Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA

BIDANG PETERNAKAN BINAAN DINAS SOSIAL

KABUPATEN ASAHAN DI KECAMATAN

AIR BATU KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial

Oleh:

HALIM MURDANI NIM : 060902060

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Halim Murdani, 060902060, Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

(Skripsi ini berisi 6 bab, 94 Halaman, 1 Gambar, 39 Tabel, 23 Kepustakaan dan Lampiran)

ABSTRAK

Dinas Sosial Kabupaten Asahan berusaha untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan melalui program KUBE. Bantuan berupa penguatan dana usaha dalam bentuk dana bergulir, tiap KUBE terdiri 10 anggota. Usaha yang ditempatkan di Kecamatan Air Batu oleh Dinas Sosial Kabupaten Asahan melalui pihak pendamping kecamatan dalam bentuk usaha peternakan kambing dan masing-masing anggota KUBE mendapat dua ekor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Program KUBE Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga penerima program KUBE Bidang Peternakan binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air berjumlah 60 Kepala Keluarga. Analisis data dilakukan dengan editing, koding, membuat kategori dan menghitung frekuensi data.

Hasil penelitian menunjukkan 42 responden (70%) menyatakan bahwa dengan adanya program ini pendapatan responden tetap, 48 responden (66,70%) menyatakan program ini dapat meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan, 60 responden (100%) menyatakan program ini dapat meningkatkan kemampuan dalam berusaha dan 10 responden (16,70%) menyatakan bahwa program ini dapat mengembangkan usahanya. Hasil yang dicapai dalam program ini berupa pendapatan responden yang tetap disebabkan hewan ternak masih dalam tahap perkembangbiakan sehingga belum dapat memberikan hasil yang maksimal berupa peningkatan pendapatan. Adanya program ini dapat meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan serta kemampuan berusaha masyarakat.


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Halim Murdani

NIM : 060902060

Judul : IMPLEMENTASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA

BIDANG PETERNAKAN BINAAN DINAS SOSIAL KABUPATEN ASAHAN DI KECAMATAN AIR BATU KABUPATEN ASAHAN

Medan, 11 Januari 2011

Pembimbing Skripsi

Hairani Siregar, S.Sos, MSP NIP. 19710927 199801 2 001

Ketua Departemen

Hairani Siregar, S.Sos, MSP NIP. 19710927 199801 2 001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP.19680525 199203 1 002


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan didepan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 11 Januari 2011 Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Tim Penguji

Ketua Penguji : Reader/Penguji I : Penguji II :


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga skripsi yang berjudul:

Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan. Skripsi

ini telah selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan serta bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani, S.Sos, MSP. selaku Dosen Pembimbing skripsi dan Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian secara ikhlas untuk membimbing serta mengarahkan penulis dari persiapan hingga penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. Syafruddin Harahap, M.Si selaku Kepala Dinas Kesatuan Bangsa dan Lindungan Masyarakat Kabupaten Asahan beserta jajarannya.


(6)

4. Bapak Drs. Poniman, M.AP. selaku Camat Kecamatan Air Batu beserta jajarannya, Bapak Mustapa, SH, Ibu Netti Herawati, SH, Bapak Zainal, Kakanda Dwi Pratiwi dan lain-lainnya yang telah membantu penulis dalam penelitian untuk bahan skripsi di Kecamatan Air Batu.

5. Bapak Sutan Horas Pane selaku Kepala Desa Danau Sijabut beserta jajarannya, Abangda Zainal Arif Sitorus, Kakanda Asnidaniar dan lain-lainnya yang telah membantu penulis dalam penelitian untuk bahan skripsi di Desa Danau Sijabut. 6. Bapak Zuprijal Lubis selaku Kepala Desa Sei Alim Ulu beserta jajarannya yang

telah membantu penulis dalam penelitian untuk bahan skripsi di Desa Sei Alim Ulu.

7. Kedua orang tua tercinta, Muhammad Kardi dan Nur’aini Sitorus yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi, do’a dan kasih sayang kepada penulis. Juga kepada saudara tersayang Hilda Sari Affianti, SKG, Dian Harisa Afiliani dan Sri Wardani yang selalu siap sedia untuk memberikan bantuan dan semangat kepada saya sehingga dapat menyelesaikan kuliah dan memperoleh sarjana yang berguna bagi keluarga khususnya. Terima kasih saya ucapkan buat keluarga besar saya yang telah turut mendo’akan saya sehingga dapat menyelesaikan kuliah Departemen Ilmu Kesejahteran Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara di Medan.

8. Sahabat-sahabat terbaik penulis Pandu, Rozi, Beni, Win, Feri, Erwin, Manuel, Edo, Ari, Nanta, Mantho, Hammad, Anwar, Ade, Bobi, Mustaqim serta semua angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.


(7)

9. Bapak-bapak dan sahabat-sahabat yang sebagai penjaga keamanan kendaraan di parkiran. Pak Naryo, Pak Lundu, Sukron, Lakso dan Abdul.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dalam penyusunan skripsi ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Januari 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelian dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9

1.4. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pengertian Implementasi ... 11

2.2. Pengertian Program ... 16

2.3. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ... 17

2.3.1. Tujuan Penumbuhan KUBE ... 17

2.3.2. Langkah atau Kegiatan Pokok Pembentukan KUBE 18 2.3.3. Kepengurusan KUBE ... 19

2.3.4. Administrasi KUBE... 19

2.4. Peternakan ... 20

2.4.1. Tujuan Peternakan ... 21

2.5. Kemiskinan ... 22

2.5.1. Indikator Kemiskinan di Indonesia ... 22

2.5.2. Dimensi Kemiskinan di Indonesia ... 24

2.5.3. Sasaran dan Fokus Penanggulangan Kemiskinan ... 27

2.6. Kesejahteraan Sosial ... 28

2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 28

2.6.2. Pendekatan ... 30

2.7. Kerangka Pemikiran ... 33

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 35


(9)

2.8.2. Defenisi Operasional ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1. Tipe Penelitian ... 38

3.2. Lokasi Penelitian ... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Sampel ... 39

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 41

4.1. Deskripsi Wilayah ... 41

4.2. Keadaan Demografis ... 41

4.3. Pertanian ... 45

4.4. Sarana ... 46

4.5. Desa Danau Sijabut ... 47

4.5.1. Deskripsi Wilayah ... 47

4.5.2. Kondisi Demografis... 47

4.5.3. Kondisi Sosial Ekonomi ... 52

4.5.4. Pertanian, Perikanan dan PemanfaatanLahan ... 53

4.5.5. Sarana ... 53

4.6. Desa Sei Alim Ulu ... 55

4.6.1. Deskripsi Wilayah ... 55

4.6.2. Kondisi Demografis... 55

4.6.3. Kondisi Sosial Ekonomi ... 59

4.6.4. Pertanian, Perikanan dan Pemanfaatan Lahan ... 60

4.6.5. Sarana ... 60

BAB V ANALISA DATA ... 62

5.1. Karakteristik Responden ... 62

5.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 64

5.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Pendapatan ... 73

5.2. Implementasi Program KUBE ... 74

5.2.1. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tentang Pengetahuan Program... 74

5.2.2. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemungutan Biaya Dalam Mendapatkan Bantuan Program ... 76

5.2.3. Distribusi Jawaban Responden Tentang Mendapatkan Pelatihan Program ... 76

5.2.4. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Program ... 77

5.2.5. Distribusi Jawaban Responden Tentang Tepat Waktu Program ... 79

5.2.6. Distribusi Jawaban Responden Tentang Peningkatan Kemampuan Berusaha ... 83


(10)

5.3. Pendampingan ... 85

5.3.1. Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pendamping ... 86

5.3.2. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan dan Wawasan ... 87

5.3.3. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendamping Membantu Pelaksanaan Program... 87

BAB VI PENUTUP ... 89

6.1. Kesimpulan ... 89

6.2. Saran-saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Air Batu 42

2. Distribusi penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Air Batu ... 42

3. Distribusi penduduk berdasarkan suku di Kecamatan Air Batu ... 43

4. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Air Batu ... 44

5. Sarana ... 46

6. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Danau Sijabut 48 7. Distribusi penduduk berdasarkan usia di Desa Danau Sijabut ... 49

