yang membangkitkan spontanitas dan dukungan masyarakat terhadap program yang dirancang oleh organisasi pemerintah yang berorientasi pada tujuan.
2.2 Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program
dijelaskan mengenai: 1.
Tujuan kegiatan yang akan dicapai. 2.
Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan. 3.
Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4.
Perkiraan anggaran yang dibutuhkan. 5.
Strategi pelaksanaan. Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih
mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan. “A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and
integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.
Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk
mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu: 1.
Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.
Universitas Sumatera Utara
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga
diidentifikasikan melalui anggaran. 3.
Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai
melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik Jones,
1996:295.
2.3 Kelompok Usaha Bersama KUBE
KUBE adalah kelompok warga atau keluarga binaan yang dibentuk warga atau keluarga yang telah dibina melalui proses kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. KUBE
merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai
hasil bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulans, dan pendampingan.
2.3.1 Tujuan Penumbuhan KUBE
Tujuan penumbuhan KUBE diarahkan kepada upaya mempercepat penghapusan kemiskinan melalui :
Universitas Sumatera Utara
1. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam
kelompok. 2.
Peningkatan pendapatan. 3.
Pengembangan usaha. 4.
Peningkatan kepeduliaan dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dan masyarakat sekitar.
Sasaran pemberdayaan masyarakat adalah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan.
2.3.2 Langkah atau Kegiatan Pokok Pembentukan KUBE
Selain KUBE yang ditumbuhkembangkan melalui program pemberdayaan masyarakat, langkah atau kegiatan pokok pembentukan KUBE untuk sasaran penduduk
miskin lainnya adalah: 1.
Pelatihan keterampilan berusaha dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan praktis berusaha yang disesuaikan dengan minat dan keterampilan penduduk
miskin serta kondisi wilayah, termasuk kemungkinan pemasaran dan pengembangan hasil usahanya. Nilai tambah lain dari pelatihan adalah tumbuhnya
rasa percaya diri dan harga diri penduduk miskin untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperbaiki kondisi kehidupannya.
2. Pemberian bantuan stimulan sebagai modal kerja atau berusaha yang disesuaikan
dengan keterampilan penduduk miskin dan kondisi setempat. Bantuan ini merupakan hibah bukan pinjaman atau kredit akan tetapi diharapkan bagi
penduduk miskin penerima bantuan untuk mengembangkan dan meggulirkan kepada warga masyarakat lain yang perlu dibantu.
Universitas Sumatera Utara
3. Pendampingan mempunyai peran sangat penting bagi keberhasilan dan
berkembangnya KUBE, mengingat sebagian besar penduduk miskin merupakan kelompok yang paling miskin dan fakir miskin. Secara fungsional pendampingan
dilaksanakan oleh pekerja sosial di kecamatan yang dibantu oleh infrastruktur kesejahteraan sosial di daerah seperti Karang Taruna KT, Pekerja Sosial
Masyarakat PSM, Organisasi Sosial Orsos, dan Wanita Pemimpin Usaha Kesejahteraan Sosial WPUKS.
2.3.3 Kepengurusan KUBE
Pada hakikatnya, KUBE dibentuk dari, oleh, dan untuk anggota kelompok. Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu mendukung
pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkordinasikan kegiatan anggotanya,
mempunyai keuletan, pengetahuan, dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil pilihan dari anggotanya.
Anggota KUBE adalah penduduk miskin sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota setiap KUBE berkisar antara 5 sampai 10 orangKK sesuai
dengan jenis usaha atau komunitas penduduk miskin. Khusus untuk pembinaan masyarakat terasing dan rehabilitasi sosial daerah kumuh pembentukan KUBE
berdasarkan unit pemukiman sosial adalah satu KUBE. 2.3.4 Administrasi KUBE
Agar KUBE dapat berjalan dan berkembang dengan baik, pengurus maupun pengelola KUBE perlu memiliki catatan atau administrasi yang baik, yang mengatur
Universitas Sumatera Utara
keanggotaan, organisasi, kegiatan, keuangan, pembukuan, dan lain sebagainya. Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku peraturan KUBE,
pembukuan keuanganpengelolaan hasil, daftar pengurus dan sebagainya. Selanjutnya dalam rangka keberlanjutan program, diperlukan pembinaan terhadap
KUBE. Pembinaan dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penumbuhan dan pengembangan KUBE, disamping meningkatkan motivasi dan
kemampuan pelaksanaan di lapangan serta kapasitas manajemen pengelola KUBE. Pembinaan dilaksanakan oleh petugas atau pendamping sosial wilayah mulai dari tingkat
provinsi, kabupatenkota, kecamatan dan desakelurahan secara berjenjang. Monitoring dan evaluasi perlu senantiasa dilakukan untuk mengetahui
perkembangan KUBE dan permasalahan yang merupakan hambatan serta upaya pemecahannya, sehingga upaya penumbuhan dan pengembangan KUBE berjalan sesuai
dengan rencana. Kegiatan monitoring dan evaluasi beserta pelaporannya dilaksanakan melalui mekanisme secara berjenjang mulai tingkat desa sampai pusat Sumodiningrat,
2009 : 88-90.
2.4 Peternakan
Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut.
Pengertian peternakan tidak hanya memelihara. Memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang
ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip- prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara
optimal. Peternakan adalah suatu proses biologis yang dikendalikan.
Banyak unsur yang terkait didalamnya dan ini boleh dikatakan merupakan suatu sistem, dimana manusia
Universitas Sumatera Utara
sebagai subjek dan ternak adalah objeknya sedangkan penerapan tekhnologi sebagai alat untuk mencapai tujuan produksi peternakan. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi
atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedangkan kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dan
lainnya. Beternak dapat memberikan berbagai manfaat, misalnya beternak kambing.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari usaha beternak kambing. Selain diambil dagingnya, kambing dapat dimanfaatkan kulitnya, kotorannya dan tulangnya. Bahkan
jenis-jenis kambing tertentu dapat diambil susunya, bulunya untuk kain wol dan sebagainya.
2.4.1 Tujuan Peternakan
Suatu usaha agribisnis seperti peternakan harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tanpa tujuan sulit bagi peternak untuk mengevaluasi sudah sejauh mana langkah
yang telah dilakukan. Sulit baginya untuk menilai apakah langkah itu salah atau benar. Dalam suatu kegiatan peternakan, tujuan yang dapat dicapai dapat berupa : peternakan
dibuka untuk tujuan komersial, yaitu kegiatan peternakan untuk memperoleh keuntungan. Bila tujuan ini yang ditetapkan maka segala prinsip ekonomi perusahaan, ekonomi mikro
dan makro, konsep akuntansi dan manajemen harus diterapkan. Namun apabila peternakan dibuka untuk tujuan untuk pemanfaatan sumber daya, misalnya tanah atau
untuk mengisi waktu luang tujuan utama memang bukan merupakan aspek komersial, namun harus tetap mengharapkan modal yang ditanamkan dapat kembali Wikipedia,
2010.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kemiskinan
Konsepsi umum mengenai kemiskinan biasa terkait dengan masalah ketiadaan sumber daya ekonomi dan sosial kultural karena informasi yang diperoleh hanya dari
dalam dan politik masyarakat tertentu. Ketiadaan modal sosial ekonomi inilah yang kemudian membatasi gerak aktivitas dan aktualisasi diri setiap individu dan dinamika
sosial dalam masyarakat. Kondisi kemiskinan merupakan masalah yang sampai hari ini tidak kunjung
selesai. Sebab memiliki problematika dan dinamika tersendiri dalam masyarakat. Terlebih kemiskinan terkait dengan krisis sosial, ekonomi, dan politik Syaifullah,
2008:9.
2.5.1 Indikator Kemiskinan di Indonesia
Menurut Chazali H. Situmorang dalam tulisannya yang berjudul “Penanganan Masalah Kemiskinan di Sumatera Utara Poverty Reduction At North Sumatera” yang
salah satu sub bagian didalamnya menjelaskan tentang indikator kemiskinan, penduduk miskin di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu penduduk miskin yang
diakibatkan oleh kemiskinan kronis atau kemiskinan struktural yang terjadi terus- menerus sebagaimana defenisi ini telah dikemukakan dan kemiskinan sementara yang
ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi kondisi krisis.
Dalam hal ini, karakteristik masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaanketidakmampuan powerlessness dalam hal :
1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan,
pendidikan, dan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan kegiatan usaha produktif
3. Menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi
4. Menentukan nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif,
mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik 5.
Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.
Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan ini menumbuhkan perilaku miskin yang bermuara pada hilangnya kemerdekaan untuk berusaha, meningkatkan pendapatan dan
minkmati kesejahteraan secara bermartabat. Indikator nasional dalam menentukan jumlah penduduk yang dikategorikan miskin ditentukan oleh standar garis kemiskinan dari
Badan Pusat Statistik BPS dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan minimum. Baik berupa kebutuhan makanan dan non-makanan yang harus dipenuhi seseorang untuk
hidup layak. Penetapan nilai standar inilah yang digunakan untuk membedakan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Apabila penduduk dalam pengeluaran tidak mampu
memenuhi kecukupan makanan setara 2100 kalorihari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum non-makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar, pendidikan
dasar, transportasi dan aneka barangjasa lainnya maka ia dapat dikategorikan miskin BPS, 1999. Sementara penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan konsumsi
makanan setara 1800 kalorihari dikategorikan fakir miskin. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1981 mendefenisikan, fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak
memiliki sumber daya hidup berupa mata pencaharian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau seseorang yang mempunyai sumber
Universitas Sumatera Utara
mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya yang layak bagi kemanusiaan.
Selain indikator-indikator kemiskinan diatas, indikator kemiskinan lainnya yaitu: 1.
Angka buta huruf dewasa adalah proporsi seluruh penduduk berusia 1 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.
2. Penolong persalinan oleh tenaga tradisional adalah penolong persalinan oleh
dukun, keluarga atau tenaga tradisionil lainnya. 3.
Penduduk tanpa akses air bersih adalah proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses air bersih. Yang termasuk air bersih disini adalah air kemasan, air
ledingPAM, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan lebih dari 10 meter.
4. Penduduk tanpa akses sanitasi adalah proporsi penduduk yang menggunakan
jamban umum atau lainnya sebagai tempat buang air bersih. 5.
Angka kesakitan adalah proporsi penduduk yang mempunyai gangguan kesehatan sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
6. Angka pengangguran adalah proporsi penduduk yang termasuk dalam angkatan
kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan, dan sudah punya
pekerjaan namun belum mulai bekerja.
2.5.2 Dimensi Kemiskinan di Indonesia
Menurut Bank Dunia World Bank, 2006 ada tiga ciri yang menonjol dari
kemiskinan di Indonesia :
Universitas Sumatera Utara
1. Banyak rumah tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, yang
setara dengan AS1,55 per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan.
2. Ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan
batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapatan dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar
kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia.
3. Mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar
daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Angka kemiskinan
nasional menyembunyikan sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat Indonesia hidup di antara
garis kemiskinan AS1 dan AS2 perhari, suatu aspek kemiskinan yang luar biasa dan menentukan di Indonesia.
Analisis kemiskinan dan faktor-faktor penentunya di Indonesia, dan juga belajar dari sejarah pengentasan kemiskinan di Indonesia, menunjuk kepada tiga cara untuk
mengentaskan kemiskinan. Cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan
adalah: a.
Melalui Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin Pertumbuhan ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi pengentasan
kemiskinan. Pertama, langkah membuat pertumbuhan bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin
Universitas Sumatera Utara
dengan proses pertumbuhan, baik dalam konteks pedesaan dan perkotaan ataupun dalam berbagai pengelompokan berdasarkan daerah dan pulau. Hal ini sangat
mendasar dalam menangani aspek perbedaan antar daerah. Kedua, dalam menangani ciri kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya
konsentrasi distribusi pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat akan dapat dengan cepat mengurangi angka kemiskinan
serta kerentanan kemiskinan. b.
Membuat Layanan Sosial Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin Penyediaan layanan sosial bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun
sektor swasta adalah mutlak dalam penanganan kemiskinan di Indonesia. Pertama, hal itu merupakan kunci dalam menyikapi dimensi non pendapatan
kemiskinan di Indonesia. Indikator pembangunan manusia yang kurang baik, misalnya angka kematian ibu yang tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki
kualitas layanan yang tersedia untuk masyarakat miskin. Hal ini lebih dari sekedar persoalan yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah, karena berkaitan
dengan perbaikan sistem pertanggungjawaban, mekanisme penyediaan layanan, dan bahkan proses kepemerintahan. Kedua, ciri keragaman antar daerah
kebanyakan dicerminkan oleh perbedaan dalam akses terhadap layanan, yang pada akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan dalam pencapaian indikator
pembangunan manusia di berbagai daerah. Dengan demikian, membuat layanan masyarakat bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci dalam menangani
masalah kemiskinan dalam konteks keragaman antar daerah.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin
Disamping pertumbuhan ekonomi, dengan menentukan sasaran pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam menghadapi
kemiskinan baik dari segi pendapatan maupun non pendapatan. Pertama, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan
terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi
ketidakpastian ekonomi. Kedua, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia, sehingga dapat
mengatasi kemiskinan dari aspek non pendapatan. Membuat pengeluaran bermanfaat bagi masyarakat miskin sangat menentukan saat ini, terutama
mengingat adanya peluang dari sisi fiskal yang ada di Indonesia saat kini. Masing-masing cara tersebut menangani minimal satu dari tiga ciri utama
kemiskinan di Indonesia, yaitu: kerentanan, sifat multi dimensi dan keragaman antar daerah.
