Pelaksanaan Hiburan Pendapat Ulama tentang Hiburan pada acara “Walimah al-‘Urs”

Dalam Hadis riwayat al-Tirmizi, Rasullullah Saw membenarkan hiburan dalam walimah sebagai tanda rasa bersyukur, gembira dan senang pada hari tersebut sebagaimana Hadis dari Aisyah Ra di bawah : C L I` 5 L Rﺝ f a = , 7 O8 T 8ﺝ 3 2 9=ﻡK 5 6 39 Artinya : Daripada Aisyah Ra, ia berkata bahwa Rasullullah Saw bersabda, “umumkanlah olehmu perkawinan, dan adakanlah di masjid dan pukullah olehmu rebana itu”. Hr. Tirmizi Memeriahkan suatu pesta perkawinan dengan musik dan nyanyian dibolehkan, misalnya nyanyian wanita yang suaranya mengundang nafsu birahi. Pesta perkawinan wajib dijauhkan dari acara yang tidak sopan, bercampur lelaki dengan perempuan, begitu pula perkataan yang keji dan tidak pantas didengarkan.

b. Pelaksanaan Hiburan

Dalam buku, Prof H.M Toha Yahya Omar M.A, Haramkah Muzik, Menyanyi dan Menari Suatu Analisis Hukum Seni Muzik, Suara Seni dan Seni Tari Menurut Islam, mengutip dari kitab Nailul Autar dikatakan, bahwa dalam pernikahan dibolehkan penabuhan rebana, menyaringkan suara untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan dan lain-lainnya. Namun tidak dengan 39 Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah, Sunan al-Tirmizi Beirut: Dar al-Fikr, t.th jilid 2, h.347 mendendangkan lagu-lagu yang dapat menimbulkan nafsu birahi disertai dengan minuman keras dan kejahatan. 40 Berkenaan dengan alat musik Rasullullah Saw bersabda: L + .N 1 8 +ﻡ ﻡ g[ 5 L _ [ O7O8 h+ Y + 2 9=ﻡK 5 6 41 Artinya : Dari Muhammad bin Hathib, Rasullullah Saw telah bersabda, “perbedaan antara pesta halal dengan haram yaitu menyanyi dan pukul rebana dalam perkawinan.” Hr. al-Tirmizi Sebagian ulama yang mengharamkan musik dan nyanyian berargumen karena musik adalah perbuatan sia-sia yang dapat merusakkan akal dan pemikiran dan dapat melampaui batas. Mereka berargumen dengan dalil-dalil sebagai berikut: de J P P0 e J Q 3 gh , I , i P j+ e  c k lF 3-  M m G 2? no ,  OQ12 B T ] XY -.qLr +s ?  tuV vJ ` c 2 ?5 i 6 Artinya : dan ada di antara manusia: orang Yang memilih serta membelanjakan hartanya kepada cerita-cerita dan perkara-perkara hiburan Yang melalaikan; Yang berakibat menyesatkan dirinya dan orang ramai dari ugama Allah Dengan tidak berdasarkan sebarang pengetahuan; dan ada pula orang Yang menjadikan ugama Allah itu sebagai ejek-ejekan; merekalah orang-orang Yang akan beroleh azab Yang menghinakan. 40 H.M Toha Yahya Omar, Haramkah Muzik, Menyanyi dan Menari Suatu Analisis Hukum Seni Muzik, Op.Cit, h.32 41 Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah, Sunan al-Tirmizi Op.Cit h.346 Ulama yang mengharamkan lagu ini berargumen bahwa makna lahwal hadits yang terdapat pada surat ini adalah lagu. Ulama yang mengharamkan lagu berdalil bahwa lagu termasuk hal yang sia- sia dan wajib berpaling darinya. Dan menghindari lagu termasuk dari sifat-sifat Ibadurrahman. Firman Allah yang berbunyi: w 6 H I1 _k I  H Ixa  Y L0  H I F yz1 {G Y -. } -M }1 {G Y ~. k -. } • 9c- 7-r = uV € ` c 2 [ ?5 j ]] 6 Artinya : dan apabila mereka mendengar perkataan Yang sia-sia, mereka berpaling daripadanya sambil berkata: Bagi Kami amal Kami dan bagi kamu pula amal kamu; Selamat Tinggalah kamu; Kami tidak