8. Distribusi penduduk berdasarkan agama di Desa Danau Sijabut ... 50

9. Distribusi penduduk berdasarkan suku di Desa Danau Sijabut ... 51

10. Distribusi penduduk kategori miskin di Desa Danau Sijabut ... 52

11. Sarana ... 54

12. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Sei Alim Ulu 55 13. Distribusi penduduk berdasarkan usia di Desa Sei Alim Ulu... 56

14. Distribusi penduduk berdasarkan agama di Desa Sei Alim Ulu ... 57

15. Distribusi penduduk berdasarkan suku di Desa Sei Alim Ulu... 58

16. Distribusi penduduk kategori miskin di Desa Sei Alim Ulu ... 59

17. Sarana ... 61

18. Distribusi responden berdasarkan usia ... 63

19. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ... 65

20. Distribusi responden berdasarkan suku ... 66

21. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 67

22. Distribusi responden berdasarkan jumlah anak bersekolah ... 68

23. Distribusi responden berdasarkan pendidikan ... 69

24. Distribusi responden berdasarkan lama bertempat tinggal ... 70

25. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan setelah menjalankan program ... 71

26. Distribusi responden berdasarkan penghasilan perbulan sebelum menjalankan program ... 72

27. Distribusi responden berdasarkan pemenuhan kebutuhan ... 73

28. Distribusi jawaban responden tentang informasi program ... 74

29. Distribusi jawaban responden tentang penggunaan Kartu Tanda Penduduk dalam mendapatkan bantuan program ... 75

30. Distribusi jawaban responden tentang pengadaan program ... 77

31. Distribusi jawaban responden tentang jumlah hewan ternak ... 78


(12)

34. Distribusi jawaban responden tentang pelayanan petugas ... 81

35. Distribusi jawaban responden tentang peningkatan rasa kekeluargaan antar anggota ... 82

36. Distribusi jawaban responden tentang peningkatan pendapatan ... 83

37. Distribusi jawaban responden tentang pengembangan usaha ... 84

38. Distribusi jawaban responden tentang materi yang dibahas ... 85


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Responden

2. Daftar Pertanyaan Kuesioner 3. Peta Kecamatan Air Batu 4. Surat Mohon Izin Penelitian 5. Surat Keterangan Izin Penelitian


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Halim Murdani, 060902060, Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

(Skripsi ini berisi 6 bab, 94 Halaman, 1 Gambar, 39 Tabel, 23 Kepustakaan dan Lampiran)

ABSTRAK

Dinas Sosial Kabupaten Asahan berusaha untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan melalui program KUBE. Bantuan berupa penguatan dana usaha dalam bentuk dana bergulir, tiap KUBE terdiri 10 anggota. Usaha yang ditempatkan di Kecamatan Air Batu oleh Dinas Sosial Kabupaten Asahan melalui pihak pendamping kecamatan dalam bentuk usaha peternakan kambing dan masing-masing anggota KUBE mendapat dua ekor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Program KUBE Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga penerima program KUBE Bidang Peternakan binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air berjumlah 60 Kepala Keluarga. Analisis data dilakukan dengan editing, koding, membuat kategori dan menghitung frekuensi data.

Hasil penelitian menunjukkan 42 responden (70%) menyatakan bahwa dengan adanya program ini pendapatan responden tetap, 48 responden (66,70%) menyatakan program ini dapat meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan, 60 responden (100%) menyatakan program ini dapat meningkatkan kemampuan dalam berusaha dan 10 responden (16,70%) menyatakan bahwa program ini dapat mengembangkan usahanya. Hasil yang dicapai dalam program ini berupa pendapatan responden yang tetap disebabkan hewan ternak masih dalam tahap perkembangbiakan sehingga belum dapat memberikan hasil yang maksimal berupa peningkatan pendapatan. Adanya program ini dapat meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan serta kemampuan berusaha masyarakat.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan, dan gizi serta kesejahteraannya sehingga menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal maupun non formal dan membawa konsekuensi terhadap pendidikan informal yang rendah (Supriatna, 2000:196).

Defenisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009:43-46).

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya membutuhkan keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi oleh masalah kesenjangan baik antargolongan penduduk maupun pembangunan antarwilayah, yang diantaranya ditunjukan oleh buruknya kondisi pendidikan dan kesehatan serta rendahnya


(16)

pendapatan dan daya beli, sebagaimana tercermin dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki pendapatan berada dibawah garis kemiskinan yang dijadikan sebagai ukuran resmi kondisi kemiskinan di Indonesia (Sumodiningrat, 2009:5).

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang (BPS, 2009).

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.499.700 orang atau sebesar 11,51 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.613.800 orang. Dengan demikian, ada penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 114.100 orang atau sebesar 1,04 persen. Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengindikasikan bahwa dampak dari program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini (BPS Sumut, 2009).

Penanggulangan kemiskinan adalah sebuah kebijakan strategis yang mau tidak mau diambil oleh pemerintah selaku agen pembangunan yang bertanggung jawab atas terselenggaranya perbaikan sosial pada segenap lapisan masyarakat. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan penduduk itu bersegi banyak. Analisis masalahnya


(17)

tidak hanya layak ditujukan pada perspektif masyarakat yang menerima program perbaikan sosial ekonomi. Tidak kurang pentingnya adalah perlunya memberi perhatian khusus pada dinamika aparat pelaksana program itu sendiri (Sarman, 2000:vi).

Upaya penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk membebaskan dan melindungi masyarakat dari kemiskinan dan beserta segala penyebabnya. Upaya yang dimaksud tidak saja diarahkan untuk mengatasi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga dalam rangka membangun semangat dan kemandirian masyarakat miskin untuk berpartisipasi sepenuhnya sebagai pelaku dalam berbagai tahap pembangunan. Dalam konteks ini, pendekatan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin menjadi sangat penting dan strategis mengingat jumlahnya yang relatif besar, sehingga berpengaruh secara langsung terhadap pencapaian kinerja berbangsa dan bernegara.

Makna dari pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan yang tersedia dilingkungan sekitarnya untuk meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena masyarakat adalah makhluk hidup yang memiliki relasi-relasi sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri dikalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing secara bersama-sama. Fakta ini sekaligus menjadi pertimbangan utama untuk tidak seharusnya membuat dikotomi diantara penanganan permasalahan sosial dan ekonomi.

Kondisi aktual antarindividu, kelompok, maupun komunitas yang berbeda dan unik menyebabkan upaya yang dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat perlu dirancang secara spesifik dan fokus, sehingga dampak positif yang dihasilkan dapat


(18)

dioptimalkan. Selain untuk mengoptimalkan manfaat, upaya pemberdayaan terfokus juga dibutuhkan dengan mengingat bahwa sumber daya pembangunan yang dimiliki pemerintah relatif terbatas dan tidak dapat menjangkau semua sasaran penaggulangan kemiskinan dalam kurun waktu yang singkat (Sumodiningrat, 2009:5-7).

Menurut Kieffer (1981), pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Parsons

et.al. (1994:106) juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:

sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi perubahan sosial yang lebih besar, sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain, pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan (Suharto, 2009:63).

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Guna melengkapi pemahaman mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya (Suharto, 2009:60).

Pemerintah telah banyak melakukan upaya-upaya pengentasan masalah kemiskinan, program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilaksanakan antara lain P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil), KUBE (Kelompok Usaha Bersama), TPSP-KUD (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-Koperasi Unit Desa),


(19)

UEDSP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam), PKT (Pengembangan Kawasan Terpadu), IDT (Inpres Desa Tertinggal), PPK (Program Pengembangan Kecamatan), P3DT (Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), PDMDKE (Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi) dan P2MPD (Proyek Pembangunan Masyarakat dan Pemerintah Daerah). Program penanggulangan kemiskinan juga dilakukan oleh Bank Indonesia melalui berbagai program keuangan mikro (micro financing) bersama beberapa bank-bank pembangunan daerah (BPD) dan bank-bank perkreditan rakyat (BPR) yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Salah satu diantaranya program mengentaskan permasalahan kemiskinan adalah dengan pemberdayaan fakir miskin, yaitu dengan memberikan bantuan sosial melalui bantuan stimulan usaha ekonomi produktif kepada Keluarga Binaan Sosial (KBS) yang dikelola secara berkelompok melalui pendekatan KUBE (Sumodiningrat, 2009:46-47).

Bantuan stimulan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan pokok hidupnya yang layak dan mampu melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif. Namun karena keterbatasan kemampuan keluarga miskin dalam mengelola bantuan sosial tersebut, aksesbilitas pemasaran, kualitas usaha dan cara usaha, maka harus dibantu dengan suatu mekanisme pendampingan baik oleh supra struktur maupun infrastruktur sendiri. Karena pembangunan kesejahteraan sosial merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, bahwa masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial dengan mengindahkan garis kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan


(20)

sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Perundang-Undangan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Dinsos Prov. Lampung, 2009).

Melalui program pemberdayaan masyarakat ini diharapkan tercipta proses penguatan dan pemberdayaan kelompok masyarakat miskin (seperti KUBE) serta terbentuk jaringan bisnis yang dapat mengantarkan masyarakat miskin menuju masyarakat yang madani, yaitu masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan berlandaskan iman dan takwa. Program ini utamanya adalah menggerakkan spirit “bangunlah jiwanya-bangunlah badannya”, yaitu sikap dan perilaku masyarakat miskin menjadi masyarakat entrepreneur yang ulet, tangguh, dan mandiri. Selain menggerakkan spirit masyarakat madani, ada tiga intervensi yang dilakukan dalam program pemberdayaan masyarakat, yaitu adanya pendamping (mulai dari tingkat pusat sampai tingkat desa), akses modal usaha yang berasal dari Anggaran Perencanaan Belanja Negara (APBN), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), Corporate Social

Responsibility (CSR) maupun dana padanan perbankan), dan sistem untuk menjamin

keberhasilan program.

Melalui program pemberdayaan masyarakat ini juga akan terjadi penciptaan lapangan kerja (mengurangi pengangguran) yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin (mengurangi kemiskinan) sehingga mampu menabung untuk mendorong pertumbuhan wilayah. Inilah prinsip KUTABUNG (Kerja-Untung-Tabung), sehingga pada gilirannya KUBE tumbuh dan berkembang dalam empat aspek yaitu peningkatan kapasitas manajemen dan tekhnologi (capacity building), pengembangan kelembagaan baik dari aspek organisasi dan sistem (institutional building),


(21)

pengembangan karakter kepemimpinan dan kewirausahaan (character building), dan terjadi pengembangan modal dan aset kelompok atau jaringan (equity building) (Sumodiningrat, 2009:60-61).

KUBE adalah kelompok warga atau keluarga binaan yang dibentuk warga atau keluarga yang telah dibina melalui proses kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulans, dan pendampingan (Sumodiningrat, 2009:88).

Menurut data demografis Kabupaten Asahan dan data statistik pada tahun 2008, jumlah penduduknya 688.529 jiwa, yang tersebar pada 25 kecamatan dengan 177 desa dan 27 kelurahan dengan luas wilayah daratan 3.817,5 Km2, tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan 185 jiwa per Km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 70,56 persen (setara dengan 485.826 jiwa) dan sisanya 29,44 persen (setara dengan 202.703 jiwa) tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 162.093 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,3 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2008 sebesar 1,76 persen. Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 35,17 persen (setara dengan 242.156 jiwa), persentase penduduk usia 15-64 tahun sebesar 60,74 persen (setara dengan 418.213 jiwa) dan persentase penduduk usia 64 tahun ke atas sebesar 4,09 persen (setara dengan 28.161 jiwa) yang berarti jumlah penduduk usia


(22)

produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 64,64 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang penduduk usia non produktif (BPS Kab. Asahan, 2008).

Dari total penduduk keluarga miskin sekitar 102.729 jiwa atau setara dengan 14,92 persen dari total jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan, sebagian dari mereka berasal dari kelompok penghasilan rendah yang dalam ekonomi diterminologikan sebagai orang-orang miskin (Kabar Indonesia, 2008).

Maka dari itu sejak tahun 2008 Dinas Sosial Kabupaten Asahan berusaha untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan tersebut melalui KUBE. Bantuan telah diberikan kepada 30 KUBE di Kabupaten Asahan. Bantuan berupa penguatan dana usaha dalam bentuk dana bergulir, tiap KUBE terdiri 10 anggota.

Hubungan antara Kecamatan Air Batu dengan Kabupaten Asahan, Kecamatan Air Batu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Asahan dengan jumlah penduduk sekitar 40.602 jiwa atau dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 8.448 Rumah Tangga. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh pihak kecamatan menunjukkan bahwa penduduk yang kategorikan miskin di Kecamatan Air Batu untuk bulan Juli 2010 sebesar 1.040 Rumah Tangga Miskin yang tersebar di 12 desa (Kantor Kecamatan Air Batu, 2010).

Usaha yang ditempatkan di Kecamatan Air Batu Desa Danau Sijabut dan Desa Sei Alim Ulu oleh Dinas Sosial Kabupaten Asahan melalui pihak pendamping kecamatan dalam bentuk usaha peternakan. Usaha ternak yang dijalankan adalah hewan ternak berupa kambing dan masing-masing anggota KUBE mendapat dua ekor kambing. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan diatas maka peneliti merasa


(23)

tertarik untuk melihat implementasi program Kelompok Usaha Bersama bidang peternakan binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama

Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Dapat menjadi masukan bagi instansi atau lembaga terkait dan sumber informasi

pemerintah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program penanggulangan masyarakat miskin yaitu Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) khususnya yang menjadi binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan.

2. Dapat memberikan sumbangan positif terhadap khasanah keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Menambah wawasan ilmiah bagi peneliti, terutama yang berhubungan program pemberdayaan fakir miskin di masyarakat.


(24)

1.4Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Implementasi

Implementasi menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah sama dengan pelaksanaan. Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijaksanaan. Dalam kaitan ini, seperti yang dikemukakan oleh Ujodi dalam Wahab (1990:51) yang menyatakan bahwa pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuat kebijaksanaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan (Wahab, 1990:51).

Lebih jauh Van Meter dan Van Horm dalam Wahab (1990:49) merumuskan proses implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah dan swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Sedangkan Jefry L. Presman dan Aaron B. Wildavsky mendefenisikan implementasi sebagai penerapan mungkin dapat dipandang sebagai sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan atau tindakan yang mampu untuk meraihnya. Pelaksanaan atau penerapan program dengan demikian telah menjadi suatu rangkaian yang tidak tampak. Penerapan adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan (Jones, 1996:295).


(26)

Sementara itu Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1979) mengatakan bahwa defenisi implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yaitu kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul yang sudah disyahkan pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat (Wahab, 1990:51).

Jadi dengan demikian, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan suatu program. Tiga kegiatan berikut ini adalah pilar-pilarnya :

1. Organisasi yaitu pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metode-metode untuk menjadikan program ini berjalan.

2. Interpretasi yaitu menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima dan dilaksanakan.

3. Penerapan yaitu ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program (Jones, 1996:296)

Implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk melaksanakan atau mengoperasikan sebuah program. Program merupakan tahap-tahap dalam penyeleasian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan.

Hasil defenisi-defenisi implementasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan


(27)

implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain :

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan diambil dalam mencapai tujuan. c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. d. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Berhasil atau tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya (eksekutif). Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu organisasi maupun perorangan bertanggungjawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi. Dalam tahap implementasi, eksekutif melaksanakan rencana yang tercantum dalam anggaran dalam bentuk kegiatan nyata. Anggaran merupakan bagian dari program, dan program merupakan penjabaran dari strategi objektif dan strategi inisiatif. Oleh karena itu, eksekutif harus menyadari keterkaitan erat antara implementasi, anggaran, program, strategi objektif, strategi inisiatif dan strategi mewujudkan visi organisasi.

Isi daripada kebijaksanaan pada dasarnya meliputi adanya program yang bermanfaat, kelompok sasaran, terjadinya jangkauan perubahan. Terdapatnya sumber daya, serta adanya pelaksanaan program. Hasil akhir dari kegiatan implementasi ini dapat dilihat dari dampaknya terhadap masyarakat baik individu maupun kelompok, dan juga dapat dilihat dari tingkat perubahan yang dialami penerimanya. Kegagalan atau


(28)

keberhasilan implementasi dapat dilihat dari kemampuan pelakasana secara nyata dalam mengoperasionalkan program yang telah dirancang.

Dalam mengoperasionalkan implementasi program agar tercapai sesuatu tujuan serta terpenuhinya misi program diperlukan kemampuan tinggi pada organisasi pelaksananya. Organisasi ini bisa dimulai dari organisasi ditingkat atas sampai yang berada dilevel baik itu negeri atau swasta. Baik tidaknya suatu program atau kebijaksanaan yang telah diterapkan merupakan masalah yang sungguh-sungguh kompleks bagi setiap organisasi, termasuk pemerintah serta menjadi masalah karena biasanya terdapat kesenjangan waktu antara penetapan program atau kebijaksanaan dengan pelaksanaannya. Dalam kaitan ini, Jones mengatakan bahwa implementasi adalah suatu proses interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijakan yang mendahuluinya dengan kata lain pelaksanaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program dengan pilar-pilarnya organisasi, interpretasi dan penerapan (Jones, 1996:294).

Jadi implementasi atau pelaksanaan dapat dikatakan merupakan kemampuan yang tersusun untuk membentuk hubungan-hubungan yang lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan model yang dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam Wahab (1990:67) yang disebut dengan A Frame Work For Implementation dikatakan bahwa peran penting dari analisa kebijakan negara adalah mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan pada keseluruhan proses implementasi kebijaksanaan yaitu :


(29)

1. Kesukaran teknis.

2. Keseragaman prilaku yang akan diatur.

3. Presentasi atau totalitas penduduk yang mencakup dalam kelompok sasaran dibandingkan jumlah penduduk.

B. Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi 1. Kecermatan dan kejelasan perjenjangan tujuan resmi yang akan dicapai. 2. Keterandalan teori kausalitas yang dipergunakan.

3. Ketetapan alokasi sumber dana.

4. Keterpaduan hierarki dan lingkungan diantara lembaga atau instansi pelaksana. 5. Aturan pembuatan keputusan dari badan pelaksana.

6. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam Undang-Undang dan peraturan.

7. Akses formal pihak-pihak luar.

C. Variabel diluar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi 1. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi.

2. Dukungan publik

3. Sikap dan sumber yang dimiliki masyarakat. 4. Dukungan dari pejabat atasan yang berwenang.

5. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan dari pejabat-pejabat pelaksana. Didalam mengimplementasikan suatu program pemerintah harus merangsang masyarakat untuk memikul tanggungjawab yang harus meningkat dan program harus dikembangkan dimulai dari bawah dan berakar secara kukuh. Jadi harus terdapat keadaan


(30)

yang membangkitkan spontanitas dan dukungan masyarakat terhadap program yang dirancang oleh organisasi pemerintah yang berorientasi pada tujuan.

2.2 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.

“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and

integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu

program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.


(31)

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996:295).

2.3 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

KUBE adalah kelompok warga atau keluarga binaan yang dibentuk warga atau keluarga yang telah dibina melalui proses kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulans, dan pendampingan.

2.3.1 Tujuan Penumbuhan KUBE

Tujuan penumbuhan KUBE diarahkan kepada upaya mempercepat penghapusan kemiskinan melalui :


(32)

1. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok.

2. Peningkatan pendapatan. 3. Pengembangan usaha.

4. Peningkatan kepeduliaan dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dan masyarakat sekitar.

Sasaran pemberdayaan masyarakat adalah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan.

2.3.2 Langkah atau Kegiatan Pokok Pembentukan KUBE

Selain KUBE yang ditumbuhkembangkan melalui program pemberdayaan masyarakat, langkah atau kegiatan pokok pembentukan KUBE untuk sasaran penduduk miskin lainnya adalah:

1. Pelatihan keterampilan berusaha dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan praktis berusaha yang disesuaikan dengan minat dan keterampilan penduduk miskin serta kondisi wilayah, termasuk kemungkinan pemasaran dan pengembangan hasil usahanya. Nilai tambah lain dari pelatihan adalah tumbuhnya rasa percaya diri dan harga diri penduduk miskin untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperbaiki kondisi kehidupannya.

2. Pemberian bantuan stimulan sebagai modal kerja atau berusaha yang disesuaikan dengan keterampilan penduduk miskin dan kondisi setempat. Bantuan ini merupakan hibah (bukan pinjaman atau kredit) akan tetapi diharapkan bagi penduduk miskin penerima bantuan untuk mengembangkan dan meggulirkan kepada warga masyarakat lain yang perlu dibantu.


(33)

3. Pendampingan mempunyai peran sangat penting bagi keberhasilan dan berkembangnya KUBE, mengingat sebagian besar penduduk miskin merupakan kelompok yang paling miskin dan fakir miskin. Secara fungsional pendampingan dilaksanakan oleh pekerja sosial di kecamatan yang dibantu oleh infrastruktur kesejahteraan sosial di daerah seperti Karang Taruna (KT), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Organisasi Sosial (Orsos), dan Wanita Pemimpin Usaha Kesejahteraan Sosial (WPUKS).

2.3.3 Kepengurusan KUBE

Pada hakikatnya, KUBE dibentuk dari, oleh, dan untuk anggota kelompok. Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkordinasikan kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan, pengetahuan, dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil pilihan dari anggotanya.

Anggota KUBE adalah penduduk miskin sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota setiap KUBE berkisar antara 5 sampai 10 orang/KK sesuai dengan jenis usaha atau komunitas penduduk miskin. Khusus untuk pembinaan masyarakat terasing dan rehabilitasi sosial daerah kumuh pembentukan KUBE berdasarkan unit pemukiman sosial adalah satu KUBE.

2.3.4 Administrasi KUBE

Agar KUBE dapat berjalan dan berkembang dengan baik, pengurus maupun pengelola KUBE perlu memiliki catatan atau administrasi yang baik, yang mengatur


(34)

keanggotaan, organisasi, kegiatan, keuangan, pembukuan, dan lain sebagainya. Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku peraturan KUBE, pembukuan keuangan/pengelolaan hasil, daftar pengurus dan sebagainya.

Selanjutnya dalam rangka keberlanjutan program, diperlukan pembinaan terhadap KUBE. Pembinaan dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penumbuhan dan pengembangan KUBE, disamping meningkatkan motivasi dan kemampuan pelaksanaan di lapangan serta kapasitas manajemen pengelola KUBE. Pembinaan dilaksanakan oleh petugas atau pendamping sosial wilayah mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan secara berjenjang.

Monitoring dan evaluasi perlu senantiasa dilakukan untuk mengetahui perkembangan KUBE dan permasalahan yang merupakan hambatan serta upaya pemecahannya, sehingga upaya penumbuhan dan pengembangan KUBE berjalan sesuai dengan rencana. Kegiatan monitoring dan evaluasi beserta pelaporannya dilaksanakan melalui mekanisme secara berjenjang mulai tingkat desa sampai pusat (Sumodiningrat, 2009 : 88-90).

2.4 Peternakan

Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak hanya memelihara. Memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.Peternakan adalah suatu proses biologis yang dikendalikan.Banyak unsur yang terkait didalamnya dan ini boleh dikatakan merupakan suatu sistem, dimana manusia


(35)

sebagai subjek dan ternak adalah objeknya sedangkan penerapan tekhnologi sebagai alat untuk mencapai tujuan produksi peternakan. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedangkan kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dan lainnya.

Beternak dapat memberikan berbagai manfaat, misalnya beternak kambing. Banyak manfaat yang dapat diambil dari usaha beternak kambing. Selain diambil dagingnya, kambing dapat dimanfaatkan kulitnya, kotorannya dan tulangnya. Bahkan jenis-jenis kambing tertentu dapat diambil susunya, bulunya untuk kain wol dan sebagainya.

2.4.1 Tujuan Peternakan

Suatu usaha agribisnis seperti peternakan harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tanpa tujuan sulit bagi peternak untuk mengevaluasi sudah sejauh mana langkah yang telah dilakukan. Sulit baginya untuk menilai apakah langkah itu salah atau benar. Dalam suatu kegiatan peternakan, tujuan yang dapat dicapai dapat berupa : peternakan dibuka untuk tujuan komersial, yaitu kegiatan peternakan untuk memperoleh keuntungan. Bila tujuan ini yang ditetapkan maka segala prinsip ekonomi perusahaan, ekonomi mikro dan makro, konsep akuntansi dan manajemen harus diterapkan. Namun apabila peternakan dibuka untuk tujuan untuk pemanfaatan sumber daya, misalnya tanah atau untuk mengisi waktu luang tujuan utama memang bukan merupakan aspek komersial, namun harus tetap mengharapkan modal yang ditanamkan dapat kembali (Wikipedia, 2010).


(36)

2.5 Kemiskinan

Konsepsi umum mengenai kemiskinan biasa terkait dengan masalah ketiadaan sumber daya ekonomi dan sosial kultural karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam dan politik masyarakat tertentu. Ketiadaan modal sosial ekonomi inilah yang kemudian membatasi gerak aktivitas dan aktualisasi diri setiap individu dan dinamika sosial dalam masyarakat.

Kondisi kemiskinan merupakan masalah yang sampai hari ini tidak kunjung selesai. Sebab memiliki problematika dan dinamika tersendiri dalam masyarakat. Terlebih kemiskinan terkait dengan krisis sosial, ekonomi, dan politik (Syaifullah, 2008:9).

2.5.1 Indikator Kemiskinan di Indonesia

Menurut Chazali H. Situmorang dalam tulisannya yang berjudul “Penanganan Masalah Kemiskinan di Sumatera Utara (Poverty Reduction At North Sumatera)” yang salah satu sub bagian didalamnya menjelaskan tentang indikator kemiskinan, penduduk miskin di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu penduduk miskin yang diakibatkan oleh kemiskinan kronis atau kemiskinan struktural yang terjadi terus-menerus (sebagaimana defenisi ini telah dikemukakan) dan kemiskinan sementara yang ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi kondisi krisis.

Dalam hal ini, karakteristik masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaan/ketidakmampuan (powerlessness) dalam hal :

1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan


(37)

2. Melakukan kegiatan usaha produktif

3. Menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi

4. Menentukan nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik 5. Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa

mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.

Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan ini menumbuhkan perilaku miskin yang bermuara pada hilangnya kemerdekaan untuk berusaha, meningkatkan pendapatan dan minkmati kesejahteraan secara bermartabat. Indikator nasional dalam menentukan jumlah penduduk yang dikategorikan miskin ditentukan oleh standar garis kemiskinan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan minimum. Baik berupa kebutuhan makanan dan non-makanan yang harus dipenuhi seseorang untuk hidup layak. Penetapan nilai standar inilah yang digunakan untuk membedakan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Apabila penduduk dalam pengeluaran tidak mampu memenuhi kecukupan makanan setara 2100 kalori/hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum non-makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar, pendidikan dasar, transportasi dan aneka barang/jasa lainnya maka ia dapat dikategorikan miskin (BPS, 1999). Sementara penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan konsumsi makanan setara 1800 kalori/hari dikategorikan fakir miskin. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1981 mendefenisikan, fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak memiliki sumber daya hidup berupa mata pencaharian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau seseorang yang mempunyai sumber


(38)

mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya yang layak bagi kemanusiaan.

Selain indikator-indikator kemiskinan diatas, indikator kemiskinan lainnya yaitu: 1. Angka buta huruf (dewasa) adalah proporsi seluruh penduduk berusia 1 tahun ke

atas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.

2. Penolong persalinan oleh tenaga tradisional adalah penolong persalinan oleh dukun, keluarga atau tenaga tradisionil lainnya.

3. Penduduk tanpa akses air bersih adalah proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses air bersih. Yang termasuk air bersih disini adalah air kemasan, air leding/PAM, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan lebih dari 10 meter.

4. Penduduk tanpa akses sanitasi adalah proporsi penduduk yang menggunakan jamban umum atau lainnya sebagai tempat buang air bersih.

5. Angka kesakitan adalah proporsi penduduk yang mempunyai gangguan kesehatan sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.

6. Angka pengangguran adalah proporsi penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan, dan sudah punya pekerjaan namun belum mulai bekerja.

2.5.2 Dimensi Kemiskinan di Indonesia

Menurut Bank Dunia (World Bank, 2006) ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia :


(39)

1. Banyak rumah tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan AS$1,55 per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan.

2. Ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapatan dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia.

3. Mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.

Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Angka kemiskinan nasional menyembunyikan sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat Indonesia hidup di antara garis kemiskinan AS$1 dan AS$2 perhari, suatu aspek kemiskinan yang luar biasa dan menentukan di Indonesia.

Analisis kemiskinan dan faktor-faktor penentunya di Indonesia, dan juga belajar dari sejarah pengentasan kemiskinan di Indonesia, menunjuk kepada tiga cara untuk mengentaskan kemiskinan. Cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah:

a. Melalui Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin

Pertumbuhan ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi pengentasan kemiskinan. Pertama, langkah membuat pertumbuhan bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin


(40)

dengan proses pertumbuhan, baik dalam konteks pedesaan dan perkotaan ataupun dalam berbagai pengelompokan berdasarkan daerah dan pulau. Hal ini sangat mendasar dalam menangani aspek perbedaan antar daerah. Kedua, dalam menangani ciri kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya konsentrasi distribusi pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat akan dapat dengan cepat mengurangi angka kemiskinan serta kerentanan kemiskinan.

b. Membuat Layanan Sosial Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin

Penyediaan layanan sosial bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun sektor swasta adalah mutlak dalam penanganan kemiskinan di Indonesia. Pertama, hal itu merupakan kunci dalam menyikapi dimensi non pendapatan kemiskinan di Indonesia. Indikator pembangunan manusia yang kurang baik, misalnya angka kematian ibu yang tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki kualitas layanan yang tersedia untuk masyarakat miskin. Hal ini lebih dari sekedar persoalan yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah, karena berkaitan dengan perbaikan sistem pertanggungjawaban, mekanisme penyediaan layanan, dan bahkan proses kepemerintahan. Kedua, ciri keragaman antar daerah kebanyakan dicerminkan oleh perbedaan dalam akses terhadap layanan, yang pada akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan dalam pencapaian indikator pembangunan manusia di berbagai daerah. Dengan demikian, membuat layanan masyarakat bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci dalam menangani masalah kemiskinan dalam konteks keragaman antar daerah.


(41)

c. Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin

Disamping pertumbuhan ekonomi, dengan menentukan sasaran pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam menghadapi kemiskinan (baik dari segi pendapatan maupun non pendapatan). Pertama, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. Kedua, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi kemiskinan dari aspek non pendapatan. Membuat pengeluaran bermanfaat bagi masyarakat miskin sangat menentukan saat ini, terutama mengingat adanya peluang dari sisi fiskal yang ada di Indonesia saat kini.

Masing-masing cara tersebut menangani minimal satu dari tiga ciri utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: kerentanan, sifat multi dimensi dan keragaman antar daerah.

2.5.3 Sasaran dan Fokus Penanggulangan Kemiskinan

Penduduk miskin dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Usia lebih dari 55 tahun, yaitu kelompok masyarakat yang tidak lagi produktif (usia sudah lanjut, miskin, dan tidak produktif), untuk kelompok ini program pemerintah yang dilaksanakan bersifat pelayanan sosial,

2. Usia di bawah 15 tahun, yaitu kelompok masyarakat yang belum produktif (usia sekolah, belum bisa bekerja), program yang dilaksanakan bersifat penyiapan sosial, dan


(42)

3. Usia antara 15-55 tahun, yaitu usia sedang produktif (usia kerja tapi tidak mendapat pekerjaan, menganggur), program yang dilaksanakan bersifat investasi ekonomi, kelompok inilah yang seharusnya menjadi sasaran utama penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan pengelompokan tersebut maka program penanggulangan kemiskinan harus difokuskan kepada penanganan penduduk miskin dalam usia produktif melalui peningkatan kesempatan kerja/berusaha, peningkatan kapasitas/pendapatan, dan untuk selanjutnya mampu mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan sosial secara mandiri dan berkelanjutan (Sumodiningrat, 2009:49-50).

2.6 Kesejahteraan Sosial

2.6.1 Pengertian Kesejahteraan

Secara yuridis konsepsional pengertian kesejahteran sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut : “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Dalam mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilakukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial, pasal 5 ayat 1 adalah sebagai berikut : “Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada:

a. perseorangan b. keluarga c. kelompok d. masyarakat


(43)

Pasal 5 ayat 2 adalah sebagai berikut : “Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial:

a. kemiskinan b. ketelantaran c. kecacatan d. keterpencilan

e. ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku f. korban bencana

g. korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi (Depsos RI, 2009).

Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 itu menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama.

Menurut Walter A. Friedlander mendefenisikan : “Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan sosial kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhaidin, 1984:1-2).


(44)

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial.

2. Institusi, yakni arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2009:2).

2.6.2 Pendekatan

Mengacu pada buku Charles Zastrow (2000), Introduction to Social Work and

Social Welfare, ada tiga pendekatan dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, yaitu

perspektif residual, institusional, dan pengembangan. Ketiga perspektif tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk model welfare state (negara kesejahteraan) yang merupakan basis pembangunan kesejahteraan sosial, khususnya pemberantasan kemiskinan di negara-negara demokratis.

a. Pendekatan Residual

Pandangan residual menyatakan bahwa pelayanan sosial baru perlu diberikan hanya apabila kebutuhan individu tidak dapat dipenuhi dengan baik oleh lembaga-lembaga yang ada di masyarakat, seperti institusi keluarga dan ekonomi pasar. Bantuan finansial dan sosial sebaiknya diberikan dalam jangka pendek, pada masa kedaruratan, dan harus dihentikan manakala individu atau lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi dapat berfungsi kembali. Perspektif residual sering disebut sebagai pendekatan yang “menyalahkan korban” atau blaming the victim


(45)

kesalahan-kesalahan individu dan karenanya menjadi tanggungjawab dirinya, bukan sistem sosial. Metoda pekerjaan sosial dalam mengatasi masalah sosial melibatkan pendekatan klinis dan pelayanan langsung yang ditujukan untuk membantu orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Program-program pengentasan kemiskinan yang bergaya Jaring Pengaman Sosial (JPS) atau subsidi BBM adalah “anak kandung” faham residual. Penerima pelayanan sosial dianggap sebagai klien, pasien, orang yang tidak mampu menyesuaikan diri atau bahkan penyimpang (deviant) (Parsons et.al, 1994).

b. Pendekatan Institusional

Pendekatan Institusioanal melihat sistem dan usaha kesejahteraan sosial sebagai fungsi yang tepat dan sah dalam masyarakat modern serta pelayanan sosial dipandang sebagai hak warga negara. Perspektif institusional termasuk dalam gugus pendekatan “yang menyalahkan sistem” atau blaming the system approach (Parsons, et.al, 1994). Individu dan kelompok dipandang sebagai warga negara yang sehat, aktif dan partisipatif. Kemiskinan bukan disebabkan oleh kesalahan individu. Melainkan produk dari sistem sosial yang tidak adil, menindas dan rasis. Metoda pekerjaan sosial yang sering digunakan mencakup program-program pencegahan, pendidikan, pemberdayaan dan penguatan struktur-struktur kesempatan. Tiga bentuk program pemerintah yang umum ditekankan oleh pendekatan institusional meliputi: penciptaan distribusi pendapatan, stabilisasi mekanisme pasar swasta, dan penyediaan barang-barang publik tertentu (pendidikan, kesehatan, perumahan sosial, rekreasi), yang tidak disediakan oleh pasar secara efisien (Parsons et.al, 1994).


(46)

c. Pendekatan Pengembangan

Konsep pembangunan nasional yang diajukan Midgley (1995) dalam buku Social

Development: The Development Perspective in Social Welfare (1995)

menawarkan pendekatan alternatif, yakni perspektif pengembangan (developmental perspective) yang memadukan aspek-aspek positif dari pendekatan residual maupun institusional (Zastrow, 2000). Perspektif pengembangan ini sering disebut juga sebagai pendekatan pembangunan sosial oleh Midgley (1995) didefenisikan sebagai “a process of planned social change

designed to promote the well-being of population as a whole in conjunction with a

dynamic process of economic development”. Midgley mendukung pengembangan

program-program kesejahteraan sosial, peran aktif pemerintah, serta keterlibatan tenaga-tenaga profesional dalam perencanaan sosial. Menurut Midgley (2005): Selain memfasilitasi dan mengarahkan pembangunan sosial, pemerintah juga seharusnya memberikan kontribusi langsung pada pembangunan sosial lewat bermacam kebijakan dan program sektor publik. Perspektif institusional membutuhkan bentuk organisasi formal yang bertanggungjawab untuk mengatur usaha pembangunan sosial dan mengharmoniskan implementasi dari berbagai pendekatan strategis yang berbeda. Organisasi seperti ini berada pada tingkat yang berbeda tetapi tetap harus dikoordinasikan pada tingkat nasional. Mereka juga mempekerjakan tenaga spesialis yang telah terlatih dan terampil untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Metoda pekerjaan sosial yang digunakan adalah metode casework atau terapi individu dan konseling (Suharto, 2009:10-15).


(47)

2.7 Kerangka Pemikiran

Sebagai upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan, dibentuk suatu program KUBE yang diberikan kepada keluarga miskin. Bantuan KUBE ini merupakan bagian Program Penanggulangan Fakir Miskin (P2FM) dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Diharapkan dengan program ini dapat meningkatkan dan memperbaiki kondisi keluarga miskin di Kecamatan Air Batu terutama di Desa Danau Sijabut dan Desa Sei Alim Ulu seperti: 1) Peningkatan kemampuan berusaha, 2) Peningkatan pendapatan, 3) Pengembangan usaha, 4) Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial.

KUBE merupakan salah satu program Departemen Sosial RI untuk mengentaskan kemiskinan di desa-desa dengan sasaran rumah tangga miskin yang dibina melalui kelompok-kelompok usaha potensial. Masing-masing KUBE terdiri dari 10 Kepala Keluaraga miskin. Sistem pelaksanaan program ini sangat ketat karena masing-masing kelompok diawasi oleh pendamping dari Dinas Sosial Kabupaten Asahan.

Pemerintah Kabupaten Asahan melalui Dinas Sosial Kabupaten Asahan menyalurkan bantuan KUBE yang diwakilkan pendamping kabupaten yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil ke pihak kecamatan. Pihak kecamatan menyalurkan bantuan tersebut ke pihak kelurahan atau desa melalui pendamping kecamatan yang berasal dari non Pegawai Negeri Sipil. Pihak kelurahan atau desa menyalurkan bantuan tersebut kepada rumah tangga miskin disaksikan oleh tokoh masyarakat, organisasi sosial dan karang taruna.


(48)

Bagan Kerangka Pemikiran

PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)

PIHAK KECAMATAN

Hasil yang ingin dicapai: - Peningkatan kemampuan berusaha - Peningkatan pendapatan

- Pengembangan usaha

- Peningkatan rasa kekeluargaan PIHAK KELURAHAN/DESA

MASYARAKAT PEMKAB. ASAHAN

melalui


(49)

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide atau gagasan tertentu (Soehartono, 2004:4).

Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian..

Untuk mengetahui pengertian konsep-konsep yang akan diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut :

1. Implementasi : suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk melaksanakan atau mengoperasikan sebuah program baik itu yang dilakukan individu, kelompok, organisasi, masyarakat maupun pemerintah sendiri.

2. Kelompok Usaha Bersama : kelompok warga atau keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui proses kegiatan Program Kesejahteraan Sosial untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.

3. Pemberdayaan Masyarakat : upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian memberdayakan


(50)

masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan dan mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan.

4. Dinas Sosial : Lembaga Pemerintahan dibawah naungan Departemen Sosial yang berfungsi untuk memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat.

2.8.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional menyatakan bagaimana operasi atau kegiatan harus

dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukkan konsep yang dimaksud. Defenisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena defenisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan gejala empirik (Soehartono, 2004:29).

Adapun indikator yang akan dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Implementasi program yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melihat pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama bidang peternakan yang dilaksanakan di Kecamatan Air Batu dengan indikator:

a. Peningkatan kemampuan berusaha b. Peningkatan pendapatan

c. Pengembangan usaha

d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial 2. Pelaksanaan program dengan indikator:

a. Penafsiran yang dimaksud dengan program b. Organisasi dan unit kerja


(51)

d. Kendala dan solusi pemecahan

3. Program KUBE kepada keluarga miskin dengan indikator: a. Tepat waktu


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol, peneliti memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat (Silalahi, 2009).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu membuat gambaran secara menyeluruh tentang Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama Bidang Peternakan Binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Air Batu Desa Danau Sijabut dan Desa Sei Alim Ulu. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan serta hemat biaya, tenaga, dan waktu.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga penerima bantuan program KUBE bidang peternakan di kecamatan Air Batu Desa Danau Sijabut dan Desa Sei Alim Ulu yang berjumlah 60 Kepala Keluarga.


(53)

3.3.1 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 2004:57). Menurut Arikunto (2004) apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15 % atau lebih. Dalam penarikan sampel ini yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga penerima program KUBE Bidang Peternakan binaan Dinas Sosial Kabupaten Asahan di Kecamatan Air Batu Desa Danau Sijabut dan Desa Sei Alim Ulu. Berdasarkan keterangan diatas, karena populasi kurang 100 orang maka jumlah sampel sama dengan jumlah populasinya yaitu 60 Kepala Keluarga.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan mengumpulkan data dari literatur serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini melalui buku-buku, media massa, artikel, jurnal, dan lainnya.

2. Penelitian Lapangan (field research) yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung di lokasi penelitian untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui :

a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.


(54)

b. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dan bertatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh.

c. Kuesioner yaitu alat bantu dalam proses pengumpulan data dan informasi, berupa pertanyaan yang diajukan kepada responden.

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisa data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing, yaitu meneliti data-data yang diperoleh dari penelitian

2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya

3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan agar data mudah dianalisis dan disimpulkan serta untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat disingkat.

4. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besar frekuensi data pada masing-masing kategori.


(55)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah

Kecamatan Air Batu adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Asahan, luas wilayah 12.490 Ha atau 124,9 km2 terdiri dari 12 desa. Kecamatan Air Batu dilihat dari batas-batas wilayahnya sebagai berikut :

- sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sei Dadap - sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Rahuning

- sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Dalam dan Kecamatan Simpang Empat

- sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tinggi Raja

4.2. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk Kecamatan Air Batu secara keseluruhan ± 40.602 jiwa, jumlah kepala keluarga sekitar 8.448 Kepala Keluarga (KK) dan jumlah masyarakat yang dikategorikan miskin sekitar 1.040 Kepala Keluarga (KK). Kepadatan penduduk Kecamatan Air Batu adalah 325,10 jiwa/km2. Dari data yang terkumpul dapat diinformasikan mengenai gambaran umum kependudukan sebagai berikut :


(56)

Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Air Batu No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 20.866 51,39

2 Perempuan 19.736 48,61

Jumlah 40.602 100

Sumber: Kantor Camat Air Batu, 2010

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa di lokasi penelitian distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 20.866 jiwa (51,39%) dan distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 19.736 jiwa (48,61%) yang terdaftar di data laporan bulanan kecamatan. Jadi, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki adalah jumlah penduduk yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan di lokasi penelitian ini.

Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan Air Batu

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 34.959 86,31

2 Kristen 5.200 12,84

3 Budha 346 0,85

Jumlah 40.505 100

Sumber: Kantor Camat Air Batu, 2010

Diantara agama-agama yang diakui oleh pemerintah, di lokasi penelitian ini terdapat 3 agama yaitu agama Islam, agama Kristen dan agama Budha. Dari hasil penelitian


(57)

berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa distribusi jumlah penduduk penganut agama Islam sebanyak 34.959 jiwa (86,31%), penganut agama Kristen sebanyak 5.200 jiwa (12,84%) dan penganut agama Budha sebanyak 346 jiwa (0,85%). Jadi, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk penganut agama Islam adalah jumlah penduduk paling banyak jumlahnya dan penganut agama Budha adalah jumlah penduduk yang paling sedikit jumlahnya di lokasi penelitian ini.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kecamatan Air Batu

No Suku Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Jawa 31.814 75,01

2 Batak 7.826 18,45

3 Banjar 1.421 3,35

4 Melayu 513 1,21

5 Minang 262 0,62

6 Aceh 102 0,24

7 Lainnya 474 1,12

Jumlah 42.412 100

Sumber: Kantor Camat Air Batu, 2010

Diantara suku-suku yang sering kita ketahui dan kita dengar, di lokasi penelitian ini ada beberapa macam suku diantaranya suku Jawa, suku Batak, suku Banjar, suku Melayu, suku Minang, suku Aceh dan lain-lain sebagainya. Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa suku Jawa yang berjumlah 31.814 jiwa (75,01%), suku Batak berjumlah 7.826 jiwa (18,45%), suku Banjar berjumlah 1.421 jiwa (3,35%), suku Melayu


(58)

berjumlah 513 jiwa (1,21%), suku Minang berjumlah 262 jiwa (0,62%), suku Aceh berjumlah 102 jiwa (0,24%) dan angka yang berjumlah 474 jiwa (1,12%) adalah jumlah angka suku selain yang disebutkan dari nomor 1 sampai nomor 6. Jadi, dapat dilihat bahwa suku yang paling banyak jumlahnyan adalah suku Jawa berjumlah 31.814 jiwa (75,01%) di lokasi penelitian ini.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Air Batu

No Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 4.360 10,95

2 Pedagang 2.188 5,49

3 Buruh Bangunan 1.672 4,19

4 Buruh Industri 1.580 3,97

5 Karyawan Perkebunan 1.532 3,85

6 PNS/TNI-Polri 402 1,00

7 Pengusaha 230 0,58

8 Pengrajin 85 0,21

9 Nelayan 68 0,17

10 Lain-lain 27.711 69,56

Jumlah 39.828 100

Sumber: Kantor Camat Air Batu, 2010

Dilokasi penelitian terdapat berbagai jenis pekerjaan yang digeluti penduduknya antara lain petani, pedagang, buruh bangunan, buruh industri, karyawan perkebunan, PNS/TNI-Polri, pengusaha, pengrajin, nelayan dan lain-lain sebagainya. Dari hasil penelitian


(59)

berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petani sebanyak 4.360 jiwa (10,95%), sebagai pedagang sebanyak 2.188 jiwa (5,49%), sebagai buruh banguan sebanyak 1.672 jiwa (4,19%), sebagai buruh industri 1.580 jiwa (3,97%), sebagai karyawan perkebunan sebanyak 1.532 jiwa (3,85%), sebagai PNS/TNI-Polri sebanyak 402 jiwa (1%), sebagai pengusaha 230 jiwa (0,58%), sebagai pengrajin 85 jiwa (0,21%), sebagai nelayan sebanyak 68 jiwa (0,17%) . dan angka yang berjumlah 27.711 jiwa (69,56%) adalah angka jumlah pekerjaan selain yang disebutkan dari nomor 1 sampai nomor 9. Jadi, dapat dilihat bahwa pekerjaan yang paling banyak jumlahnya adalah pekerjaan sebagai petani yang berjumlah 4.360 jiwa (10,95%) di lokasi penelitian ini.

4.3 Pertanian

Lahan pertanian saat sekarang sudah banyak yang beralih ke perkebunan rakyat. Kondisi tanah di Kecamatan Air Batu pada umumnya berbukit-bukit dan dataran rendah yang terdiri dari tanah pertanian rakyat, Hak Guna Usaha (HGU), perkebunan besar dan kecil dengan rincian sebagai berikut :

- Luas areal ½ teknis : 373 Ha - Luas areal sederhana : 55,5 Ha - Luas areal rawa-rawa : 206,61 Ha - Luas areal tanah kering : 10.928 Ha

- PTPN IV Kebun Air Batu : 4.541 Ha tanaman sawit

- PT. Pulahan Seruwai : 1.517 Ha tanaman sawit dan karet - PT. Karatia : 326 Ha tanaman sawit


(60)

4.4. Sarana

Sarana yang ada di Kecamatan Air Batu adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Sarana di Kecamatan Air Batu

No Sarana Jumlah (Unit)

1 Mesjid dan Mushollah 66

2 Gereja 6

3 TK/MIN 9

4 SD 25

5 SLTP/MTs 8

6 SLTA/SMK/MA 8

7 Pesantren 3

8 Kantor Balai Kecamatan 1

9 Kantor Balai Desa 12

10 Puskesmas/ 1

11 Puskesmas Pembantu 12

12 Polindes 67

13 Posyandu 6

14 Poliklinik 2

Jumlah 226

Sumber: Kantor Camat Air Batu, 2010

Sarana sebagai penunjang kesejahteraan masyarakat yang terdapat dilokasi penelitian ini dapat dilihat dari tabel 5. Berdasarkan hasil penelitian sarana tersebut adalah Mesjid dan


(61)

Mushollah sebanyak 66 unit, Gereja sebanyak 6 unit, TK/MIN sebanyak 9 unit, SD sebanyak 25 unit, SLTP/MTs sebanyak 8 unit, SLTA/SMK/MA sebanyak 8 unit, Pesantren 3 unit, Kantor Balai Kecamatan sebanyak 1 unit, Kantor Balai Desa sebanyak 12 unit, Puskesmas sebanyak 1 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 12 unit, Polindes sebanyak 67 unit, Posyandu sebanyak 6 unit dan Poliklinik sebanyak 2 unit. Jadi, dapat dilihat bahwa sarana yang paling banyak di lokasi penelitian ini adalah sarana kesehatan sebanyak 88 unit, selanjutnya sarana peribadahan sebanyak 72 unit dan sarana pemerintahan sebanyak 12 unit.

4.5. Desa Danau Sijabut 4.5.1. Deskripsi Wilayah

Desa Danau Sijabut terdiri dari 7 dusun. Luas pemukiman 14 Ha, memiliki luas wilayah ± 823,56 Ha atau 8,23 km2 dan desa ini terletak dalam wilayah Kecamatan Air Batu berjarak 6 Km dari pusat Kecamatan Air Batu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- sebelah utara berbatasan dengan Desa Sei Alim Hasak dan Desa Air Genting

- sebelah selatan berbatasan dengan Desa Air Teluk Hessa dan Desa Hessa Perlompongan

- sebelah timur berbatasan dengan Desa Air Genting dan Desa Pulau Pule

- sebelah barat berbatasan dengan Perkebunan Air Batu I/II dan Desa Sijabut Teratai

4.5.2. Keadaan Demografis

Dari data tahun 2009-2010 tercatat jumlah penduduk Desa Danau Sijabut sekitar ± 5.302 jiwa. Berdasarkan jumlah kepala keluarga Desa Danau Sijabut dihuni ± 1.300


(62)

Kepala Keluarga. Kepadatan penduduk Desa Danau Sijabut adalah 644,22 jiwa/km2. Dari data yang terkumpul dapat diinformasikan mengenai gambaran umum kependudukan sebagai berikut :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Danau Sijabut No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 2.611 49,25

2 Perempuan 2.691 50,75

Jumlah 5.302 100

Sumber: Kantor Kades Danau Sijabut, 2010

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa di Desa Danau Sijabut distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 2.611 jiwa (49,25%) dan distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 2.691 jiwa (50,75%) yang terdaftar di data laporan bulanan desa. Jadi, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan adalah jumlah penduduk yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki di desa ini.


(63)

Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Danau Sijabut No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-5 499 9,52

2 6-10 577 11,01

3 11-15 576 11,00

4 16-20 592 11,30

5 21-25 651 12,42

6 26-30 665 12,70

7 31-40 627 12,00

8 41-50 588 11,22

9 51 keatas 465 8,90

Jumlah 5.240 100

Sumber: Kantor Kades Danau Sijabut, 2010

Dilihat dari berbagai tingkatan usia yang ada di Desa Danau Sijabut dilihat dari tabel 7. Berdasarkan hasil penelitian penduduk usia antara 0-5 tahun sebanyak 499 jiwa (9,52%), usia antara 6-10 tahun sebanyak 577 jiwa (11,01%), usia antara 11-15 tahun sebanyak 576 jiwa (11%), usia antara 16-20 tahun sebanyak 592 jiwa (11,30%), usia antara 21-25 tahun sebanyak 651 jiwa (12,42%), usia antara 26-30 tahun sebanyak 665 jiwa (12,70%), usia antara 31-40 tahun sebanyak 627 jiwa (12%), usia antara 41-50 tahun sebanyak 588 jiwa (11,22%) dan usia 51 tahun keatas sebanyak 465 jiwa (8,90%). Jadi, dapat dilihat bahwa penduduk usia yang paling banyak jumlahnya adalah usia antara 26-30 tahun sebanyak 665 jiwa (12,70%) dan penduduk usia yang paling sedikit jumlahnya adalah usia 51 tahun keatas sebanyak 465 jiwa (8,90%) di desa ini.


(1)

a. Lebih dari 10 tahun b. 5 sampai dengan 10 tahun c. 1 sampai dengan 5 tahun

11.Pekerjaan sebelum menjalankan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan ini:

a. Pengangguran b. Petani

c. Pegawai Negeri d. Wiraswasta

e. Lainnya...(sebutkan)

12.Penghasilan perbulan sebelum menjalankan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan ini:

a. Dibawah Rp.200.000 b. Rp.200.000 - Rp.500.000 c. Rp.500.000 - Rp.1.000.000 d. Diatas Rp.1.000.000

13.Apakah jumlah pendapatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan keluarga? a. Memenuhi

b. Tidak memenuhi c. Masih kurang

14.Digunakan untuk apa sajakah pendapatan yang diperoleh? a. Keperluan rumah tangga saja

b. Memperluas usaha

c. Lain-lain...(sebutkan)

II. Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan

1. Apakah bapak/ibu tahu tentang program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan:

a. Tahu b. Tidak Tahu c. Kurang Tahu


(2)

2. Dari manakah bapak/ibu tahu tentang program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan:

a. Tahu sendiri b. Dari petugas desa c. Dari petugas kecamatan

3. Apakah bapak/ibu menggunakan KTP atau Kartu Keluarga dalam mendapatkan bantuan program tersebut:

a. Ya b. Tidak

4. Apakah bapak/ibu dipungut biaya untuk mendapatkan bantuan program KUBE tersebut:

a. Ya, sedikit untuk biaya administrasi b. Tidak

5. Apakah bapak/ibu mendapatkan pelatihan mengenai program KUBE tersebut: a. Ya (Jika iya, berapa lama pelatihan itu berlangsung?)

b. Tidak

6. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan di kecamatan Air Batu ini:

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

7. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pengadaan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan di kecamatan Air Batu ini:

a. Tepat

b. Kurang tepat c. Tidak tepat


(3)

8. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang jumlahnya bantuan hewan ternak yang diberikan:

a. Lebih dari cukup b. Cukup

c. Tidak cukup Alasannya:

9. Menurut bapak/ibu, apakah program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan tepat sasaran dalam artian tepat ditujukan untuk keluarga yang layak mendapatkan bantuan program tersebut:

a. Tepat

b. Kurang tepat c. Tidak tepat

10.Menurut bapak/ibu, apakah program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan tepat waktu dalam artian waktu pemberian bantuan cocok dengan tanggal ataupun hari yang telah ditentukan dan tidak ada pengunduran jadwal: a. Tepat

b. Kurang tepat c. Tidak tepat

11.Apakah bapak/ibu merasa ada kendala dalam pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan di kecamatan Air Batu:

a. Ada b. Tidak c. Kurang tahu

12.Bagaimana pelayanan petugas desa dalam memberikan pelayanan kepada bapak/ibu bersangkutan dengan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan:

a. Memuaskan

b. Kurang memuaskan c. Tidak memuaskan


(4)

13.Apakah dengan adanya program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan dapat meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan antara sesama anggota kelompok atau dengan kelompok lainnya:

a. Dapat b. Kurang c. Tidak dapat

14.Apakah dengan adanya program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan dapat meningkatkan pendapatan keluarga bapak/ibu:

a. Meningkat b. Tetap c. Menurun

15.Apakah dengan adanya program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan dapat meningkatkan kemampuan berusaha keluarga bapak/ibu:

a. Meningkat b. Tetap c. Menurun

16.Apakah dengan adanya program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bidang peternakan dapat meningkatkan pengembangan usaha keluarga bapak/ibu:

a. Berkembang

b. Belum Berkembang III.Pendampingan

17.Materi apa yang dibahas dalam sosialisasi KUBE bidang peternakan: a. Pengenalan program

b. Kegiatan program

c. Lain-lain...(sebutkan)

18.Apakah bapak/ibu sering mengadakan pertemuan dengan pendamping? a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

19.Bagaimana sikap pendamping mengajak bapak/ibu berkomunikasi? a. Baik


(5)

b. Kurang baik c. Tidak baik

20.Apakah bapak/ibu selama menjalani program ini mendapat pengetahuan dan wawasan?

a. Ya, dapat pengetahuan dan wawasan

b. Tidak mendapatkan pengetahuan dan wawasan

21.Menurut bapak/ibu tenaga pendamping pada KUBE sangat membantu? a. Ya


(6)