Taxus sumatrana mutiara terpendam di za

Penerbit FORDA PRESS 2014

Taxus sumatrana: Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Penulis:

Asep Hidayat, Henti Hendalastuti Rachmat, dan Atok Subiakto

Reviewer:

Supriyanto, Agung Endro Nugroho, dan Iskandar Zulkarnaen Siregar

Editor:

Pujo Setio dan Harisetijono

Desain Sampul dan Tata Letak:

FORDA PRESS

Copyright © 2014 Penulis Cetakan Pertama, Desember 2014 xviii + 130 halaman; 148 x 210 mm ISBN: 978-602-71770-5-5

Diterbitkan oleh:

FORDA PRESS (Anggota IKAPI No. 257/JB/2014) Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat 16610

Telp./Fax. +62251 7520093, Email: fordapress@yahoo.co.id

Penerbitan/Pencetakan dibiayai oleh:

PUSAT LITBANG KONSERVASI DAN REHABILITASI Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat 16610

Telp. +62251 8633234, 7520067 Fax. +62251 8638111

Perpustakaan Nasional, Katalog Dalam Terbitan

TAXUS Sumatrana: Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra /

oleh Asep Hidayat … [et al.] ; Reviewer: Supriyanto, A.E. Nugroho, I.Z. Siregar. ; Editor: P. Setio, Harisetijono. -- Cet. 1. -- Bogor : FORDA Press, 2014 xviii, 130 hlm. : ill. ; 21 cm.

ISBN: 978-602-71770-5-5

1. Taxus – Sumatra – Tanaman obat – Antikanker

I. Rachmat, H.H. II. Subiakto, A. III. Judul

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta Pasal 2

(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang

Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana Pasal 72

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan

sengaja

menyiarkan, memamerkan,

mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Kata Pengantar

Buku ini disusun dengan latar belakang dari catatan sejarah panjang di bidang kehutanan Indonesia atas ketertarikan terhadap sumber daya hutan yang telah sekian lama terfokus hanya pada produk kayu (Wood is a crown of forestry ).

daya hutan lainnya ditempatkan pada strata kedua dan dianggap sebagai produk tambahan atau produk minor hutan (secondary product ). Dengan kata lain, ketertarikan dan perhatian terhadap produk hutan bukan kayu (non timber forest product ) menjadi terabaikan. Untungnya, ketertarikan dan perhatian atas hasil hutan bukan kayu pada akhir-akhir ini terus meningkat dan mendapat dukungan. Faktor pemicunya adalah meningkatnya kekhawatiran tentang nilai-nilai biodiversitas yang terkandung di dalam hutan akan musnah, berkembangnya mekanisme perdagangan karbon dunia, dan jasa lingkungan dari hutan semakin terasa.

Nilai-nilai

sumber

Di antara sekian banyak pengelompokan jenis hasil hutan bukan kayu, tumbuhan atau pohon yang memiliki potensi sebagai sumber senyawa aktif obat-obatan (natural product ) merupakan salah satu kelompok yang sangat menjanjikan. Sejak ribuan tahun yang lalu sampai dengan sekarang di abad 21, tumbuhan telah dikenal sebagai sumber penting dari berbagai senyawa yang bersifat obat. Lebih dari 100.000 struktur metabolit sekunder yang berbeda satu sama lain teridentifikasi, 80% di antaranya

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | v Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | v

Hutan tropis Indonesia merupakan sumber tanaman obat. Namun sayang, potensi tersebut hanya sedikit yang diteliti, digali, dan dimanfaatkan secara optimal. Di negara lain seperti Cina, lebih dari 7.000 spesies tanaman obat sudah terdaftar; Korea telah melakukan standardisasi 530 jenis tanaman obat sejak tahun 1983; dan di Jerman, penelitian dan pemanfaatan obat-obatan dari bahan alam yang biasa disebut phytomedicines sudah jauh lebih maju.

Taxus sumatrana atau cemara Sumatra tumbuh di hutan subtropis lembab dan hutan hujan pegunungan pada ketinggian 1.400–2.800 m dpl. Secara alamiah, penyebaran- nya meliputi Philiphina, Vietnam, Taiwan, Cina, dan termasuk Indonesia. Di Indonesia, T. sumatrana tumbuh secara alami sebagai subkanopi di hutan pegunungan ataupun punggung pegunungan di Sumatra: Gunung Kerinci, Jambi, Kawasan Hutan Lindung Dolok Sibuaton, Sumatra Utara, dan Gunung Dempo, Sumatra Selatan. Genus Taxus merupakan satu-satunya pohon cemara yang penting secara ekonomi. Selama berabad-abad, masyarakat di dunia menggunakan Taxus sebagai bahan baku obat- obatan. Genus Taxus menjadi jenis yang sangat fenomenal mulai tahun 1990-an dengan berhasil diidentifikasinya Taxane , senyawa unik yang termasuk golongan diterpenoid. Senyawa ini ditemukan pada seluruh bagian pohonnya; baik pada bagian daun, kulit, akar, maupun biji. Senyawa aktif ini berpotensi sebagai obat antikanker dan memiliki risiko atau efek samping yang kecil. Taxane terbukti efektif

vi | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra vi | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Sejarah perkembangan penelitian dan penggunaan genus Taxus di wilayah bumi bagian Utara telah tercatat dengan baik. Sejarah ini dimulai dari penemuan genus Taxus sebagai sumber Taxol, distribusi dan status kelangkaan, proses isolasi dan ekstraksi, pengembangan teknik budi daya dan kultur sel, sampai dengan pemanfaatan kalus dan jamur endofitik sebagai sumber alternatif Taxol. Kondisi yang demikian bertolak belakang sekali dengan T. sumatrana yang hidup dan tumbuh di Indonesia. Jenis ini masih belum populer, baik bagi instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum. Oleh karenanya, hal yang wajar apabila sampai dengan saat ini tidak banyak informasi yang dapat kita peroleh; baik dari segi ekologi, silvikultur, maupun aplikasi bioteknologi penggunaan yang dapat menjamin aspek kelestarian jenis ini.