ingin berdamping Dengan orang-orang Yang jahil. Al-Rauyani meriwayatkan dari al-Qaffal bahwa mazhab Malik bin Anas membolehkan nyanyian dengan alatan musik. Namun demikian ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan yaitu: 1. Nyanyian harus diperuntukkan buat sesuatu yang tidak bertentangan dengan etika dan ajaran Islam. Oleh karena itu apabila nyanyian tersebut penuh dengan puji-pujian terhadap arak dan menganjurkan orang supaya minum arak misalnya, maka nyanyian lagu tersebut hukumnya haram dan mendengarkannya pun haram juga. Begitulah nyanyian-nyanyian lain yang dipersamakan dengan itu. 2. Subjek nyanyian itu sendiri tidak menghilangkan pengarahan Islam tetapi cara menyanyikan yang dilakukan oleh penyanyi itu beralih dari lingkungan halal kepada lingkungan haram, misalnya lenggang gaya dengan suatu kesengajaan yang dapat membangkitkan nafsu birahi dan menimbulkan fitnah dan perbuatan cabul. Maka hal ini juga diharamkan. 3. Sebagaimana agama selalu melarang sikap berlebih-lebihan dan kesombongan dalam segala hal termasuk dalam beribadah, maka begitu juga halnya berlebih-lebihan dalam hiburan dan menghabiskan waktu untuk hiburan. Padahal waktu itu sendiri adalah sangat berarti. Tidak dapat diragukan lagi dengan lebih-lebihan dalam masalah mubah dapat menghabiskan waktu untuk melaksanakan kwajiban-kewajiban seperti yang dikatakan oleh ahli hikmah “tidak pernah saya melihat suatu perbuatan yang berlebihan melainkan dibalik itu ada suatu kewajiban yang terbuang.” 4. Apabila nyanyian atau satu macam nyanyian itu dapat membangkitkan nafsu birahi dan menimbulkan fitnah kebinatangan yang dapat mengalahkan dari segi rohaninya maka orang muslim harus menjauhi nyanyian tersebut dan harus menutup pintu yang dari situlah angin fitnah akan berhembus demi melindungi hatinya, agamanya dan budi luhur sehingga dengan demikian dia dapat tenang dan gembira. 5. Di antara yang sudah disepakati ialah bahawa haramnya nyanyian yang disertai dengan perbuatan-perbuatan yang haram lainnya seperti dihidangkan arak dicampur dengan perbuatan cabul dan maksiat. Dalam hal ini Rasullulah Saw menjelaskan bahwa pelaku dan pendengarnya diancam dengan siksaan yang sangat pedih. Demikian beberapa hal yang harus dipehatikan dalam masalah nyanyian dan musik dalam Islam yang dikemukakan oleh Syeikh Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Halal dan Haram dalam Islam. Banyak orang berselisih tentang hal itu. 42 Orang yang mengharamkan musik dan nyanyian secara ekstrim telah banyak melemparkan tuduhan dengan kertas kepada pihak lain sebaliknya orang yang menggampangkan pun sering terjebak dalam nyanyian-nyanyian dan musik- musik yang berbau maksiat, percampuran laki-laki dan perempuan dengan pakaian yang seksi disertai minuman keras yang menyebabkan mereka tenggelam dalam kemaksiatan.

C. Analisis Terhadap Pelaksanaan Hiburan dalam “Walimah al-‘Urs” di Daerah Karawang

Setelah melakukan observasi terhadap penyelenggaraan pesta hiburan pada walimah al-urs di Daerah Karawang, maka berikut ini merupakan analisis dan tinjauan hukum Islam terhadap bentuk-bentuk hiburan pada walimah yang berlangsung di Daerah Karawang. 42 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Op.Cit, h.343