Sudut pandang atau Point of View

4. Sudut pandang atau Point of View

Andrea Hirata menggunakan jenis tulisan dengan sudut pandang orang pertama (akuan) karena dalam novel ini lebih banyak menyebutkan ”aku”. Sudut pandang “aku” dipergunakan oleh Andrea Hirata untuk mengungkapkan peristiwa- peristiwa yang dialaminya agar dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca, seperti pada beberapa kutipan berikut:

Aku tak pernah kelelahan berlari. Tubuhku ringan, kecil, dan ramping, dengan rambut ikal panjang dan kancing baju yang sering tak lengkap, jika berlari aku merasa seperti orang Indian, aku merasa menjadi layangan kertas kajang Aku tak pernah kelelahan berlari. Tubuhku ringan, kecil, dan ramping, dengan rambut ikal panjang dan kancing baju yang sering tak lengkap, jika berlari aku merasa seperti orang Indian, aku merasa menjadi layangan kertas kajang

Beracuan dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengarang ikut masuk dalam cerita sebagai Ikal dengan menggunakan kata aku. Kata aku yang digunakan pengarang memperjelas gambaran fisik tokoh aku, yang mampu membantu pembaca dalam memahami kondisi fisik tokoh utamanya.

Ah!! Aku telah melukai hati Jimbron. Hatinya yang lunak dan putih. Bukankah aku selalu berjanji padaku sendiri akan selalu melindungi Jimbron? Aku menendang ember di dekatku karena marah pada diriku sendiri. Aku sedih menyadari ada sosok lain dalam diriku yang diam-diam sembunyi, sosok yang tak kukenal. Sosok itu menjelma dengan cepat, lalu mendadak lenyap meninggalkan aku berdiri sendiri di depan jimbron ditumpuki berton-ton perasaan bersalah. (Sang Pemimpi: 134).

Sudut pandang akuan yang digunakan oleh pengarang memudahkan membaca dalam memahami isi hati tokoh. Pembaca mampu mengetahui perasaan tokoh secara jelas.

Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari ini seluruh ilmu umat manusia menjadi setitik air di atas samudra pengetahuan Allah. Hari ini Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya, dan miliaran bintang- gemintang yang berputar dengan eksentrik yang bersilangan, membentuk lingkaran episiklus yang mengelilingi miliaran siklus yang lebih besar, berlapis-lapis tak terhingga di luar jangkauan akal manusia. Semuanya tertata rapi dalam protokol jagat raya yang diatur tangan Allah. Sedikit saja satu dari miliaran episiklus itu keluar dari orbitnya, maka dalam hitungan detik semesta alam akan meledak menjadi remah-remah. Hanya itu kalimat yang dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik di hidupku dan Arai demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan universitas yang menerimaku, di sana jelas tertulis: Université de Paris, Sorbonne, Prancis. (Sang Pemimpi: 272).

Kata ”aku” yang dipergunakan oleh pengarang untuk menyatakan kepada pembaca tentang peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh utama. Ikal menggunakan kata-kata aku dengan kalimat berita atau kalimat tidak langsung, seperti dalam kalimat ”aku sebagai siswa SMA yang cukup kreatif, Aku masih seekor pungguk buta dan mimpi- mimpi itu masih rembulan, Aku telah melukai hati Jimbron, ketika berpisah ayahku

memeluk Arai dan mendekapnya kuat sekal, Kini dadaku ingin meledak rasanya, aku dan Arai masih bertalian sadara, dan Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang”.

Pengarang selain menggunakan kalimat tidak langsung dalam menggunakan kata aku, juga menggunakan kalimat langsung atau dalam bentuk percakapan. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut:

“Kau kenal Bang Zaitun kan, Rai?? tanyaku.” “Arai menjawab heran, “Pimpinan Orkes Melayu Pasar Ikan Belok Kiri itu...?” “Ke sanalah kau harus berguru soal cinta....” “Arai tersenyum. Siapa tak kenal Bang Zaitun, pria flamboyan yang kondang dalam

persilatan cinta. Di Belitong ada empat kampung besar, di setiap kampung itu ia mempunyai istri. Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya dengan lapang dada. Arai menatapku cerah.”

“Kau yakin Bang Zaitun punya cukup wewenang ilmiah untuk memecahkan masalahku ini, Kal?”

“Tak ada salahnya mencoba, Kawan, jauh lebih terhormat daripada ke dukun!!” “Ah, Keriting, baru kutahu, kau cerdas sekali!!” ( Sang Pemimpi: 189).

Kalimat langsung dalam bentuk tulisan menggunakan dua tanda petik ( “....”), tanda petik pembuka dan tanda petik penutup seperti pada kalimat “Kau kenal Bang Zaitun kan, Rai?? tanyaku.” dan “Ah, Keriting, baru kutahu, kau cardas sekali!!”.