Nilai Pendidikan Moral

2. Nilai Pendidikan Moral

Nilai moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patutnya manusia bergaul di dalam kehidupan bermasyarakat. Moral erat kaitannya dengan agama dan sosial. Dalam moral terdapat unsur moral agama, moral sosial dan moral-moral lainnya sehingga moral merupakan sesuatu yang sangat kompleks yang selalu dihadapi seseorang.

Pengarang dapat merefleksikan pandangan hidupnya melalui nilai-nilai kebenaran sehingga karya sastra tersebut dapat menawarkan pesan-pesan moral yang berkaitan dengan sifat luhur manusia, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Setiap pengarang dapat dipastikan mempunyai tujuan saat akan membuat karyanya. Pengarang berharap agar karya sastranya dapat memberikan manfaat dan dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat yang diinginkan Andrea tidak ditulis secara langsung, melainkan secara tersirat melalui pesan-pesan moral tentang persahabatan dan menuntut ilmu yang tinggi.

Pesan moral tentang persahabatan, Andrea melukiskan keadaan sahabatnya Arai yang memiliki semangat dan kebaikan hati dalam membahagiakan orang lain. Semangatnya ditunjukkan oleh semangat kerjanya yang tanpa mengenal lelah sehingga dirinya tidak terurus dengan keadaan yang kumal dan bau. Akan tetapi, semangat dan pengorbanan yang tidak mengenal lelah disampaikan oleh pengarang sebagai pesan kepada pembacanya. Pesan Andrea tentang persahabatan yang sangat dekat dan saling mengasihi seperti saudara sendiri digambarkan oleh pengarang, bagaimana saling tolong menolong, kuatnya energi cinta, pengorbanan, dan pesan moral untuk melindungi sahabatnya itu yang dikesankan oleh pengarang.

Aku ingin membahagiakan Arai. Aku ingin berbuat sesuatu seperti yang ia lakukan pada Jimbron. Seperti yang selalu ia lakukan padaku. Aku sering melihat sepatuku yang menganga seperti buaya berjemur tahu-tahu sudah rekat kembali, Arai diam-diam memakunya. Aku juga selalu heran melihat kancing bajuku yang lepas tiba-tiba lengkap lagi, tanpa banyak cincong Arai menjahitnya.

Jika terbangun malam-malam, aku sering mendapatiku telah berselimut, Arai menyelimutiku. Belum terhitung kebaikannya waktu ia membelaku dalam perkara rambut belah tengah Toni Koeswoyo saat aku masih SD dulu. (Sang Pemimpi: 185).

Pesan Andrea dalam kutipan tersebut tentang persahabatan yang terjalin pada tokoh utama aku, Arai, dan Jimbron telah sarat dengan pesan-pesan moral, yaitu setiap manusia hidup perlu tolong-menolong, saling mencintai dengan sesama, berkorban untuk orang lain, dan melindungi orang lain.

Kini dadaku ingin meledak rasanya. Pada momen ini kami memahami bahwa persahabatan kami yang lama dan lekat lebih dari saudara, berjuang senasib sepenanggungan, bekerja keras bahu-membahu sampai titik keringat terakhir untuk sekolah dan keluarga, tidur sebantal makan sepiring, susah senang bersama, ternyata telah membuahkan maslahat yang tak terhingga bagi kami. Persahabatan berlandaskan cinta kasih itu telah merajut ikatan batin yang demikian kuat dalan kalbuku dan saking kuatnya sampai memiliki tenaga gaib penyembuhan. (Sang Pemimpi: 139).

Sifat Ikal yang toleran terhadap sahabatnya melebihi dengan saudaranya. Ikal dan Arai berjuang senasib sepenanggungan, bekerja keras bahu-membahu sampi titik keringat terakhir untuk sekolah dan keluarga, tidur sebantal makan sepiring, susah senang bersama, ternyata telah membuahkan toleran yang tinggi antara Ikal dan Arai.

Ikal memiliki sikap toleran yang tinggi berusaha untuk membahagiakan sahabatnya dan ingin berbuat yang bermanfaat bagi sahabatnya seperti apa yang ia peroleh dari para sahabat yang perhatian kepada Ikal.

Aku ingin membahagiakan Arai. Aku ingin berbuat sesuatu seperti yang ia lakukan pada Jimbron. Seperti yang selalu ia lakukan padaku. Aku sering melihat sepatuku yang menganga seperti buaya berjemur tahu-tahu sudah rekat kembali, Arai diam-diam memakunya. Aku juga selalu heran melihat kancing bajuku yang lepas tiba-tiba lengkap lagi, tanpa banyak cincong Arai menjahitnya. (Sang Pemimpi: 185).

Sifat toleran Ikal tidak hanya kepada sahabat-sahabatnya, melainkan juga kepada orang lain yang membutuhkan pertolongannya. Saat Ikal bekerja di kantor pos, ia memberikan rasa tolerannya kepada para mahasiswa yang membutuhkan pertolongan untuk membantu mencairkan wesel. Ikal dengan kekuasaanya dapat memberikan jaminan kepada mahasiswa yang tidak dikenal untuk dapat mengambil kiriman wesel. Rasa toleran Ikal terhadap mahasiswa yang kurang dikenal terdapat pada kutipan berikut.

Maka dengan sebuah cap karet berukirkan nama dan nomor induk pegawaiku, aku memberi otorisasi di belakang wesel itu: DIKENAL PRIBADI. Bangga minta ampun aku dengan privilege sebagai pegawai pos itu, selain senang dapat memberi bantuan kecil untuk rekan sekampung. Tapi kesenangan ini pun tak berlangsung lama, sebab sejak awal 1990-an PN Timah lumpuh. Aku prihatin melihat uang wesel mahasiswa yang berangsur turun setiap bulan. (Sang Pemimpi: 245).

Hubungan interpersonal merupakan salah satu ciri khas kualitas kehidupan manusia. Kodrat manusia adalah makhluk monodualisme yang memiliki sifat makhluk individu dan sosial. Dalam banyak hal, individu memerlukan keberadaan orang lain untuk saling memberi penilaian, membantu, mendukung dan bekerjasama dalam menghadapi tantangan kehidupan.