Penyakit Dumping off Lodoh, Wedangen

A. Penyakit Dumping off Lodoh, Wedangen

Pinus Pinus merkusii merupakan salah satu jenis tanaman utama yang memenuni persyaratan untuk reboisasi di Indonesia. Namun, diberbagai bedengan tempat perkecambaan sering timbul gangguan penyakit rebah semai. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit rebah semai dipersemian pinus di pulau Jawa dan Sumatera berkisar antara 10 - 80 Suharti, 1973. Penyakit ini dikenal dengan nama penyakit lodoh atau wedengan, yaitu gejala yang tampak seperti tanaman yang disiram air panas. Tanda-tandanya ialah bibit – bibit dalam persemaian menjadi layu, batang atau leher akar tampak menjadi gosong dan busuk. Damping off dibagi menjadi dua macam : Ü Dalam keadaan ini kecambah pre emergence damping off nampak sudah mati sebelum dapat muncul ke atas tanah. Patogen ini sudah merusak atau membusukkan biji – biji atau kecambah – kecambah yang belum sampai muncul diatas tanah. Ü Dalam keadaan ini terlihat Postermergence damping off bahwa bibit dalam persemaian yang diserang pathogen damping off telah muncul diatas tanah, bagian tanaman yang diserang adalah akar atau bagian – bagian bawah dari batang yang sering disebut dengan “ soil infecton type “. Pada tahun 1967 pernah dilporkan kerusakan persemaian di Cikolesandung Utara akibat penyakit damping off. Adapun penyebabnya adalah sejumlah cendawan yang hidup sebagai saprofit pada lapisan atas tanah, tetapi dalam keadaan yang cocok, cendawan itu akan berubah menjadi parasit pada persemaian muda, Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1992. 1. Gejala Tingkat serangan penyakit rebah semai dapat dibedakan dalam empat fase sebagai berikut : a. Serangan yang terjadi pada benih yang baru saja ditanam dan belum berkecambah sehingga benih menjadi busuk, fase lodoh benih Hartley, 1921 dalam Suharti, 1973. b. Serangan pada benih yang sudah berkecambah tetapi belum sempat tersembul di atas permukaan tanah yang menyebabkan kecambah mati dalam tanah. Gejala tersebut dengan lodoh dalam tanah pre-emergence dumping off. c. Serangan pada benih yang telah berkecambah dan telah tersembul di atas permukaan tanah. Fase ini umumnya terjadi pada kecambah yang berumur satu sampai empat minggu. Gejala serangan ini disebut lodoh batang Post- emergence dumping off Wright, 1944. Serangan pada tingkat ini banyak menimbulkan kematian semai. d. Serangan yang terdapat pada bagian kotiledon dari kecambah yang telah timbul di atas permukaan tanah. Bagian kotiledon yang terserang menjadi seperti hangus dan berwarna hitam pada ujung-ujungnya. Pada serangan tingkat ini ada kalanya kecambah masih dapat bertahan hidup bila segera mendapatkan pengobatan dan gejalanya disebut dengan lodoh tajuk top dumping-off Hartley, 1921 dalam Suharti, 1973 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 3 Serangan patogen yang terjadi pada kecambah yang bagian hipokotilnya telah berkayu disebut busuk akar rot root atau lodoh yang telah terlambat late dumping-off. Gejala serangan ini umumnya terjadi pada semai yang telah berumur lebih dari dua bulan. 2. Penyebab Penyakit rembah semai disebabkan oleh beberapa jenis jamur penghuni tanah seperti Pytium sp., Phytophtora sp., Diplodia sp., Rhizoctonia sp., dan Fusarium sp. yang bersifat parasit fakultatif. Jamur dapat hidup sebagai sapropit di atas permukaan tanah dan berubah menjadi parasit apabila kondisi lingkungannya memungkinkan. 3. Pengendalian Untuk menghindari semai pinus dari penyakit rebah semai perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Melakukan sterilisasi tanah media dengan fumigan campuran D-D dengan dosis 660 liter air untuk tiap hektar luas lahan dengan kedalaman 20 cm untuk menekannya persentase serangan rebah semai Post-emergence dumping-off dan serangan secara total Daryono dkk, 1980. b. Untuk mencegah pembusukan, benih perlu diperlakukan dengan fungisida Seed dressing atau Seed protectant. c. Biji yang digunakan harus berkualitas baik dan berasal dari pohon induk yang sehat. d. Apabila terdapat semai yang menunjukkan gejala serangan penyakit rebah semai harus segera dilakukan eradikasi. Untuk mencegah meluasnya penyakit pada bak tabur dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida, misalnya Camptam, Tetraclor atau PCNB dan Ceresan. e. Penggunaan pupuk yang dapat menaikkan pH tanah harus dihindarkan dan penggunaan pupuk kompos yang belum jadi belum masak juga harus dihindarkan. f. Bibit yang sudah diserang dicabut dan dibakar dan tempat bekas bibit yang diserang disemprot dengan fungisida. g. Apabila yang diserang tanaman baru dipindahkan ke lapangan, maka setelah tanaman yang diserang itu dimusnahkan kemudian tanaman disekelilingnya disemprot pangkal batangnya dengan fungisida. h. Mengingat damping off banyak terjadi pada persemaian yang terlalu lembab, maka kelembaban dari persemaian hendaklah dijaga jangan sampai tinggi dan usahakan adanya cukup sinar matahari yang masuk.

B. Ekor Serigala Fox-tail