Buku ini mencoba memberikan gambaran secara umum tentang genus Taxus; mulai dari pola penyebaran populasi, teknik silvikultur, senyawa aktif Taxol, aplikasi bioteknologi, dan strategi pengelolaan sumber daya

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | vii Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | vii

Bogor, Desember 2014

Penulis

viii | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

SAMBUTAN KEPALA PUSAT LITBANG KONSERVASI DAN REHABILITASI

Hutan memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hampir dapat dipastikan bahwa lebih dari 95% manfaat tersebut berupa hasil hutan bukan kayu, termasuk jasa lingkungan. Manfaat yang besar tersebut masih terabaikan karena kita masih terfokus pada pemanfaatan kayu, yang sebenarnya nilai manfaatnya jauh lebih kecil, yaitu sekitar 5%. Kerusakan hutan sebenarnya telah dimulai sejak pemberian konsesi dalam pengelolaan hutan yang fokusnya hanya pada eksploitasi kayu. Kondisi ini

mengurangi potensi keanekaragaman hayati, baik pada tingkat ekosistem, jenis (flora dan fauna) maupun genetik, yang pada akhirnya nilai hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan menjadi tiada.

secara perlahan

telah

Buku “Taxus sumatrana: Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra” disusun berdasarkan suatu kenyataan bahwa genus Taxus yang hidup di bagian Utara dunia telah mengalami penurunan populasi yang tajam pada sebaran alaminya dan telah terjadi fragmentasi populasi. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan penurunan tingkat keragaman genetik dan meningkatnya keterancaman jenis tersebut. Hal ini terjadi karena genus Taxus adalah pohon hutan yang paling diburu di dunia, sebagai konsekuensi dari sebuah kenyataan bahwa genus Taxus berkhasiat sebagai obat antikanker yang paling ampuh, efisien, dan

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | ix Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | ix

Saya berkeyakinan bahwa buku ini akan bermanfaat bagi banyak pihak; baik pemerintah, swasta, maupun masyarakan umum. Fakta yang dimuat dalam buku ini dapat dijadikan sumber acuan, inspirasi, dan memperkaya khasanah keilmuan. Informasi hasil penelitian dan penggunaan genus Taxus yang diungkap di buku ini dapat dijadikan pertimbangan kehati-hatian dalam pemanfaatan- nya dengan mengedepankan pengetahuan bioteknologi agar kelestarian jenis T. sumatrana terjamin.

Saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang bersedia menyusun buku ini. Curahan tenaga, pikiran, dan kerja keras kita semua adalah bagian dalam upaya untuk melestarikan dan melindungi T. sumatrana di hutan dari kondisi keterancaman, sekaligus memanfaatkannya dengan bijaksana.

Bogor, Desember 2014

Kepala Pusat,

Ir. Adi Susmianto, M.Sc.

x | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

SAMBUTAN KEPALA BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

Kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan YME, karena berkat hidayah dan karuniaNya, buku berjudul “Taxus sumatrana: Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra” dapat disusun dan diterbitkan. Saya menyambut baik hadirnya buku ini, dan dengan penuh keyakinan, buku ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam pengelolaan jenis Taxus sumatrana di Indonesia oleh berbagai pihak.

T. sumatrana adalah jenis pohon hutan yang hidup di Pulau Sumatra, Indonesia, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Nilai yang tinggi ini dikarenakan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya berkhasiat sebagai obat antikanker yang paling diburu. Akibatnya, keterancaman terhadap keberadaan jenis ini sangat tinggi sehingga perlu dicari beberapa alternatif penanganan, baik sebagai upaya untuk memproduksi senyawa aktif maupun pelestarian jenis. Buku ini menyajikan informasi mulai dari pola penyebaran populasi, teknik silvikultur, senyawa aktif, aplikasi bioteknologi, dan strategi pengelolaan sumber daya genetik dari genus Taxus, termasuk informasi dari jenis T. sumatrana yang hidup di Indonesia.

Ucapan terima kasih dan penghargaan, saya sampaikan kepada kontributor, reviewer, editor, dan pihak lain yang terlibat dalam proses penerbitan buku ini. Jerih

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | xi Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | xi

Kuok, Desember 2014

Kepala Balai,

Ir. R. Gunawan Hadi Rahmanto, M.Si.

xii | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Daftar Gambar

Gambar 1. Biosintesis metabolit sekunder dan fungsi

3 Gambar 2. Evolusi angiosperms dan gymnosperms dari

interkasi antara tanaman dan lingkungan

8 Gambar 3. Sebaran alami Taxus di dunia ...................

Psiphytatae .....................................................

9 Gambar 4. Genus Taxus: morfologi pohon, kulit

batang, daun, dan buah/aril ..................... 10 Gambar 5. Sebaran alami T. sumatrana di Indonesia

yang saat ini ditemukan ............................. 14 Gambar 6. T. sumatrana; A) tumbuh pada tempat

alaminya (TN. G. Kerinci Seblat), B) tumbuh di Kebun Raya Cibodas (planted),

C) Batang/ ranting/percabangan, D) Morfologi daun ........................................... 17

Gambar 7. Bonsai genus Taxus sebagai penggunaan lainnya .......................................................... 23

Gambar 8. Perbanyakan T. sumatrana melalui stek: A)

Akar yang tumbuh dari jaringan kalus, B) Akar adventif yang tumbuh secara spontan, dan C) Penampang melintang akar (ep = epidermis; kr = korteks; ph = phloem; ka = kambium; aa = akar adventif) ..................... 51

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | xvii

Gambar 9. Perbanyakan T. baccata dengan kultur jaringan: A) Plantlet dari bagian tanaman yang sudah dewasa, B) Sumber bagian tanaman yang dihasilkan dari kalus biji T baccata , C) Induksi pada media yang mengandung IBA (8 mg/L), dan D) Aklimatisasi plantlet di rumah kaca umur 6 bulan ............................................................. 52

Gambar 10. Struktur molekul dari 10-deacetylbaccatin III (A), baccatin III (B), dan paclitaxel (C) ......... 54

Gambar 11. Biosintesis paclitaxel .................................... 83

xviii | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

BAB

Pendahuluan

S iapa yang tidak mengenal penyakit kanker; suatu pertanyaan yang bagi setiap orang awam dapat menjadi sebuah momok. Secara umum, kanker diartikan sebagai penyakit kelainan siklus sel yang dicirikan dengan meningkatnya kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali dan menyerang jaringan sel yang ada di dekatnya, selanjutnya bermigrasi melalui proses metastasis. Angka kematian penderita kanker menempati ranking ke-2 untuk skala dunia dan ranking ke-3 untuk skala Indonesia (Dhama et al., 2013).

