Penyakit Mati Puncuk Die Back

Pinus merkusii, tetapi juga pada P. canariensis, P. taeda, P. tropicalis, P. cocarpa, dan jenis-jenis pinus yang lain. 1. Gejala Gejala serangan penyakit ekor serigala ditandai dengan tumbuhnya batang pokok secara berlebihan dan miskin percabangan sehingga bentuknya seperti ekor serigala. Internoida memanjang secara tidak normal, batang utama leader shoot tumbuh ramping dan ujungnya terbentuk buah kerucut yang tumbuh rapat, kecil dan mengandung sedikit biji. Serangan penyakit ekor serigala dapat mengakibatkan tanaman pinus mudah patah dan tidak dapat tumbuh secara normal, terutama didaerah – daerah yang terbuka dan banyak angin. 2. Penyebab Penyebab kelainan pada tanaman pinus belum diketahui secara pasti, namun beberapa pengalaman menunjukkan bahwa gejala ini merupakan kelainan bawaan genetik yang diturunkan oleh induknya. Selain itu, penanam pinus di suatu daerah yang ketinggiannya dibawah ketinggian tempat asal benihnya cenderung terjadi serangan penyakit ekor serigala fox-tail 3. Pengendalian Gejala serangan penyakit ekor serigala fox-tail tidak mungkin dapat diobatai atau disembuhkan. Oleh karena itu, pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Melakukan seleksi benih yang diambil dari induk yang sehat dan memiliki penampilan bagus pohon plus. b. Pada tempat-tempat tertentu, perlu di pilih benih yang berasal dari provenans tertentu yang cocok ditanam di lokasi tersebut. c. Gejala penyakit ekor serigala fox-tail tidak dapat menular ketanaman lain. Untuk menjaga agar tidak terjadi penyerbukan antara tanaman sakit dan tanaman sehat lain yang dapat menghasilkan biji yang secara genetik cacat, maka tanaman yang harus menunjukkan gejala sakit harus segera disingkirkan dan diganti dengan tanaman yang sehat.

C. Penyakit Mati Puncuk Die Back

Penyakit mati puncuk banyak terjadi pada persemaian umur 3 bulan sampai 12 bulan di daerah yang beriklim panas, terutama pada musim kemarau. 1. Gejala Gejala serangan penyakit mati puncuk berupa menguningnya daun-daun jarum yang dimulai dari bagian puncuk tanaman. Gejala tersebut berkembang ke daun-daun yang lebih tua di bawahnya. Gejala serangan lebih lanjut adalah daun-daun mengering, berwarna coklat dan akhirnya semai mati kering. Gejala serangan penyakit dengan cepat menyebar keseluruh areal persemaian. Apabila dilihat pada bagian akar semai yang bergejala, pertumbuhan akar tampak terhambat. 2. Penyebab e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 5 Penyakit mati puncuk disebabkan oleh jamur Pestalotia sp. Jamur ini membentuk badan buah aservulus berisi spora yang dapat disebarkan oleh angin. Kondisi lingkungan yang panas dan aktivitas biokimia di dalam media semai yang tinggi menyebabkan suhu tanah menjadi tinggi sehingga tanaman menjadi lebih retan terhadap penyakit. Penggunaan campuran kompos untuk media semai yang memiliki CN ratio tinggi juga dapat perparah terjadinya penyakit. 3. Pengendalian a. Media semai harus diusahakan berasal dari campuran bahan-bahan yang memiliki tingkat aktivitas biokimia cukup rendah sehingga aman dan mendukung pertumbuhan semai. b. Di daerah yang kondisi lingkungannya panas, tertutama pada musim kemarau, perlu dilakukan manipulasi persemaian sedemikian rupa sehingga suhu media tanah tidak menjadi tinggi. c. Penyiraman semai harus dilakukan secara cukup pada pagi hari sebelum matahari bersinar penuh untuk menjaga agar suhu tetap stabil. d. Tindakan eradikasi dan sanitasi dengan cara menyingkirkan semai-semai yang sakit perlu dilakukan untuk menekan sumber inokulum jamur. e. Jamur Pestalotia merupakan patogen lemah dan hanya menyerang inang yang lemah pada kondisi tertentu saja. Oleh karena itu, apabila telah terjadi serangan maka perlu dilakukan pemupukan tambahan secara proporsional untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman. f. Penyemprotan dengan fungisida yang sesuai dapat dilakukan untuk menekan populasi patogen. g. Keberadaan mikorisa pada akar semai sangat diperlukan untuk meningkatkan ketahannya terhadap hama dan penyakit.

D. Penyakit Kanker Batang