Produksi Taxane

4.2 Produksi Taxane

Genus Taxus merupakan salah satu jenis pohon dengan laju pertumbuhan yang sangat lambat. Padahal, terapi pengobatan seorang pasien penderita kanker dengan menggunakan paclitaxel yang diekstraksi dari pohon jenis ini sekurang-kurangnya membutuhkan penebangan dan pemrosesan dari 6 pohon T. brevifolia berumur lebih dari 100 tahun. Meskipun senyawa yang serupa dengan paclitaxel dapat diekstraksi dari berbagai jenis Taxus lainnya, potensi dan efektivitasnya tidak setinggi paclitaxel itu sendiri dengan rendemen 0,017% dari berat kering (Jaziri et al., 1996).

4.2.1 Ekstraksi Bagian Tanaman

Hampir semua bagian tanaman: kayu, cabang muda, kulit, daun, dan akar mengandung paclitaxel. Beberapa penelitian yang berhubungan ekstraksi senyawa aktif dari bagian tanaman genus Taxus tersaji pada Tabel 4.

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 63

Tabel 4. Kandungan senyawa aktif dari bagian tanaman Taxus No. Jenis Taxus Bahan

Senyawa Aktif Referensi 1. T.

Daun 1. Paclitaxel (0,006%) Kitagawa et sumatrana

2. Baccatin III (0,02%) al ., 1995; 3. Taxane diterpenes

Shen et al.,

2005 Kulit

ester grup

Baccatin

II dan 10- Hidayat & deacetylbaccatin

III (10- Tachibana,

2013 2. T. brevifolia

DAB III)

Buah 1. Paclitaxel (0,0039%) Kwak et al., 2. 10-BAD III (0,017%) 1995 3. Baccatin III (0,003%)

Kulit Taxol ® (0,017%) Jarizi et al., 1996

3. T. baccata Buah 1. Paclitaxel (0,0039%) Kwak et al., 2. 10-DAB III (0,017%) 1995 3. Baccatin III (0,003%)

Daun Paclitaxel (0,01%) Hokowa, 2003

4. T. cuspidata Kayu, Paclitaxel , 10-DAB III, Kikuchi & cabang,

Yatagai, kulit,

Baccatin III

(Kandungan senyawa 2003 akar, &

aktif akan bervariasi daun

tergantung sumber bahan ekstrak, umur, dan musim)

Buah 1. Paclitaxel (0,018%) Kwak et al., 2. 10-DAB III (0,035%) 1995

5. T. Daun 1. 9-dihydro-13- Zhang et al., canadensis

acetylbaccatin 1992; Guna- III (5- 10 lebih tinggi dari

wardana et precursor Taxol®)

al ., 1992; Shi

dan hanya

et al ., 2002; ditemukan dengan

Zamir et al., jumlah yang sedikit 1996 di bagian kulit dan genus Taxus lainnya

2. Paclitaxel

64 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Metode yang digunakan untuk memurnikan paclitaxel sangat sulit bila hanya menggunakan kromatografi silika. Proses tersebut dimulai dengan ekstraksi menggunakan metanol sebagai bahan pelarut, selanjutnya fraksinasi dilakukan dengan metilen klorida dan air untuk membuang senyawa lain selain Taxane. Fraksi yang terlarut kemudian dimurnikan melalui beberapa tahap kromato- grafi, dan pemurnian akhir dilakukan dengan kristalisasi (Itokawa, 2003). Namun, bagaimana mendapatkan teknik ekstraksi dan purifikasi yang lebih sederhana dengan memaksimalkan hasil yang ingin dicapai dalam skala produksi menjadi tantangan tersendiri. Hal ini karena jumlah senyawa aktif yang dikandung sangat rendah dan kemungkinan akan hilang selama proses pemurnian.