Sebagai upaya pengobatan penyakit kanker; Amerika Serikat, melalui Institut Kanker Nasional (National Cancer Institute [NCI]), membentuk sebuah lembaga khusus yang dinamakan Cancer Chemotherapy National Service Center (CCNSC) pada tahun 1956. Misi lembaga ini adalah sebagai lembaga pendukung penelitian dalam penemuan obat antikanker. Kegiatan lembaga tersebut diawali dengan melakukan eksplorasi terhadap tumbuhan-tumbuhan asal Amerika Serikat yang berpotensi sebagai sumber bahan aktif antikanker.

Senyawa organik atau bahan aktif yang terdapat pada tumbuhan akan secara alamiah dibentuk/dihasilkan

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 1 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 1

untuk memproteksi/mengontrol dirinya terhadap perubahan kondisi lingkungan, atau lebih dikenal dengan istilah secondary metabolism. Kelompok dan fungsi secondary metabolism dijelaskan oleh Hartman (1996), yang secara ringkas diuraikan dalam bentuk diagram sederhana, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

Upaya mengeksplorasi dan mengoleksi contoh uji untuk penyaringan (screening) bahan aktif antikanker telah dilakukan oleh NCI yang bekerjasama dengan Departemen Pertanian Amerika (US Department of Agriculture[USDA]) [dalam hal ini pengerjaan teknisnya dilakukan oleh USDA Eastern

Laboratorium di bawah pengawasan Monroe wall]. Melalui perjalanan panjang, pada tahun 1972 telah teridentifikasi bahwa kelompok tumbuhan pada genus Taxus mengandung bahan aktif antikanker yang dikenal dengan senyawa paclitaxel (merek

Regional

Research

2 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 2 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Ancaman/stimulasi

1. Polinisasi Pertahanan

METABOLISM

2. Penyebaran benih 2. Jamur

1. Hewan Carbohydrate

Fatty

Photo-

3. Oviposition

3. Bakteri syntesis

4. Food-plant Polyketides

4. Virus Alkaloid 5. Sequestration

6. Pharmacophagy

5. Tanaman Nitrogen 7. Simbiosis (N-

Proteksi serangan fisik

1. Suhu

2. Penguapan 3. Radiasi/sinar UV

Gambar 1. Biosintesis metabolit sekunder dan fungsi interaksi antara tanaman dan lingkungan (Sumber: Hartman, 1996)

Genus Taxus tersebar luas, terutama di zona pertengahan di belahan bumi bagian Utara, Eropa, Asia, dan Amerika Timur. Genus ini umumnya tumbuh pada

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 3 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 3

Di Asia, hanya sedikit negara yang memiliki sebaran alami genus Taxus, antara lain Taxus cuspidata (ditemukan di Jepang), Taxus chinensis (ditemukan di Cina), dan Taxus sumatrana (ditemukan di Indonesia, Taiwan, Vietnam, Nepal, dan Tibet), yang kondisi populasinya terancam punah (Huang et al., 2007). Berdasarkan hasil survei langsung di lapangan diketahui bahwa habitat alami T. sumatrana di Indonesia saat ini berada di wilayah Gunung (G.) Kerinci, Jambi, yaitu pada bagian punggung bukit, lereng-lereng yang terjal, dan tepian jurang dengan ketinggian lokasi 1.700–2.200 m dpl (Rachmat, 2008). Kemudian, Pasaribu & Setyawati (2010) menemukan sebaran populasi T. sumatrana di kawasan Hutan Lindung (HL) Dolok Sibuaton pada ketinggian 1.300 m dpl. Begitu pula di G. Dempo (Pagar Alam, Palembang), T. sumatrana ditemukan pada ketinggian 1.800–2.200 m dpl.

Taxol ® hanya dihasilkan dari genus Taxus (Kikuchi & Yatagai,

Taxol ® dan hak pemasarannya dipegang oleh Bristol-Myers Squibb sejak tahun 1991. Semenjak itu, permintaan fenomenal terhadap Taxol ® terus meningkat dan diprediksi akan tetap tinggi karena sampai sekarang diyakini bahwa Taxol® adalah obat antikanker yang paling dicari di dunia, selain obat antikanker lainnya, seperti Camptothecin, Topotecan, Irinotecan, Decetaxel, Vinblastine, Podophyllotoxin, Etoposide,

2003). Merek

dagang

4 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Teniposide, Elliptinium, Homoharringtonine (Cragg & Newman, 2005). Permintaan yang tinggi dalam dunia perdagangannya menyebabkan penurunan populasi genus Taxus di habitat alamnya. Sebagai gambaran, untuk mendapatkan 1 kg Taxol®, bahan ekstrak yang dibutuhkan adalah sebanyak 7.270–10.000 kg kulit batang pohon Taxus. Jika kita mengasumsikan rendemen pada angka 0,01% (Suffness, 1995) maka untuk mendapatkan 1 kg Taxol® dibutuhkan sekitar 2.000 pohon Taxus (Nicolaou et al., 1994).

Padahal, seorang pasien penderita kanker memerlukan 2–2.5 g Taxol® atau setara dengan sekitar 6–8 pohon Taxus (Malik et al., 2011). Kondisi seperti ini secara otomatis memicu eksploitasi yang berlebihan terhadap genus Taxus. Untuk mengontrol status kelestarian jenis dari genus Taxus, jenis ini telah dimasukkan ke dalam Appendiks

II CITES Ann. #10 (CITES, 2005). Sebaran Taxus di wilayah ekuator dengan kondisi

iklim hutan hujan tropis merupakan suatu fenomena tersendiri. Sebarannya di Indonesia yang hanya terbatas pada wilayah tertentu menyebabkan genus Taxus kurang populer pada skala masyarakat umum. Oleh sebab itu, buku ini disusun untuk memberikan gambaran singkat tentang genus Taxus secara umum dengan penekanan yang lebih detil pada jenis T. sumatrana sebagai satu-satunya jenis Taxus yang wilayah penyebarannya sampai ke Indonesia.

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 5

BAB

Mengenal Taxus

Lebih Dekat

T axus adalah tanaman yang diperkirakan hidup sejak 200 juta tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil Paleotaxus rediviva yang strukturnya mirip dengan Taxus seperti jenis yang sekarang ada (Waibel, 2010). Genus Taxus merupakan kelompok Gymnospermae yang tidak memiliki saluran resin. Taxus masuk ke dalam familiTaxaceae dan dalam subkelas Taxidae. Gambar 2 menjelaskan bahwa pemisahan subkelas Taxidae dan Pinidae dari Corditidae diperkirakan terjadi sekitar 300 juta tahun yang lalu (Sitte et al., 1991).

