Strategi Pelestarian jenis

5.3 Strategi Pelestarian jenis

5.3.1 Konservasi Ex Situ

Merancang strategi konservasi genetik yang efisien memerlukan informasi dasar dari aspek genetika populasi, yaitu penelitian mengenai distribusi keragaman genetik dari suatu jenis, baik keragaman genetik intrapopulasi maupun antarpopulasi. Sayangnya, saat informasi dasar

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 91 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 91

Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa regenerasi alami untuk jenis-jenis Taxus mengalami hambatan. Sebagai contoh adalah T. bacata yang diketahui sebagai jenis yang mengalami penurunan populasi (Krol, 1978), salah satunya akibat serangan jamur patogen pada tingkat semai alami. Habitat alami T. sumatrana di Indonesia yang diketahui tumbuh pada hutan dengan status taman nasional (TN), HL dan kawasan konservasi lainnya tidak serta-merta menghilangkan ancaman terhadap jenis ini dari bentuk gangguan dan hilangnya habitat alami. Kondisi tersebut ditambah lagi dengan miskinnya informasi dasar mengenai struktur tegakan dan berbagai ancaman terhadap keberlangsungan regenerasi alami sehingga konservasi ex situ masih merupakan strategi yang patut dilakukan. Hal ini dapat dimulai dengan pembangunan hutan tanaman atau plot konservasi ex situ T. sumatrana di luar habitat aslinya, dan dibangun dari sumber-sumber genetik pada

92 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 92 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

5.3.2 Penelitian Dasar Sebagai Landasan Penyusunan Strategi Konservasi yang Komprehensif

Untuk penyusunan strategi konservasi yang tepat dan komprehensif diperlukan penelitian yang integratif yang berguna dalam menyediakan informasi dasar pengambilan kebijakan. Beberapa aspek penelitian yang perlu dilakukan serta signifikansinya terhadap penyusunan strategi konservasi jenis T. sumatrana, antara lain sebagai berikut.

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 93

1) Regenerasi dan Sebaran Ukuran Pohon

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur populasi pada tiap sebaran alami T. sumatrana. Struktur populasi merupakan refleksi dari keberadaan populasi T. sumatrana yang dipengaruhi oleh banyaknya penyebaran pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Data yang dikumpulkan mencakup jumlah dan sebaran jenis pada berbagai tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang, dan pohon) dan persentase penutupan areal yang dihitung per hektar.

2) Struktur dan Tingkat Pembukaan Kanopi

Struktur kanopi mengacu pada jumlah dan struktur material di atas tanah, termasuk di dalamnya ukuran pohon, bentuk, dan orientasi organ tanaman (daun, batang, bunga, dan buah) (Norman & Campbell, 1989). Tingkat kerusakan kanopi diindikasikan memiliki konsekuensi serius terhadap biomassa, tingkat survival, dan regenerasi alami melalui pengaruhnya dalam menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan dari kanopi yang masih tersisa. Informasi mengenai konsekuensi keterbukaan kanopi dan pengetahuan tentang teknik propagasi sederhana merupakan syarat dasar dalam menumbuhkembangkan tanaman dari berbagai provenans yang berbeda untuk berbagai tujuan, seperti transplantasi dan reforestasi.

94 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

3) Studi Populasi Genetik T. sumatrana Formulasi strategi konservasi T. sumatrana yang tepat

harus berdasarkan pada pengetahuan dasar tentang struktur genetik jenis T. sumatrana. Strategi konservasi ex situ maupun in situ tidak terlepas dari karakteristik genetik yang dimiliki jenis ini. Dalam pembangunan dan pengembangan strategi konservasi ex situ, informasi mengenai karakteristik dan keragaman genetik akan sangat diperlukan sebagai dasar dalam penentuan bagaimana material genetik dari setiap populasi yang ada tersebut harus ditanam, berapa jumlah individu minimal

untuk menjaga keterwakilan keragaman genetik dari tiap populasi, dan berapa luasan minimal plot yang harus disediakan untuk pembangunan plot konservasi ex situ dimaksud. Sementara itu, informasi mengenai keragaman genetik antarpopulasi akan menjadi dasar pertimbangan pengelola untuk mengambil kebijakan bagaimana memperlakukan setiap subpopulasi yang ada dan sejauh mana aliran gen antarpopulasi harus dikontrol.

yang harus

ditanam

4) Teknik Perbanyakan dan Ekologi Reproduksi Jenis

Terkait dengan teknik perbanyakan vegetatif jenis T. sumatrana , hasil penelitian Rachmat et al. (2010) menunjukkan tingkat keberhasilan berakar terbaik yang diperoleh

dari perlakuan stek pucuk dengan menggunakan media cocopeat-sekam pada perbandingan