Kikuchi & Yatagai (2003) menjelaskan tiga metode yang dapat digunakan secara efisien untuk memisahkan paclitaxel , baccatin III, dan 10-deacetylbaccatin III dari daun T. cuspidata, yaitu ordinary solvent extraction (OSE), supercritical fluid extraction (SFE), dan accelerated solvent extraction (ASE) methods. Mereka menemukan bahwa SFE sangat mahal (sekitar US$935 ribu) dan akan menjadi lebih mahal bila digunakan untuk produksi dalam skala industri. Selain itu, pengoperasiannya juga sangat sulit dan rumit karena harus berlangsung pada tekanan yang sangat tinggi. Sebaliknya, ASE dioperasikan secara otomatis dan relatif mudah digunakan, namun teknologi untuk skala produksi belum tersedia. Selain itu, biayanya juga masih sangat mahal dan memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam perawatan. Untuk saat ini, metode yang paling

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 65 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 65

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, paclitaxel diproduksi secara alami oleh tanaman genus Taxus, seperti T. sumatrana yang tumbuh di Pulau Sumatra, Indonesia. Meskipum permintaan paclitaxel akan terus meningkat, keberadaannya yang bersumber dari alam sangat terbatas (rendemen dan sumber bahan baku). Oleh sebab itu, teknik budi daya dengan menyediakan anakan Taxus yang memiliki

kandungan paclitaxel tinggi melalui uji domestikasi yang dilakukan secara intensif akan memberikan peluang penyediaan sumber bahan esktraksi. Namun demikian, penelitian tidak boleh berhenti sampai di sini, tetapi harus terus diarahkan pada pencapaian hasil yang berkelanjutan dan lestari. Pembanguan industri kehutanan yang baru (misalnya Forest Factory) akan memberikan peluang bagi para peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan baru melalui kolaborasi penelitian dengan beberapa bidang keilmuan yang lain, seperti botani, bio-engineering, kimia organik, dan farmasi.

Tabel 4 menunjukkan bahwa T. sumatrana dapat menghasilkan Taxol® (0,006%), Baccatin III (0,02%), Taxane diterpenes ester group yang diisolasi dari daun, serta Baccatin

II dan 10-deacetylbaccatin III (10-DAB III) dari bagian kulitnya. Fakta ini sangat menjanjikan untuk pengembang- an sumber bahan aktif yang bermanfaat untuk menang- gulangi penyakit kanker. Jika bahan aktif tersebut diproduksi dari daun, pengembangan kebun pangkas T.

66 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 66 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

4.2.2 Sintesis

Metode sintesis total senyawa paclitaxel telah berhasil dilakukan, namun keberhasilan ini lebih menekankan pada pencapaian untuk sebuah bidang keilmuan/akademik, bukan untuk aplikasi praktis skala industri. Hal ini dikarenakan proses sintesis total paclitaxel memerlukan biaya yang mahal, rumit, dan hasil yang sedikit atau tidak sesuai (Yuan et al., 2006; Malik et al., 2011).

Kompleksitas molekul Taxoid ternyata memberikan tantangan tersendiri bagi para ahli kimia organik untuk mengaplikasikan keilmuan yang mereka miliki dalam menyintesis paclitaxel. Selain itu, terdapatnya tantangan yang lain, seperti dimungkinkannya penemuan senyawa Taxoids yang baru yang lebih menjanjikan bagi dunia farmasi, menjadikan para ahli tetap melakukan berbagai terobosan dalam penelitian-penelitian serupa.