Cope (1998) & Price (1990) menyebutkan bahwa genus Taxus tersebar luas, terutama di zona pertengahan di belahan bumi bagian Utara. Daerah sebaran tersebut membentang dari Amerika Utara menuju subtropika Amerika Tengah dan dari Eurasia menuju subtropika Asia Tenggara (Gambar 3), yang beriklim sedang dengan kondisi habitat yang lembab dan dingin.

Arsitektur morfologi Taxus dapat berbentuk pohon ataupun semak. Pada kondisi batang utama terluka, patah, atau

muncul percabangan- percabangan baru sehingga bentuk pohon dapat berubah menjadi semak karena tipe percabangannya yang terkulai.

tumbang maka

akan

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 7

Diameter tajuk dengan bentuk seperti semak ini dapat mencapai 24 m. Ukuran batang utama dapat sangat besar dengan sistem perakaran yang dalam sehingga bentuk pohon terlihat kokoh jika dibandingkan dengan proporsi tinggi pohon (Gambar 4). Ukuran diameter yang besar dapat diperoleh dengan bersatunya/berimpitnya beberapa cabang dalam waktu yang cukup lama.

Devonian Permian

Cenozoic 410 MYA 290 MYA

Jurassic

65 MYA Carboniferous

Taxus sp A E R M

Pinopsida S P E Pine sp

Pinidae

Cordaitidae

Psilophytatae Lyginopteriopsida

Eudicots

M A. Thaliana E R P

IO GN

Monocots A Oryza sp

Gambar 2. Evolusi angiosperms dan gymnosperms dari Psiphytatae

(Sumber: Sitte et al., 1991)

8 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

T PETA SEBARAN TAXUS axu

ss u Greenland m

atr Union of Soviet Soc ialist Republic s

United States

Es tonia

Czechos lovak ia an Poland France Sw itz erland

Ireland

United Kingdom

Netherlands Belgium Luxembourg

Denmark

Lithuania Latvia

Germ any

a: M Japan

Aus tria

Yugos lav ia Hungary Albania

Romania

Mongolia

United States

Korea, D em ocrat ic People's Republic of

Afghanistan u Pak istan

Israel Lebanon

China Korea, R epublic of

tiar Taiwan

Mexic o

Western Sahara

Mauritania

Saudi Arabia

Qatar United Arab E mirat es

Nepal

Bangladesh Bhut an

a Philippines

Guat emala El Salvador Beliz e

Honduras

Jamaic a

Dominic an Republic Puerto Rico

Burm a

Gam bia, The

Laos

T Thailand

Nicaragua

Guinea-Bissau

Burk ina Faso

Costa R ica

Panam a

Venezuela

Trinidad

Sierra Leone Guinea

Equatorial Guinea Gabon

Central Afric an Republic

Et hiopia

er

Surinam e French Guiana

Uganda

Som alia

Sri Lanka

Indonesia Malaysia Brunei

Ec uador

Congo

en Papua New Guinea

KETERANGAN :

Zaire

Rwanda Burundi

Kenya

d Malawi am Madagas car T. baccata L Zimbabwe Mozambique

Angola

Tanzania, United Republic of

SEBARAN TAXUS

Peru

Boliv ia

Brazil

Zambia

T. canadensis Mar- shall d T. canadensis Mar- shall

T. brevifolia Nutt

ar Uruguay

South Africa

Lesotho

Sw aziland

T. cuspidata Siebold & Zucc

T. globosa Schltdl

Chile

Argentina

iZ New Zealand am T. wallichiana Zucc

T. sumatrana (Miq.) de Laub

ru d S Ant arctica

0 u 2500 Kilometers m

at ra

Gambar 3 . Sebaran alami Taxus di dunia

Foto: Ashey_wood, 2009 Foto: Esther Westerveld, 2007 (www.Flickr.com)

(www.Flickr.com)

Foto: Boubo_Bittern,

Foto: Tina Negus, 2011

(www.Flickr.com) Gambar 4. Genus Taxus: morfologi pohon, kulit batang, daun,

2012 (www.Flickr.com)

dan buah/aril

Ukuran tinggi dari kebanyakan genus Taxus rata-rata 6–12 m, namun pada kondisi lingkungan yang terbuka dan kondisi kesuburan yang mendukung dapat mencapai 12–25 m. Namun demikian, ukuran tersebut akan bervariasi untuk setiap jenis. Sebagai contoh pada Taxus floridana atau yang dikenal dengan nama cemara Florida; jenis ini berukuran kecil, bentuk tajuknya melebar, dan pada waktu mencapai usia dewasa hanya memiliki tinggi 1–5 m. Sebaliknya, Taxus brevifolia atau dikenal dengan nama cemara Pasifik dapat tumbuh alami mencapai diameter 6 m dan tinggi lebih dari 18 m. Taxus tumbuh dengan

10 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 10 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Berdasarkan karakteristik morfologi yang dipelajari oleh Spjut (2007), Taxus dibagi menjadi 24 spesies dan 55 varietas. Jenis-jenis Taxus yang ditemukan terlebih dahulu terdiri atas 15 spesies dan 6 varietas, yaitu T. baccata L. (var. dovastoniana Leighton, var. elegantissima Hort. ex C. Lawson, var. glauca Jacques ex Carrière, var. pyramidalis Hort. ex C. Lawson, dan var. variegata Watson), T. brevifolia Nutt., T. caespitosa Nakai, T. canadensis Marshall, T. celebica (Warb.) H.L. Li, T. chinensis (Pilg.) Rehder, T. contorta Griff., T. cuspidata Siebold & Zucc., T. fastigiata Lindl., T. globosa Schltdl., T. mairei (Lemée & H. Lév.) S.Y. Hu ex T.S. Liu, T. recurvata Hort. ex C. Lawson, T. sumatrana (Miq.) de Laub., T. umbraculifera (Siebold ex Endl.) C. Lawson, T. wallichiana Zucc. dan var. yunnanensis (W.C. Cheng & L.K. Fu) C.T. Kuan. Selanjutnya, diidentifikasi 6 spesies baru: T. biternata Spjut, T. florinii Spjut, T. kingstonii Spjut, T. obscura Spjut, T. phytonii Spjut, dan T. suffnessii Spjut; dan 4 variteas baru: T. brevifolia Nutt. var. polychaeta Spjut, T. brevifolia Nutt. var. reptaneta Spjut, T. caespitosa Nakai var. angustifolia Spjut, dan T. contorta Griff. var. mucronata. Spjut (2007) juga mendeskripsikan 8 jenis lainnya yang merupakan kombinasi spesies dan varietas baru: T. caespitosa var. latifolia (Pilg.) Spjut, T. canadensis var. adpressa (Carrière) Spjut, T. canadensis var. minor (Michx.) Spjut, T. globosa var. floridana (Nutt. ex Chapm.) Spjut, T. mairei (Lemée & H. Lév.) S.Y. Hu ex T.S. Liu var. speciosa (Florin) Spjut, T.

