Nilai Pendidikan Estetika

4. Nilai Pendidikan Estetika

Salah satu fungsi sastra adalah fungsi estetika atau fungsi keindahan. Atar Semi (1988: 56) menyatakan bahwa fungsi estetika sastra adalah penampilan karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan keindahan bagi pembacanya.

Estetika dapat ditemui dalam karya sastra sebagai salah satu hasil karya manusia. Pandangan kebudayaan refleksi karya manusia itu pada hakikatnya bertujuan untuk memungkinkan hidup dan memberikan suatu kedudukan yang penuh hormat dalam masyarakat. Oleh karena itu, manusia harus menghasilkan karya yang lebih banyak dan lebih baik agar dapat dihormati oleh masyarakat.

Sastra merupakan salah satu bagian dari karya yang berarti bagian kebudayaan. Kebudayaan merupakan sesuatu yang dinamis dan senantiasa berubah.

Hubungan antara kebudayaan dengan masyarakat sangat erat karena kebudayaan merupakan kumpulan manusia atau masyarakat mengadakan sistem nilai, yaitu berupa aturan yang menentukan sesuatu benda atau perbuatan lebih tinggi nilainya.

Keterkaitan antara karya sastra dengan manusia sedemikian erat sebab karya sastra merupakan salah satu hasil budi daya pikir manusia berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi pengarang tentang kehidupan manusia. Hal ini memberikan petunjuk bahwa karya sastra lahir bukan tanpa tujuan dan tanpa makna. Akan tetapi, karya sastra memberi wawasan tentang hidup manusia dan segala sesuatunya kepada pembaca. Sebuah karya sastra memperbincangkan masalah kehidupan manusia, yakni menggambarkan tentang kehidupan yang dapat berupa cinta, kasih sayang, penghargaan, martabat, kewajiban, kebencian, dan pengkhianatan, dan lain-lain yang meliputi masalah hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan makhluk lain, dan hubungan manusia dengan pencipta.

Teknik penulisan Andrea Hirata menempuh sebuah pemaparan yang tidak biasa, yaitu merekonstruksi karakter dan perwatakan tokoh-tokohnya secara menarik. Hal itu dicapai dengan cara mempermainkan tautan pikiran pembaca pada hal-hal yang sudah dikenal. Andrea telah memadukan bakat dan intelektualitas di dalam novelnya secara jelas.

“Anak-anak yang kuat tenaganya menjadi pendulang timah. Mereka seharian berendam di dalam lumpur, mengaduk-aduk aluvial, meraba-raba urat timah di bawah tanah, mempertaruhkan kelangsungan hidup pada kemampuan menduga- duga”. (Sang Pemimpi: 67-68).

Karakter tokoh yang pantang menyerah dalam kehidupan digambarkan oleh Andrea melalui kalimat ”Mereka seharian berendam di dalam lumpur, mengaduk-aduk aluvial, meraba- raba urat timah di bawah tanah.” Kalimat tersebut mengandung makna kuatnya karakter tokoh dalam memperjuangkan kehidupan melalui kerja yang sangat berat. Karakter lain ditampilkan oleh tokoh Arai yang memiliki karakter yang kuat dalam meraih cita-cita dengan keadaan keuangan yang minim, Arai tetap berusaha. Karakter Arai kuat dalam meraih cita-cita terdapat pada kutipan berikut.

Bahasa sebagai sarana atau alat hubungan seseorang atau kelompok dalam melakukan hubungan. Bahasa sebagai sarana utama dalam karya sastra menghubungkan antara pengarang dan pembaca. Pengarang dalam mengunakan bahasa dilakukan dengan berbagai gaya. Hal ini diperjelas oleh Rachmat Djoko Pradopo (1995: 14) yang menyatakan bahwa dalam menggunakan berbagai gaya bahasa, keinginan pengarang hanya satu, yaitu apa yang dibicarakan dapat mudah dipahami oleh lawan bicara atau pendengar dan ditanggapi oleh orang lain, berarti orang tersebut mampu berbicara dengan menggunakan bahasa dengan baik.

”Maka barkelanalah di atas muka bumi ini untuk menemukan mozaikmu!” (Sang Pemimpi: 72).

Kata barkelanalah dan mozaikmu merupakan indah yang mudah dipahami oleh pembaca. Berkelana mempunyai arti pergi jauh dan mozaikmu merupakan gambaran

secara menyeluruh tentang kehidupan seseorang.

”Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis”. (Sang Pemimpi: 73). Kata eksotis yang biasanya terdapat pada kata untuk menyatakan gerakan

tubuh dan kata mengkristalisasikan yang sering digunakan dalam pengetahuan dipadukan oleh Andrea secara baik sehingga pembaca dapat menangkap kesan tidak porno dan memahami tentang pengetahuan lain.

“Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari ini seluruh ilmu”. (Sang Pemimpi: 269).

Kata kalimat demi kalimat menunjukkan penyampaian pengarang untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi surat. Kata kalimat demi kalimat mudah dimengerti oleh pembaca.

”Selamat datang di Jakarta Boi, kata kelasi yang berbaju seperti Donald bebek sambil menebar sebongkah besi tambatan kapal di bibir dermaga. Kami tak peduli pada ucapan nya karena tegang akan menginjak Jakarta”. (Sang Pemimpi: 226).

Kalimat ”jiwaku seakan terbang” dan kata ”bibir dermaga” merupakan kata- kata Andrea dalam menggunakan gaya bahasa. Andrea menyamakan jiwanya seperti burung yang dapat terbang dan ”bibir dermaga”, seperti manusia atau binatang yang mempunyai mulut.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa Andrea sebagai pengarang memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan diri Andrea dengan pengarang lain. Ciri-ciri khusus yang dimiliki Andrea, antara lain sebagai pengarang novel dengan mengambil biografi seseorang, memasukkan pengetahuan yang dimiliki, dan menggunakan teknik penulisan yang jarang digunakan pengarang lain. Meskipun demikian, karya Andrea mudah dipahami pembaca.