Lebih dari lima puluh kelompok peneliti melakukan serangkaian penelitian untuk menyintesis paclitaxel. Sebuah Taxoid sederhana berhasil diperoleh setelah puluhan tahun kegiatan sintesis dilakukan (Holton et al., 1988). Keberhasilan ini kemudian dilanjutkan oleh Holton dan kelompok penelitian yang dipimpin oleh Nicolaou yang secara bersamaan menemukan total sintesis molekul paclitaxel , yang kemudian dikenal sebagai jalur sintesis paclitaxel Holton dan Nicolaou (Holton, 1984; Holton &

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 67

Kennedy, 1984; Nicolaou et al., 1994, 1995a, 1995b, 1995c, 1995d). Setelah itu, beberapa kelompok lain berhasil mengembangkan metoda yang berbeda dalam sintesis paclitaxel (Masters et al., 1995; Danishefsky et al., 1996; Wender et al., 1997; Mukaiyama et al., 1999; Kusama et al., 2000; Kuwajima & Kusama, 2000a, 2000b). Dari segi jumlah dan biaya produksi, prestasi penemuan ini tidak seimbang dengan penemuan teknik peningkatan produksi paclitaxel secara alami: kultur sel dan fermentasi jamur.

4.2.3 Semisintesis

Proses produksi yang selanjutnya dikembangkan adalah proses ekstraksi semisintetis. Pada proses ini, 10- deacetylbaccatin dan/atau baccatin III dapat diekstraksi dari berbagai jenis Taxus dari bagian daun dan kulit dengan jumlah yang relatif lebih banyak. Selanjutnya, 10- deacetylbaccatin diubah menjadi paclitaxel melalui proses sintesis organik. Produksi paclitaxel melalui semisintesis telah dilakukan oleh Indena pada tahun 2007 dengan melakukan

penanaman besar-besaran T. baccata (www.indena.com/news/, diakses 5 Maret 2014).

4.2.4 Kultur Sel/Kalus

Cara lain yang dikembangkan untuk mendapatkan paclitaxel dan turunannya adalah dengan kultur sel. Cara ini merupakan sebuah metode alternatif yang dinilai banyak pihak lebih ramah lingkungan dan tidak tergantung musim. Teknik kultur sel telah terbukti menjadi

68 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 68 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

dalam kandungan paclitaxel- nya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti iklim, musim, dan variasi epigenetik. Dengan menggunakan kultur sel yang kondisinya benar-benar tetap dan terkontrol, produksi paclitaxel lebih mudah dikendalikan dengan kontinuitas suplai dan kualitas produk yang lebih terjamin.

Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan dilakukannya kultur sel terhadap jenis pohon Taxus spp. (Vongpaseuth & Roberts, 2007) adalah sebagai berikut.

1) Kultur sel mampu meniadakan kebutuhan berbagai jenis pohon Taxus spp. sebagai bahan baku paclitaxel yang keberadaannya di alam mulai langka.

2) Kultur sel dapat menghasilkan keragaman genetik tinggi selama proses pencarian varian yang memiliki kandungan paclitaxel tinggi.

3) Kultur sel dapat menghasilkan satu atau beberapa varian yang memiliki karakter super atau elite untuk studi manipulasi genetik atau studi lainnya.

4) Kultur sel dapat digunakan sebagai bahan penelitian dalam mempelajari jalur biosintesis paclitaxel sehingga

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 69 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 69

Sampai saat ini, penggunaan media padat B5 (Gamborg et al.,1968), MS (Murashige & Skoog, 1962), SH (Schenk & Hildebrandt, 1972), atau Woody Plant Media/WPM (McCown & Lloyd, 1981) dengan penambahan 2,4 D (2,4-dichlorophenoxyacetic acid) atau NAA (1- naphthaleneacetic acid ), PVP (polyvinylpyrrolidone), TDZ (Thidizuron),

acid ), BAP (6- benzylaminopurine ), IBA (indole-3-butyric acid), KIN (kinetin), karbon aktif, sukrosa, LH (luitenizing hormone), dan berbagai vitamin lainnya dengan konsentrasi yang berbeda pada Taxus mairei, T. baccata, T. chinensis, dan T. cuspidata telah terbukti mampu menginduksi pembentukan kalus dan menghasilkan paclitaxel (Kulkarni, 2000; Zhang et al., 2000; Jianfeng & Zhigang, 2006; Gong & Yuan, 2006; Wang et al ., 2003; Khoroushahi et al., 2006). Selanjutnya, tabel berikut ini menunjukkan perkembangan dari beberapa penelitian kultur sel yang dilakukan untuk menghasilkan Taxol ® secara in vitro (Kulkarni, 2000).