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 11 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 11

Sampai dengan saat ini, posisi taksonomi Taxus masih sangat kontroversial karena klasifikasi jenis-jenis tersebut lebih disebabkan isolasi geografis dan tidak diikuti dengan adanya isolasi reproduksi antar spesies (Farjon, 1998; Silba, 1984). Namun di satu sisi, Collins et al. (2003) melaporkan bahwa hybrids dari Taxus memiliki polen yang kurang berfungsi secara fungsional dan gangguan pada tahapan meiosis.

2.1 Taxus sumatrana (Miq) de Laubenfels

2.1.1 Penyebaran

Taxus sumatrana atau cemara Sumatra tumbuh di hutan subtropis lembab dan hutan hujan pegunungan pada ketinggian 1.400–2.800 m dpl (Spjut, 2003; Earle, 2013a; Huang et al., 2007). Penyebaran alami jenis ini dilaporkan terdapat di Philiphina, Vietnam, Taiwan, Cina, dan Indonesia (de Laubenfels, 1988). Di Indonesia, T. sumatrana tumbuh secara alami sebagai subkanopi di hutan pegunungan ataupun punggung pegunungan di Pulau Sumatra dan Sulawesi (Spjut, 2007).

Hasil survei langsung di lapangan yang dilakukan Rachmat (2008) menunjukkan bahwa habitat alami cemara Sumatra di Indonesia saat ini terdapat di wilayah G. Kerinci, Jambi (Gambar 5). Jenis ini tumbuh alami sebagai

12 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 12 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Berdasarkan data koleksi herbarium Bagian Botani pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER) di Bogor, herbarium T. sumatrana berasal dari Karo leinden yang tidak lain adalah Tana Karo di Sumatra Utara. Pasaribu & Setyawati (2010) melakukan penelusuran ulang dan menemukan sebaran populasi T. sumatrana di kawasan HL Dolok Sibuaton dengan jumlah yang cukup banyak dan hidup soliter pada ketinggian 1.300 m dpl (Gambar 5). Pada tahun 2014, tim survei lapangan PUSKONSER Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan, menemukan keberadaan T. sumatrana di G. Dempo (Pagar Alam, Palembang) pada ketinggian 1.800–2.200 m dpl, dengan diameter terbesar 120 cm dan pohon tertinggi 21 m (Gambar 5). Hingga saat ini, kajian T. sumatrana mengenai

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 13 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 13

SEBARAN TAXUS SUMATRANA PETA

DI I NDONESI A N

WE

NANGGROE ACEH DARUSSALAM MALAYSIA KEPULAUAN RIAU

MALAYSIA

SUMATERA UTARA

RIAU

SUMATERA BARAT KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TIMUR

GORONTALO

SULAW ESI UTARA

MALUKU UTARA

SULAWESI TENGAH

JAMBI

KALIMANTAN TENGAH

BENGKULU SUMATERA SELATAN

BANGKA-BELITUNG

SULAWESI BARAT

IRIANJAYA BARAT

KALIMANTAN SELATAN

MALUKU

PAPUA

DKI JAKARTA

LAMPUNG

SULAWESI SELATAN

SULAWESI TENGGARA

BANTEN JAWA BARAT

JAWA TENGAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

JAWA TIMUR

TIMOR LESTE

BALI

NUSATENGGARA BARAT

NUSATENGGARA TIMUR

Sebaran Taxus sumatrana

Gambar 5. Sebaran alami Taxus sumatrana di Indonesia yang saat ini ditemukan

2.1.2 Habitus

Habitus dari T. sumatrana berbentuk semak sampai pohon dengan tinggi dapat mencapai 30 m (Gambar 6). Daun berbentuk elips-lanset, berwarna hijau zaitun dengan ukuran panjang 1,8–3,0 cm, lebar 2,0–2,5 mm, dan tebal 200– 275 µm. Warna kulit batang merah keabu-abuan dengan tebal kulit 0,5–0,8 cm. Bunga kerucut jantan

14 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 14 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

2.1.3 Sistem Perbanyakan

T. sumatrana dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (umumnya stek). Hasil survei langsung di lapangan ditemukan anakan yang menyebar secara sporadis pada lahan hutan yang lebih terbuka. Hasil penelitian Rachmat et al., (2010) menyatakan bahwa T. sumatrana dapat diperbanyak secara vegetatif, dengan kemampuan berakar 66,7% (28 minggu setelah tanam) pada media sabut kelapa dan sekam padi (2 : 1 [v/v]).

2.1.4 Penggunaan

Kulit, daun, cabang, ranting, dan akar dari jenis Taxus , termasuk T. sumatrana, merupakan sumber Taxane, yaitu paclitaxel diekstraksi sebagai obat yang sangat sukses digunakan dalam kemoterapi berbagai jenis kanker. Hidayat & Tachibana (2013) melaporkan bahwa kulit batang T. sumatrana yang berasal dari G. Kerinci mengandung 10-deacetylbaccatin III dan baccatin III. Kedua senyawa tersebut merupakan produk antara (precursor) dari

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 15 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 15

Populasi Taxus di dunia telah menurun secara drastis seiring dengan tingginya tingkat eksploitasi yang dilakukan untuk memperoleh bahan aktif kelompok Taxane di dunia farmasi. Ancaman tersebut akibat penebangan pohon dan pengulitan total batang, serta strategi manajemen yang minim. Namun demikian, T. sumatrana yang tumbuh di Indonesia sampai saat ini masih belum tereksploitasi sebagai alternatif sumber Taxol®. Status keterancaman jenis ini dalam IUCN Red List termasuk dalam kategori memiliki risiko keterancaman yang masih rendah (Least Concern/LC) (IUCN, 2014). Sementara itu, masyarakat lokal umumnya menggunakan kayu T. sumatrana untuk keperluan bahan baku pertukangan ringan atau pembuatan alat-alat kebutuhan rumah tangga.