2 : 1 (v/v) dengan metode KOFFCO. Sampai sejauh ini, kemampuan berakar dengan teknik tersebut masih yang

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 95 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 95

5) Preferensi Terhadap Kondisi Tempat Tumbuh Mikro

Studi semacam ini biasa dilakukan untuk semua jenis tumbuhan, baik untuk jenis yang berdaun lebar maupun berdaun jarum. Suatu jenis tertentu umumnya memiliki preferensi tertentu pula terhadap suatu lokasi mikro yang spesifik sehingga memungkinkan jenis dimaksud tumbuh dan berkembang di spot tersebut. Kondisi semai alam T. sumatrana secara jelas mengindikasikan bahwa keberadaannya selalu tidak jauh dari pohon induknya dengan kondisi penutupan tajuk yang rapat dan kondisi

96 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 96 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

5.3.3 Konservasi In Situ: Pelestarian T. sumatrana yang Wajib Dilakukan Secara Konsisten

Konservasi in situ secara sederhana didefinisikan sebagai proses perlindungan flora dan fauna pada habitat alaminya. Kegiatan ini umumnya dilakukan melalui pembentukan kawasan konservasi dengan berbagai status seperti TN, Cagar Alam (CA), Suaka Margasatwa (SM), Taman Wisata Alam (TWA), Taman Hutan Raya (Tahura), dan Taman Buru (TB). Strategi konservasi in situ secara umum diyakini akan memberikan aspek pelestarian yang lebih optimal dengan konsekuensi finansial yang lebih

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 97 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 97

ekonomi yang memungkinkan. Namun demikian, pengembangan potensi ekonomi yang memungkinkan pada kawasan TN di Indonesia hanya dapat dilakukan pada daerah penyangga, tidak pada zona inti.

pengembangan

potensi

Konservasi in situ untuk T. sumatrana merupakan strategi pelestarian jenis yang mutlak dilakukan. Ada beberapa dasar yang menjadikan strategi ini paling tepat dilakukan saat ini, antara lain sebagai berikut.

1) Habitat Alami Berdasarkan data sebaran dan survei lapangan (Rachmat

et al ., 2010; Pasaribu & Setyawati, 2010), T. sumatrana tumbuh di TN Kerinci Seblat (G. Kerinci dan G. Tujuh), Tanah Karo (HL Sibuaton), dan Pagar Alam (G. Dempo). Secara alami, jenis ini sudah tumbuh dan berkembang di suatu kawasan dengan status kawasan konservasi sehingga tidak diperlukan adanya penetapan kawasan konservasi baru dalam upaya pelestarian in situ jenis ini. Namun demikian, tidak berarti bahwa pengelolaan in situ jenis ini menjadi lebih mudah dengan kondisi di atas. Tidak jarang, kawasan konservasi berada dalam kondisi yang tidak optimal, terlebih pada kondisi masyarakat sekitar dengan tingkat dependensi yang

98 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 98 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

yang sifatnya eksternal–terlebih antropogenik–memerlukan strategi dan pendekatan tersendiri.

dari

gangguan-gangguan

2) Minimnya Pengetahuan Dasar Terhadap Jenis Kurangnya pengetahuan dasar tentang berbagai aspek

terkait jenis T. sumatrana akan menyebabkan kesulitan dalam memformulasikan strategi konservasi yang paling tepat. Pembangunan kawasan konservasi in situ untuk jenis ini akan menyediakan sebuah ruang yang akan melindungi sistem dan berbagai jenis yang terkandung di dalamnya secara menyeluruh. Hal ini akan sangat berguna, terutama perlindungan terhadap suatu jenis yang minim informasi ilmiahnya. Burley (1988) mendeskripsikan bahwa konservasi in situ sangat tepat diaplikasikan pada kondisi belum ditemukannya metode investigasi dan manfaat penggunaan dari suatu jenis tertentu. Sebagai gambaran, membangun kawasan pelestarian T. sumatrana yang tepat di luar habitat aslinya (ex situ) tidak dapat dilakukan secara serta-merta begitu saja. Secara otomatis, pembangunan kawasan seperti ini akan memerlukan data dasar genetik sehingga dapat ditentukan daerah yang cocok, populasi prioritas, tingkat keragaman yang harus dipertahankan, luasan wilayah minimal, dan lain-lain.

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 99

3) Viabilitas Selama tidak terjadi gangguan keseimbangan pada

habitat alami sebagai akibat adanya kekuatan eksternal yang masuk ke dalam sistem, konservasi in situ akan menjamin keberlangsungan berbagai proses alami yang terjadi di dalam kawasan. Seleksi alam dan evolusi komunitas akan terus berlangsung; komunitas baru, sistem baru, dan materi genetik baru akan terus dihasilkan (Soule, 1985).

100 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra