Dasar Hukum “Walimah al-‘Urs”

B. Dasar Hukum “Walimah al-‘Urs”

Pelaksanaan walimah al-‘urs memiliki kedudukan tersendiri dalam munakahat. Rasulullah Saw sendiri melaksanakan walimah untuk dirinya dan memerintahkan kepada para sahabat untuk mengadakan walimah walaupun hanya dengan makan kurma dengan roti atau dengan seekor kambing, sebagaimana sabda Rasullullah Saw kepada Abdurrahman bin Auf : 7 1 8 9,5 5 : ﻡ ; = ﻡ ? A, . ﻡ ? B -?,ﻡ Cﺝ EF G5 : H ? I , 2 J=ﻡK 5 6 12 Artinya : Dari Anas bin Malik, “bahwa Rasullullah Saw tela melihat bekas kekuning- kuningan pada Abdurrahman bin Auf, maka Rasullullah Saw bertanya, apa ini? Abdurrahman menjawab, sesungguhnya saya telah menikah dengan seorang perempuan dengan mas kawain seberat satu biji emas. Kemudian Rasullullah Saw bersabda, semoga Allah memberkatimu, adakanlah walimah sekalipun dengan seekor kambing.” Hr. Tirmizi Dalam sabda Rasullullah Saw adakanlah walimah meski hanya dengan seekor kambing. Terdapat dalil yang menunjukkan keharusan mengadakan walimah. Demikian pendapat yang dikemukakan Dzahiriyah. Imam Syafi’I dalam kitabnya al- Um mengemukakan bahwa mengadakan walimah itu wajib, karena Rasullullah sendiri selalu mengadakan walimah terhadap istri-istrinya baik ketika baginda menetap maupun ketika baginda sedang kepergian. 12 Abu I’sa Muammad ibn I’sa ibn Saurah, Sunan al-Tirmizi Beirut: Dar al-Fikri, t.th jilid 2,h.3 Selanjutnya Hadis yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dari Hadis Buraidah, yaitu ketika Ali bin Abi Thalib melamar Fatimah, Rasullullah Saw bersabda: L ?8ی 8 M 5 L N O .P0 ﻡ QR 2 8 1 5 6 Artinya : Dari Buraidah ia berkata, ketika Ali melamar Fatimah, Rasullullah Saw bersabda, “ sesungguhnya untuk pesta pernikahan harus ada walimahnya” Hr. Ahmad 13 Dalam Hadis tersebut di atas Nabi Muhammad Saw mengharuskan kepada Ali bin Abi Thalib untuk mengadakan walimah ketika mengawini Fatimah. Dalam Hadis tersebut anjuran untuk mengadakan walimah mengandung unsur keharusan atau kewajiban karena adanya kata 8 M yang berarti sesuatu yang dengan cara bagaimanapun harus diadakan, demikian pendapat yang dikemukakan oleh golongan Dzahiri. Menurut Syaikh Abu Syujak walimah selamatan dalam perkawinan adalah sunnat, sedangkan mengabulkannya adalah wajib kecuali karena uzur. 14 Jumhur ulama berpendapat bahwa mengadakan walimah hukumnya sunnah muakkad dan bukan wajib. 13 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad Beirut: Dar al-Fikri, 1978, h.359 14 Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini, Kifayah al-Akhyar Beirut: Dar al-Kutub, 1995 h.144 Karena mengadakan walimah merupakan suatu kegembiraan atas telah berlangsungnya akad nikah. 15 Imam Nawawi menyatakan bahwa pendapat yang kuat di kalangan sahabat adalah sunnah, dengan menetapkan bahwa amar yang terdapat dalam hadis di atas menunjukkan kepada sunnah. Ini sesuai dengan pendapat imam Malik, karena sabda Rasullullah ? I menunjukkan bahwa walimah al-‘urs adalah sunnah. Bagi yang mampu agar tidak mengurangi dari seekor kambing.

C. Hukum Menghadiri “Walimah al-‘Urs”