh. Pendidikan Muhammadiyah melalui sekolah-sekolah di bawah naungannya mencoba menghidupkan kembali dengan menyatukan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam kurikulum, disertai penciptaan budaya sekolah yang sejalan dengan ajaran Islam. Sistem sekolah umum meskipun model Madrasah, boarding school, atau pondok pesantren menerapkan dua aspek penting tersebut, yakni kurikulum dan budaya sekolah serta hal-hal lain yang terkait dengan sistem pendidikan yang menyeluruh (Haedar Nasir, 2011: 13). Kekhasan yang dimiliki oleh SMA Muhammadiyah dan Muallimin akan membentuk potensi dalam pribadi siswa. Setidaknya terdapat 4 potensi yang ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan muhammadiayah secara umum

commit to user

Akhlak al-Karimah). Keempat potensi ini akan membentuk pribadi yang seimbang dan terarah dalam menjalani kehidupan. Penilaian terhadap pengembangan kepribadian siswa (afektif), dilakukan melalui model pengukuran perilaku dari masing-masing siswa yang sudah dijadikan standar pengukuran. Penilaian ini akan mengukur apakah pribadi akan tertanam dalam bentuk perilaku oleh siswa. Penilaian kepribadian yang terdiri dari kedalaman spiritual dan keluhuran akhlak akan dilakukan oleh para musyrif yang mendampingi para siswa dengan membuat rapor perilaku sehari-hari.

commit to user