16 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Gambar 6. T. sumatrana ; A) Tumbuh pada tempat alaminya (TN

G. Kerinci Seblat), B) Tumbuh di Kebun Raya Cibodas (planted), C) Batang/ranting/percabangan,

D) Morfologi daun

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 17

2.2 Taxus brevifolia Nutt

2.2.1 Penyebaran

Taxus brevifolia disebut juga dengan nama Pacific yew. Jenis ini merupakan pohon berdaun jarum yang tumbuh alami di barat laut Pasifik, Amerika Utara (Ferguson, 1978; Hils, 1993). Jenis ini tersebar mulai dari bagian Selatan Alaska sampai ke California bagian Tengah dan Montana. Populasi terbanyak dijumpai di wilayah pantai Barat Pasifik, tetapi ada satu populasi yang terisolasi khusus, yaitu di Tenggara British Columbia dan Idaho bagian Selatan sampai tengah.

2.2.2 Habitus

Pohon hijau sepanjang tahun dengan ukuran kecil sampai sedang, tinggi mencapai 20 m dengan diameter 50 cm, dan jarang sekali diameter batang mencapai lebih dari

50 cm (Farrar, 1995). Tajuk melebar membentuk kerucut dengan kulit batang berwarna cokelat sampai cokelat kemerahan dan tekstur yang agak bersisik. Daun berbentuk lanset, datar, berwarna hijau tua dengan panjang 1–3 cm dan lebar 2–3 mm (Mitchell, 1998), serta tersusun secara spiral pada cabang dengan bagian dasar daun melintir. Percabangan yang menjulur ke atas akan terkulai pada ujungnya (Spjut, 2007). Buah kerucut sangat termodifikasi; tiap kerucut mengandung satu individu biji dengan panjang 4–7 mm dan dikelilingi oleh sisik yang termodifikasi; buah berkembang menjadi struktur yang menyerupai buah beri dan disebut dengan aril. Aril yang

18 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 18 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Pemangsaan oleh burung dan predator merupakan mekanisme penyebaran benih secara alamiah. Selama penyebaran ini, benih tidak rusak karena memiliki kulit yang cukup keras. Perkembangan embrio benih di dalam aril akan mulai terjadi 2–3 bulan setelah penyebaran oleh burung dan hal ini akan meningkatkan keberhasilan penyebaran benih secara alami. Kerucut jantan berbentuk membulat dengan diameter 3–6 mm dan tepung sarinya akan menyebar pada awal musim semi.

T. brevifolia tumbuh baik di bawah naungan (Taylor & Taylor, 1981). Karakter bunga berumah dua (dioecious), tetapi pada suatu kondisi tertentu dapat ditemukan satu individu yang memiliki sifat berumah satu (monocious), atau bahkan, bertukar jenis kelamin seiring dengan waktu (Keller & Tregunna, 1976; El-Kassaby & Yanchuck, 1994; Stephen et al., 1998).

2.2.3 Sistem Perbanyakan

T. brevifolia dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (umumnya stek). Salah satu hasil penelitian yang cukup menyeluruh tentang teknik

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 19 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 19

Pematangan buah T. brevifolia berlangsung selama 3–6 bulan, yaitu mulai Juli–Oktober. Buah yang masak dicirikan dengan bentuk aril yang membengkak penuh, berwarna merah dengan tekstur yang lembut. Kandungan minyak pada aril menyebabkan buah agak sulit dibersihkan (Earle, 2013b). Dengan demikian, stratifikasi benih Taxus merupakan sebuah proses biologis aktif yang membutuhkan waktu paling sedikit 12–18 bulan, atau bahkan, seringkali lebih lama lagi (Pilz, 1996).

T. brevifolia yang baru saja dipetik atau jatuh dari pohonnya (masih segar) memiliki embrio yang sangat kecil yang sulit dikenali. Embrio berkembang atau membesar jika telah dilakukan stratifikasi. Hal ini diduga benih Taxus memiliki dormansi kulit atau dormansi embrio. Oleh sebab itu, uji kualitas benih dilakukan terlebih dahulu sebelum dikecambahkan untuk melihat hidup atau tidaknya embrio. Cara yang paling mudah, murah, dan cepat adalah metode pemotongan benih menjadi dua bagian dengan arah longitudinal. Meskipun metode ini merupakan metode destruktif, cara ini mampu memberikan hasil yang baik secara visual terhadap kondisi embrio benih. Teknik lain yang lebih modern untuk mengetahui kondisi embrio benih adalah dengan x-ray atau ultrasound yang akan mampu mengecek kondisi embrio, apakah hidup atau viable.

Benih yang tersimpan pada lahan hutan dapat bertahan lebih dari tiga tahun. Hal ini dikarenakan

20 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 20 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

C (Rudolf, 1974).

Hanya sedikit benih yang mampu berkecambah pada musim semi, sesaat setelah buah masak. Pada kondisi alaminya, perkecambahan puncak terjadi pada musin semi tahun berikutnya dan sebagian lagi pada musim semi dua atau tiga tahun berikutnya setelah benih masak atau jatuh (Rudolf, 1974). Lambatnya perkecambahan diduga ada hubungannya dengan mekanisme dormansi benih. Dormansi benih yang terdapat dalam T. brevifolia diperkirakan menyangkut tiga mekanisme: kulit benih mungkin mengandung senyawa penghambat (inhibitor); ukuran embrio yang masih sangat kecil, meskipun benih telah masak penuh; dugaan adanya dormansi genetik atau dormansi fisiologis yang belum teridentifikasi letaknya.