2.5.3 Sasaran dan Fokus Penanggulangan Kemiskinan
Penduduk miskin dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu : 1.
Usia lebih dari 55 tahun, yaitu kelompok masyarakat yang tidak lagi produktif usia sudah lanjut, miskin, dan tidak produktif, untuk kelompok ini program
pemerintah yang dilaksanakan bersifat pelayanan sosial, 2.
Usia di bawah 15 tahun, yaitu kelompok masyarakat yang belum produktif usia sekolah, belum bisa bekerja, program yang dilaksanakan bersifat penyiapan
sosial, dan
Universitas Sumatera Utara
3. Usia antara 15-55 tahun, yaitu usia sedang produktif usia kerja tapi tidak
mendapat pekerjaan, menganggur, program yang dilaksanakan bersifat investasi ekonomi, kelompok inilah yang seharusnya menjadi sasaran utama
penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan pengelompokan tersebut maka program penanggulangan kemiskinan
harus difokuskan kepada penanganan penduduk miskin dalam usia produktif melalui peningkatan kesempatan kerjaberusaha, peningkatan kapasitaspendapatan, dan untuk
selanjutnya mampu mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan sosial secara mandiri dan berkelanjutan Sumodiningrat, 2009:49-50.
2.6 Kesejahteraan Sosial 2.6.1 Pengertian Kesejahteraan
Secara yuridis konsepsional pengertian kesejahteran sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut :
“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga
dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. Dalam mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilakukan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial, pasal 5 ayat 1 adalah sebagai berikut : “Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada:
a. perseorangan
b. keluarga
c. kelompok
d. masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Pasal 5 ayat 2 adalah sebagai berikut : “Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diprioritaskan kepada mereka yang memiliki
kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: a.
kemiskinan b.
ketelantaran c.
kecacatan d.
keterpencilan e.
ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku f.
korban bencana g.
korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi Depsos RI, 2009. Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan
sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan
yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 itu menghadapi
begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama. Menurut Walter A. Friedlander mendefenisikan : “Kesejahteraan sosial adalah
sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan
kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan sosial kemampuan- kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan
kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” Muhaidin, 1984:1-2. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. 2.
Institusi, yakni arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan
usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial. 3.
Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera Suharto, 2009:2.
2.6.2 Pendekatan
Mengacu pada buku Charles Zastrow 2000, Introduction to Social Work and Social Welfare, ada tiga pendekatan dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, yaitu
perspektif residual, institusional, dan pengembangan. Ketiga perspektif tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk model welfare state negara kesejahteraan yang
merupakan basis pembangunan kesejahteraan sosial, khususnya pemberantasan kemiskinan di negara-negara demokratis.
a. Pendekatan Residual
Pandangan residual menyatakan bahwa pelayanan sosial baru perlu diberikan hanya apabila kebutuhan individu tidak dapat dipenuhi dengan baik oleh lembaga-
lembaga yang ada di masyarakat, seperti institusi keluarga dan ekonomi pasar. Bantuan finansial dan sosial sebaiknya diberikan dalam jangka pendek, pada masa
kedaruratan, dan harus dihentikan manakala individu atau lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi dapat berfungsi kembali. Perspektif residual sering disebut
sebagai pendekatan yang “menyalahkan korban” atau blaming the victim approach. Masalah sosial, termasuk kemiskinan disebabkan oleh kesalahan-
Universitas Sumatera Utara
kesalahan individu dan karenanya menjadi tanggungjawab dirinya, bukan sistem sosial. Metoda pekerjaan sosial dalam mengatasi masalah sosial melibatkan
pendekatan klinis dan pelayanan langsung yang ditujukan untuk membantu orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Program-program pengentasan
kemiskinan yang bergaya Jaring Pengaman Sosial JPS atau subsidi BBM adalah “anak kandung” faham residual. Penerima pelayanan sosial dianggap sebagai
klien, pasien, orang yang tidak mampu menyesuaikan diri atau bahkan penyimpang deviant Parsons et.al, 1994.
b. Pendekatan Institusional
Pendekatan Institusioanal melihat sistem dan usaha kesejahteraan sosial sebagai fungsi yang tepat dan sah dalam masyarakat modern serta pelayanan sosial
dipandang sebagai hak warga negara. Perspektif institusional termasuk dalam gugus pendekatan “yang menyalahkan sistem” atau blaming the system approach
Parsons, et.al, 1994. Individu dan kelompok dipandang sebagai warga negara yang sehat, aktif dan partisipatif. Kemiskinan bukan disebabkan oleh kesalahan
individu. Melainkan produk dari sistem sosial yang tidak adil, menindas dan rasis. Metoda pekerjaan sosial yang sering digunakan mencakup program-program
pencegahan, pendidikan, pemberdayaan dan penguatan struktur-struktur kesempatan. Tiga bentuk program pemerintah yang umum ditekankan oleh
pendekatan institusional meliputi: penciptaan distribusi pendapatan, stabilisasi mekanisme pasar swasta, dan penyediaan barang-barang publik tertentu
pendidikan, kesehatan, perumahan sosial, rekreasi, yang tidak disediakan oleh pasar secara efisien Parsons et.al, 1994.
Universitas Sumatera Utara
c. Pendekatan Pengembangan
Konsep pembangunan nasional yang diajukan Midgley 1995 dalam buku Social Development: The Development Perspective in Social Welfare 1995
menawarkan pendekatan alternatif, yakni perspektif pengembangan developmental perspective yang memadukan aspek-aspek positif dari
pendekatan residual maupun institusional Zastrow, 2000. Perspektif pengembangan ini sering disebut juga sebagai pendekatan pembangunan sosial
oleh Midgley 1995 didefenisikan sebagai “a process of planned social change designed to promote the well-being of population as a whole in conjunction with a
dynamic process of economic development”. Midgley mendukung pengembangan program-program kesejahteraan sosial, peran aktif pemerintah, serta keterlibatan
tenaga-tenaga profesional dalam perencanaan sosial. Menurut Midgley 2005: Selain memfasilitasi dan mengarahkan pembangunan sosial, pemerintah juga
seharusnya memberikan kontribusi langsung pada pembangunan sosial lewat bermacam kebijakan dan program sektor publik. Perspektif institusional
membutuhkan bentuk organisasi formal yang bertanggungjawab untuk mengatur usaha pembangunan sosial dan mengharmoniskan implementasi dari berbagai
pendekatan strategis yang berbeda. Organisasi seperti ini berada pada tingkat yang berbeda tetapi tetap harus dikoordinasikan pada tingkat nasional. Mereka
juga mempekerjakan tenaga spesialis yang telah terlatih dan terampil untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Metoda pekerjaan sosial
yang digunakan adalah metode casework atau terapi individu dan konseling Suharto, 2009:10-15.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Pemikiran
Sebagai upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan, dibentuk suatu program KUBE yang diberikan kepada keluarga miskin. Bantuan KUBE ini
merupakan bagian Program Penanggulangan Fakir Miskin P2FM dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Diharapkan dengan program ini dapat
meningkatkan dan memperbaiki kondisi keluarga miskin di Kecamatan Air Batu terutama di Desa Danau Sijabut dan Desa Sei Alim Ulu seperti: 1 Peningkatan kemampuan
berusaha, 2 Peningkatan pendapatan, 3 Pengembangan usaha, 4 Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial.
KUBE merupakan salah satu program Departemen Sosial RI untuk mengentaskan kemiskinan di desa-desa dengan sasaran rumah tangga miskin yang dibina melalui
kelompok-kelompok usaha potensial. Masing-masing KUBE terdiri dari 10 Kepala Keluaraga miskin. Sistem pelaksanaan program ini sangat ketat karena masing-masing
kelompok diawasi oleh pendamping dari Dinas Sosial Kabupaten Asahan. Pemerintah Kabupaten Asahan melalui Dinas Sosial Kabupaten Asahan
menyalurkan bantuan KUBE yang diwakilkan pendamping kabupaten yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil ke pihak kecamatan. Pihak kecamatan menyalurkan bantuan
tersebut ke pihak kelurahan atau desa melalui pendamping kecamatan yang berasal dari non Pegawai Negeri Sipil. Pihak kelurahan atau desa menyalurkan bantuan tersebut
kepada rumah tangga miskin disaksikan oleh tokoh masyarakat, organisasi sosial dan karang taruna.
Dari uraian di atas dapat digambarkan bagan alur pemikiran sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Bagan Kerangka Pemikiran
PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA KUBE
PIHAK KECAMATAN
Hasil yang ingin dicapai: -
Peningkatan kemampuan berusaha -
Peningkatan pendapatan -
Pengembangan usaha -
Peningkatan rasa kekeluargaan PIHAK KELURAHANDESA
MASYARAKAT PEMKAB. ASAHAN
melalui DINAS SOSIAL KABUPATEN ASAHAN
Universitas Sumatera Utara
2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1 Defenisi Konsep