IAA

(3-indoleacetic

70 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 71

72 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 73

74 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 75

76 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 77

78 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Orientasi penelitian pada berbagai Taxus dengan menggunakan teknik kultur sel tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembentukan kalus. Kalus selanjutnya harus diekstraksi dengan tujuan menghasilkan paclitaxel. Kini, kultur sel lebih mengarah pada teknik untuk peningkatan kandungan paclitaxel. Berbagai teknik telah dilakukan untuk mendapatkan kandungan paclitaxel yang lebih tinggi, antara lain 1) Penggunaan inhibitor dan elicitor dalam jalur biosintesis paclitaxel dan baccatin III pada T. baccata (Cusido et al., 2007); 2) Aktivasi extracelullar signal- regulated kinase-like (ERK-like, 46 kDa) yang memegang peranan penting dari proliferasi dan imobilisasi sel pada T. cuspidata (Cheng et al., 2006); 3) Pemberian bahan yang meningkatkan adaptabilitas terhadap stress chitosan pada T. chinensis (Zhang et al., 2007); 4) Induksi methyl jasmonat terhadap biosintesis Baccatin III pada T. cuspidata (Jianfeng & Zhigang, 2006); 5) Pengayaan medium B5 dengan berbagai macam induktor pertumbuhan biomassa (vanadil sulfat, perak sitrat, kobal klorida, sukrosa, dan amonia nitrat) dan penambahan campuran elicitor berupa methyl jasmonat dan asam salisilat (Khoroushahi et al., 2006).

Perkembangan terkini produksi paclitaxel dilakukan dengan teknik fermentasi sel tanaman atau plant cell fermentation (PCF). Tahapan fermentasi sel seperti ini memperbanyak kalus-kalus dari galur-galur Taxus tertentu dengan menggunakan media cair di dalam wadah fermentasi dengan kondisi lingkungan yang sangat terkontrol, baik suhu maupun tekanannya. Cadangan makanan untuk pertumbuhan sel dalam media yang terdiri atas nutrisi: gula, asam amino, vitamin dan hara-hara

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 79 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 79

keberlanjutan dan kontinuitas produksi paclitaxel, pemanenan paclitaxel yang dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa henti, dan lebih ramah lingkungan, baik terhadap kelestarian jenis maupun dalam hal buangan/sampah padat berbahaya hasil kerja selama di laboratorium. Dibandingkan dengan proses semisintesis, PCF tidak melalui proses transformasi kimia sehingga penggunaan bahan kimia berbahaya dan bahan lainnya dapat dihindari, serta penggunaan energi yang lebih hemat.

seperti

menjamin

Untuk tujuan skala aplikasi industri, beberapa bioreaktor seperti stirred, airlift, dan wave bioreaktor dapat digunakan untuk memproduksi paclitaxel melalui teknik kultur sel/PCF (Bentebibel et al., 2005). Kandungan paclitaxel (43,43 mg/L) dan baccatin III (5,06 mg/L) dalam immobilized cell yang diproduksi dalam stirred bioreaktor lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa immobilized cell pada hari ke 16 dan 8. Pada airlift bioreaktor, kandungan paclitaxel (12,03 mg/L) lebih tinggi dibandingkan tanpa immobilized cell (6,94 mg/L) pada hari ke 24. Begitu pula halnya dengan kandungan paclitaxel (20,79 mg/L) dan baccatin

III (7,78 mg/L) yang diperoleh dari immobile cell yang diproduksi pada wave bioreaktor. Produksi paclitaxel menggunakan stirred bioreaktor menunjukkan hasil yang menggembirakan jika dibandingkan dengan beberapa

80 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra 80 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

paclitaxel menggunakan bioreaktor pada skala laboratorium (Bentebibel et al., 2005).

produksi

Produksi paclitaxel dengan bioreaktor dengan kapasitas 880.000 liter per tahun (600 kg esktrak kotor atau setara dengan 300 kg paclitaxel) dilakukan oleh Phyton Biotech (Jerman) (http://www.phytonbiotech.com/images /6169-Phyton_FINAL.jpg, diakses 6 Maret 2014), untuk menyuplai kebutuhan Taxol® pada Bristol-Myers Squibb. Produksi paclitaxel juga dilakukan oleh ESCAgenetic (CA, USA), Samyang Genex (Taejon, Korea), Phyton (NY, USA) (Frense, 2007). Namun demikian, kultur sel pada skala besar masih memiliki keterbatasan karena rendemen yang dihasilkan masih rendah, biaya produksi yang masih mahal, dan stabilitas sel yang rendah (Yuan et al., 2006; Malik et al., 2011). Sementara itu, Tabel 5 menunjukkan bahwa kultur sel untuk T. sumatrana belum dikerjakan dan sebagian besar menggunakan hormon NAA dan 2,4 D untuk memproduksi kalus sebagai bahan dasar kultur sel.

4.2.5 Fermentasi Jamur Endofitik

Ketertarikan terhadap biosintesis Taxol® memberikan isyarat bahwa paling tidak terdapat 19 enzim yang berperan dalam setiap step biosintesis paclitaxel tersebut (Jennewein et al., 2004). Hal ini menunjukkan bahwa biosintesis

dengan keterlibatan mikrooganisme (jamur/bakteri) di dalamnya, satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, baik yang terlibat dalam satu maupun semua biosintesis senyawa dimaksud. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, senyawa aktif

paclitaxel terjadi

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 81 Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 81

Stierle et al. (1993) mencoba mengisolasi jamur endofit penghasil paclitaxel dari kulit bagian luar T. bevifolia dan menemukan Taxomyces andeanae yang mampu menghasil- kan Taxol® (24–25 ng/L) melalui mekanisme fermentasi. Penemuan ini membuktikan sebuah sumber alternatif lain penghasil paclitaxel. Lebih dari 20 genera jamur endofit dilaporkan mampu memproduksi Taxol® (Zhou et al., 2010). Jamur endofit dari T. sumatrana telah dicoba untuk diisolasi oleh Kardono (peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI]) beserta timnya yang melakukan penelitian tentang kandungan paclitaxel dan kegiatan ini masih terus berjalan. Hampir semua jamur yang berhasil diisolasi dari Taxus sp. adalah endofitik, meskipun ditemukan juga pada Justica gendarusa (Gangadevi & Muthumary, 2008a), Aegle marmelos (Gangadevi & Muthumary, 2008b), dan jenis lainnya. Hal ini membuktikan bahwa pohon inang bagi jamur penghasil paclitaxel memiliki keragaman (biodiversity) dan jamur tersebut dikelompokkan ke dalam jamur ascomycetes (Yuan et al ., 2006).

82 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

T axu

ss u m atr

an a: M u tiar

Gambar 11. Biosintesis Paclitaxel (Sumber: Malik et al., 2011)

Beberapa faktor yang memengaruhi kandungan paclitaxel yang dihasilkan adalah kondisi fermentasi, seperti suhu, pH, jumlah inokulum, media, dan lamanya waktu fermentasi (Zhou et al., 2010). Peningkatan produksi paclitaxel dapat juga dicapai dengan beberapa metode, seperti 1) proses mutasi, baik secara fisik (misalnya, ultraviolet , sinar-X, laser, microwave) maupun kimiawi; 2) fusi protoplasma atau genetic breeding; 3) perbaikan strain melalui bioteknologi (Zhou et al., 2010). Pada Tabel 6 diuraikan beberapa jamur endofitik penghasil paclitaxel dengan konsentrasi lebih dari 24 µg/L yang dirangkum dari beberapa literatur.

Produksi paclitaxel untuk skala industri dengan jamur endofit masih menemukan beberapa kendala, seperti 1) biomassa yang dihasilkan selama ini masih rendah, 2) paclitaxel yang dihasilkan dalam kultur media masih kecil, dan 3) masih belum jelasnya beberapa tahapan biosintesis paclitaxel sehingga kondisi yang optimal untuk fermentasi belum ditemukan (Yuan et al., 2006). Namun demikian, teknik produksi paclitaxel dengan jamur endofitik dinilai cukup prospektif untuk pengembangan skala besar karena biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit dengan kandungan paclitaxel yang lebih tinggi dan jumlah produksi yang dihasilkan relatif stabil (Yuan et al., 2006; Zhou et al., 2010).

84 | Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra

Tabel 6. Beberapa jamur endofitik penghasil paclitaxel (>24 µg/L) No. Jamur

Referensi 1. Taxomyces

Asal

Taxol ®

Kulit, T 24–25 µg/L Strobel et al., andeanae brevifolia 1993

2. Pestalotiopsi Kulit, T. 60–70 µg/L Strobel et al., microspora

wallichiana 1996a, 1996b 3. Tubercularia sp.

Kulit, T Identifikasi Wang et al., Strain TF5

mairei Taxol ®: 2000 HPLC, UV, & MS

4. Nodulisporium T. cuspidata 51–126 µg/L Zhou et al., 2010 sylviforme 5. Strain IFBC-Z38 -

1000 µg/L Chen et al., 2002*

6. Phoma Strain - 33 µg/L Chen et al., Tax-X

2003* 7. Altenaria alter-

- 85 µg/L Tian et al., 2006* nate Strain TFP6 8. Colletotrichum

Daun, 163 µg/L Gangadevi & gloeosporioides

Justicia Muthumary, gendarusa 2008a

9. Bartalina Daun, Aegle 188 µg/L Gangadevi & robillardoides

marmelos Muthumary, 2008a

10. Fusarium solani Batang 1.6 µg/L Chakravarthi et muda, T.

al ., 2008 celebia 11. Aspergillus niger T. cuspidata

273 µg/L Zhao et al., 2009 12. Cladosporium sp. -

800 µg/L Zhang et al., Strain MD2

2009* 13. Pestalotiopsis

Kulit, T 478 µg/L Kumaran et al., versicolor

cuspidata 2010 14. Pestalotiopsis

Daun, T 375 µg/L Kumaran et al., neglecta

cuspidata 2010 15. Fusarium

Kulit, T. 66 µg/L Garyali et al., redolens

baccata 2013 16. Diaporthe

T. wallichiana Baccatin III, Zaiyou et al., phaseolorum

219 µg/L 2013

17. Jamur endophytes dari T. sumatrana masih dalam penelitian Keterangan: Data pada baris yang diberi tanda asterisk (*) bersumber

dari Zhou et al. (2010)

Taxus sumatrana : Mutiara Terpendam dari Zamrud Sumatra | 85

Tabel 6 menunjukkan bahwa belum ada isolat mikroba endofitik yang diisolasi dari T. sumatrana. Hal ini memberi peluang besar kepada para peneliti untuk mengeksplorasi keberadaan mikroba endofitik pada T. sumatrana untuk menghasilkan bahan aktif melalui proses fermentasi. Isolasi, pemurnian, dan perbanyakan mikroba endofitik dengan fermentor yang diaplikasikan di laboratorium akan lebih mempercepat proses pengembang- an paclitaxel. Pertanyaannya adalah mungkinkah mikroba tersebut bekerja sendiri (single species) atau bersifat konsorsium. Kenyataannya, tidak ada mikroba endofitik yang bekerja sendirian di alam, tetapi selalu terkait dengan perubahan fungsi dan struktur dari sel dan jaringan tanaman.