Stratifikasi yang efektif untuk benih T. brevifolia adalah penyimpanan benih di ruang dingin dan basah pada musin dingin tahun pertama, penyimpanan pada suhu hangat di tahun yang sama, kemudian penyimpanan dingin dan basah kembali pada tahun berikutnya. Dengan cara ini, perkecambahan dapat disingkat selama waktu 12–

18 bulan (Pilz, 1996). Lamanya stratifikasi yang dibutuhkan untuk perkecambahan diduga berhubungan dengan

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 21 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 21

2.2.4 Penggunaan

Kayu T. brevifolia masih digunakan [dibatasi karena kelangkaan] untuk busur panah, tombak, dayung kano, peralatan rumah tangga, alat musik, ukiran patung, furnitur, dan kayu bakar (Bolsinger & Jaramillo, 1990). Bagian tanaman, daun, ranting, dan kulit batang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengobati penyakit paru-paru, perut, luka, dan nyeri (Moerman, 1986). T. brevifolia digunakan juga untuk pohon hias, tanaman fondasi, pagar, dan bonsai (Bolsinger & Jaramillo, 1990) (Gambar 7). Meskipun sekarang sudah mulai ditemukan teknologi yang mampu memproduksi paclitaxel secara semisintetis dari pohon hasil budi daya, tingkat eksploitasi yang sangat tinggi menyebabkan kekhawatiran yang mendalam jika T. brevifolia akan menjadi langka. Tingkat eksploitasi yang tinggi juga mulai dilakukan terhadap jenis Taxus lainnya dengan tujuan yang sama, yaitu mendapatkan paclitaxel. Kondisi seperti ini telah memicu kelangkaan berbagai jenis Taxus di berbagai belahan bumi. Status keterancaman T. brevifolia dalam IUCN Red List, yaitu sebagai jenis dengan risiko mendekati keterancaman (Near Threatened/NT) (IUCN, 2014).

22 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Sumber: http://swindon-bonsai.co.uk/ (diakses 9 Maret 2014)

Gambar 7. Bonsai genus Taxus sebagai penggunaan lainnya

2.3 Taxus baccata Linn

2.3.1 Penyebaran

Taxus baccata disebut juga dengan nama English yew. Jenis ini merupakan pohon berdaun jarum yang tumbuh alami di Eropa (bagian Barat, Tengah, dan Selatan), Barat Laut Afrika, Irak Utara, dan Barat Daya Asia (Zamani et al., 2008; Spjut, 2007). Meskipun distribusi sebaran alaminya sangat luas, jumlah individu setiap populasinya sangat kecil sehingga mempertinggi risiko keterancamannya (Lewandowski et al., 1995). Berbagai penemuan terhadap jenis yang memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 23

T. baccata menyebabkan terjadinya subpengelompokan baru (Zamani et al., 2008).

Taxus baccata merupakan nama ilmiah yang merujuk pada variasi atau kultivar untuk European yew, common yew, dan English yew (Rushforth, 1999). Sudah sejak lama pohon ini disebut sebagai “Pohon Kematian”; padahal, secara alami memiliki sifat yang berumur panjang, kuat dan awet, beracun, dan secara tradisional digunakan oleh penduduk lokal sebagai obat nyeri/keluhan pada dada, serta simbol kehidupan yang kekal (Hartzell, 1991).

2.3.2 Habitus

Pohon hijau sepanjang tahun dengan ukuran kecil sampai sedang, tinggi mencapai 10–20 m, pada beberapa individu dapat mencapai 30 m, dan tumbuh pada ketinggian 2.000–4.000 m dpl (Lewandowski et al., 1995; Orwa et al., 2009; Bondare, 2013; Sharma & Uniyal, 2010). Jenis ini tumbuh sangat lambat, tetapi dapat hidup sangat lama (Hartzell, 1991). Pohon terbesar yang tercatat dalam sejarah untuk T. baccata, yaitu diperkirakan berumur mencapai 2.000–4.000 tahun [meskipun secara historis penentuan umur jenis Taxus dari spesimen kayu tidak dapat diperkirakan secara tepat dan masih menjadi perdebatan] (Hindson, 2000). Namun demikian, terdapat satu kesepakatan umum di antara para botanis bahwa T. baccata merupakan jenis pohon paling tua yang tumbuh di Eropa.

24 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Morfologi lainnya terkait T. baccata adalah sebagai berikut. Kulit batang berwarna cokelat kemerah-merahan dan bersisik; daun berbentuk lanset, datar, berwarna hijau tua dengan panjang 1–3 cm dan lebar 2–3 mm (Thomas & Polwart, 2003; Hoffman, 2004); daun tersusun secara spiral pada cabang dengan bagian dasar daun melintir (Edward & Dennis, 1994). Buah kerucut sangat termodifikasi; tiap kerucut mengandung satu individu biji yang sangat beracun (Edward & Dennis, 1994) dengan panjang kurang dari 1 cm dikelilingi oleh sisik yang termodifikasi dan berkembang menjadi struktur yang juga menyerupai buah beri (aril). Pembungaan terjadi pada bulan September dan berbuah pada bulan Oktober. Buah akan dikelilingi oleh aril dan apabila sudah masak akan berwarna merah cerah dan bertekstur lembut dengan ukuran panjang dan lebar 8–

15 mm sehingga aril rentan dimakan oleh burung dan mamalia (Sharma & Uniyal, 2010). Selama penyebaran ini, benih tidak rusak karena memiliki kulit yang cukup keras (Orwa et al., 2009). Seperti halnya T. brevifolia, perkembangan embrio benih T. baccata di dalam aril akan mulai terjadi 2–3 bulan setelah penyebaran oleh burung atau

mamalia sehingga membantu meningkatkan keberhasilan penyebaran dan perkecambahan benih secara alami. Kerucut jantan juga berbentuk membulat dengan diameter 3–6 mm dan akan menyebarkan tepung sarinya pada awal musim semi.

Pada umumnya, T. baccata juga berumah dua (dioecious), tetapi pada suatu kondisi tertentu dapat ditemukan pula satu individu yang bersifat berumah satu (monocious), atau bahkan, bertukar jenis kelamin seiring

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 25 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 25

2.3.3 Sistem Perbanyakan

Seperti halnya Taxus yang lain, T. baccata dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (umumnya stek). Perbanyakan secara generatif banyak mengalami kendala, seperti jumlah biji/buah yang tidak melimpah akibat banyaknya satwa pemakan buah ini (Daniel et al., 2000). Selain itu, pemecahan masa dormansi sangat sulit dan daya viabilitas rendah (Khali, 2001). Perbanyakan secara vegetatif memberikan peluang yang sangat menjanjikan sebagai penyedia bibit tanaman untuk proses regenerasi secara alami (Singh & Bhalla, 2006). Penelitian tentang teknik propagasi secara vegetatif telah dilakukan secara intensif oleh Nandi et al. (1996), Maden (2003), dan Singh & Bhalla (2006). Hasil perbanyakan vegetatif terhadap Taxus baccata dilaporkan bahwa jenis ini memiliki kemampuan berakar 65–80% dengan panjang akar sekitar 10–38 cm (14 minggu setelah tanam dengan menggunakan hormon NAA 0,25 mM), dan 85–95% dengan panjang akar 8–13 (IBA 0,25 mM) (Nandi et al., 1996).

26 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

2.3.4 Penggunaan

T. baccata biasa ditanam di halaman-halaman gereja di Inggris dan Irlandia sampai ke wilayah Austria. Di kalangan petani pada komunitas tertentu, pohon ini ditanam sebagai penyemangat keberhasilan ladang atau lahan pertanian mereka. Jika dikaitkan secara rasional, hal ini berhubungan dengan hampir semua bagian tanaman yang beracun, kecuali aril, sehingga tidak akan ada binatang pengganggu di ladang/wilayah pertanian mereka. Aril buahnya secara turun-temurun digunakan masyarakat lokal sebagai obat alami untuk mengobati gigitan ular, kalajengking, anjing gila (rabies), penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes (Orwa et al., 2009; Sharma & Uniyal, 2010). Daun Taxus sangat beracun, senyawa alkaloid dan glukosida yang terkandung sangat beracun bagi binatang, seperti kelinci dan kuda, serta bagi manusia dapat mengganggu sistem pencernaan, gangguan saraf, pernapasan dan jantung, yang berujung pada kematian.

Taxus baccata juga umum digunakan sebagai jenis ornamental dalam landscaping tanaman hias di kebun. Rantingnya yang hijau juga digunakan oleh penduduk lokal di Nepal sebagai hiasan rumah selama festival keagamaan (Orwa et al., 2009). Penggunaan penting lainnya adalah di dunia farmasi. Ekstraksi terhadap Taxus jenis ini menghasilkan docetaxel yang merupakan obat kemoterapi untuk berbagai penyakit kanker. Status keterancaman jenis ini dalam IUCN Red List, yaitu jenis dengan risiko keterancaman yang masih rendah (IUCN, 2014). Namun demikian, penelitian Lewandowski et al. (1995) menemukan

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 27 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 27

2.4 Taxus cuspidata Siebold & Zucc

2.4.1 Penyebaran

Taxus cuspidata disebut juga dengan nama Japanese yew . Tumbuhan ini pertama kali ditemukan sekitar 80 tahun yang lalu di Jepang (Li, 1999). Kemudian, pohon berdaun jarum ini mulai meyebar ke wilayah lain, seperti Korea, Cina bagian Selatan, dan Rusia bagian Tenggara (Spjut, 2007).

2.4.2 Habitus

Pohon hijau sepanjang tahun dengan ukuran daun kecil (berbentuk jarum), tinggi mencapai 16–20, dan disebut pohon dewasa jika umurnya mendekati 200 tahun (Suffness, 1995). Pertumbuhan riap tahunan jenis ini relatif kecil (Zu et al., 2006) dengan proses germinasi yang hampir

2 tahun (Hartzell, 1991). Daun berwarna hijau tua dengan panjang 1,5–3,5 cm dan lebar 2–3 mm yang tersusun secara spiral pada cabang dengan bagian dasar daun melintir (Ohwi, 1965; Hoffman, 2004). Tumbuhan ini ditemukan hidup pada ketinggian 1.000–3.000 m dpl (Waibel, 2010; Allison et al., 2008). T. cuspidata juga ditemukan hidup di luar habitat (areal terbuka, ketinggian 80 m dpl) dan mampu hidup dengan tinggi hanya mencapai 2 m, mirip seperti pohon kerdil atau semak (Allison et al., 2008).

28 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

T. cuspidata memiliki karakteristik daun dan morfologi reproduksi yang hampir mirip dengan Taxus yang lainnya. Benih hasil pembuahan dikelilingi oleh aril dan berdaging buah berwarna merah jika sudah masak (Allison et al., 2008).

2.4.3 Sistem Perbanyakan

merupakan mekanisme perbanyakan Taxus secara alami. Namun dari aspek budi daya, teknik perbanyakan melalui vegetatif dianggap sebagai teknik perbanyakan yang paling efisien (Li et al., 2006), termasuk juga untuk Taxus jenis ini.

T. cuspidata merupakan jenis yang sangat umum ditanam di Asia bagian Timur dan Amerika Selatan bagian Timur sebagai tanaman hias/ornamental. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber bahan aktif dalam dunia farmasi. Sekitar 193 senyawa aktif telah ditemukan; baik pada kulit batang, biji, kayu maupun akar Taxus cuspidata (Wang et al., 2010). Senyawa yang paling penting saat ini adalah Taxol® sebagai obat kanker payudara, ovarium, dan jenis kanker lainnya. Sayangnya, permintaan taxol yang tinggi tidak selaras dengan kemampuan regenerasinya yang cenderung menurun (Zu et al., 2006), pertumbuhan yang lambat (Hartzell, 1991), dan jumlah benih yang terbatas (Daniel et al., 2000). Hal ini menjadikan populasi Taxus di beberapa wilayah distribusi alaminya mengalami

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 29 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 29

2.5 Taxus canadensis Marsh

2.5.1 Penyebaran

Taxus canadensis disebut juga dengan nama Canadian yew, American yew, dwarf yew, dan ground hemlock. Jenis ini merupakan pohon berdaun jarum yang tumbuh alami di Amerika Utara bagian Tengah dan Timur (Darbyshire, 2003). Tempat tumbuh terbaik adalah di daerah yang basah, jurang-jurang, tepian sungai, dan juga tepian danau.

2.5.2 Habitus

Berbeda dengan Taxus lainnya, T. canadensis tumbuh sebagai semak yang melebar yang tingginya tidak lebih dari 4 m dengan diameter 9 cm (Pinto & Herr, 2005). Kulit batang berwarna cokelat bersisik. Daun berbentuk lanset, datar, dan berwarna hijau tua dengan panjang 1–2 cm dan lebar 0,5–2 mm (Hoffman, 2004). Buah kerucut sangat termodifikasi; tiap kerucut mengandung satu individu biji yang dikelilingi oleh sisik yang termodifikasi dan berkembang menjadi struktur yang menyerupai buah beri (aril) (Wilson et al., 2006). Jenis ini ditemukan tumbuh pada ketinggian kurang dari 1.500 m dpl dengan kondisi pH tanah sekitar 5–7,5 (Comer et al., 2003; Pinto & Herr, 2005).

30 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra