Penyakit mati puncuk disebabkan oleh jamur Pestalotia sp. Jamur ini membentuk badan buah aservulus berisi spora yang dapat disebarkan oleh angin. Kondisi
lingkungan yang panas dan aktivitas biokimia di dalam media semai yang tinggi menyebabkan suhu tanah menjadi tinggi sehingga tanaman menjadi lebih retan terhadap
penyakit. Penggunaan campuran kompos untuk media semai yang memiliki CN ratio tinggi juga dapat perparah terjadinya penyakit.
3.
Pengendalian a.
Media semai harus diusahakan berasal dari campuran bahan-bahan yang memiliki tingkat aktivitas biokimia cukup rendah sehingga aman dan mendukung
pertumbuhan semai.
b. Di daerah yang kondisi lingkungannya panas, tertutama pada musim kemarau,
perlu dilakukan manipulasi persemaian sedemikian rupa sehingga suhu media tanah tidak menjadi tinggi.
c. Penyiraman semai harus dilakukan secara cukup pada pagi hari sebelum
matahari bersinar penuh untuk menjaga agar suhu tetap stabil. d.
Tindakan eradikasi dan sanitasi dengan cara menyingkirkan semai-semai yang sakit perlu dilakukan untuk menekan sumber inokulum jamur.
e. Jamur Pestalotia merupakan patogen lemah dan hanya menyerang inang yang
lemah pada kondisi tertentu saja. Oleh karena itu, apabila telah terjadi serangan maka perlu dilakukan pemupukan tambahan secara proporsional untuk
meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman.
f. Penyemprotan dengan fungisida yang sesuai dapat dilakukan untuk menekan
populasi patogen. g.
Keberadaan mikorisa pada akar semai sangat diperlukan untuk meningkatkan ketahannya terhadap hama dan penyakit.
D. Penyakit Kanker Batang
Penyakit kanker batang di luar negeri banyak terjadi pada tanaman pinus dan jenis Pinus radiata, sedangkan di Indonesia sering terjadi pada tanaman pinus jenis Pinus
merkusii.
1. Gejala
Infeksi awal kanker batang biasanya terjadi pada batang yang masih hijau, terutama pada pangkal percabangan dekat daun jarum. Infeksi patogen menyebabkan
bercak-bercak pada batang yang bentuknya tidak teratur yang mengeluarkan ekudat berupa resin. Daun-daun jarum yang berdekatan dengan lokasi infeksi terlihat menguning
dan akhirnya kering berwarna cokelat. Pada pohon yang telah dewasa, infeksi biasanya di mulai disekeliling kerucut tajuk, kemudian berkembang beberapa meter ke atas dan
mencapai cabang. Infeksi di sekeliling cabang biasanya menghasilkan kanker yang cukup besar.
2.
Penyebab Pada
Pinus radiata, patogen penyebab penyakit diidentifikasi adalah jamur Diplodea pinea. Jamur terebut dikenal sebagai patogen yang melakukan penetrasi lewat
luka. Jamur membentuk piknidia pada kulit, daun jarum yang kering dan pada buah
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
6
kerucut. Konidia disebarkan oleh air hujan dan angin Marks, dkk., 1982. Pada Pinur merkusii, patogen penyebab penyakit di duga jamur Diploida sp. dan Phytophtora sp.
Pada P. radiata adanya stress berupa kekeringan, intensitas sinar matahari yang tinggi dan intensitas kompetisi yang kuat dapat meningkatkan serangan penyakit kanker batang
Marks, dkk., 1982. 3.
Pengendalian Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit kanker
batang adalah sebagai berikut: a.
Melakukan monitoring sambil melakukan pekerjaan thining atau pemangkasan tajuk secara teratur, terutama tajuk-tajuk yang kering dan menunjukkan gejala
kanker batang untuk menghilangkan dan mengurangi jumlah inokulum.
b. Pohon – pohon pinus yang menunjukkan gejala terserang penyakit kanker
batang harus segera diberi pupuk untuk meningkatkan kesehatan tanaman. c.
Sanitasi dan eradikasi segera dilakukan untuk menghilangkan tanaman-tanaman kompetitor agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.
PENYAKIT PADA SEMAI DAN ANAKAN TANAMAN PINUS Pinus merkusii
Benih yang telah berhasil berkecambah seringkali tidak dapat berkembang menjadi bibit karena serangan busuk atau lodoh batang yang disebabkan oleh berbagai
jamur yang berkembang dalam tanah. Setelah semai berkembang menjadi bibit, berbagai macam penyakit juga dapat menyerang akar, batang, atau daun. Dengan demikian,
sebagian semai yang berhasil muncul di atas tanah dan bibit yang dihasilkan tidak selalu dapat dipakai sebagai bahan tanaman karena kondisinya tidak menguntungkan utnuk
ditanam di lapangan.
Gangguan penyakit yang disebabkan oleh faktorbiotik yang umumnya terjadi di persemaian adalah rebah semai dumping off, embun tepung powdery mildew bercak
daun leaf spot layu wilt, dan mati pucuk die back. Sedangkan gangguan yang disebabkan oleh faktor antibitik, terutama yang disebabkan oleh defisiensi unsur hara,
juga sering dialami oleh bibit semai dan anakan. A.
Rebah Semai
Penyakit rebah semai umumnya terjadi pada bibit yang baru saja berkecambah dan masih berada dalam masa succulent, baik pada jenis daun jarum conifer maupun
daun lebar broad leaf. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan yang hebat, pembusukan,d an bahkan kematian bibit.
1.
Gejala Gejala serangan penyakit rebah semai dapat dibagi menjadi dua, yaitu Pre-
emergence dumping off Kematian yang terjadi sebelum benih berkecambah dan muncul di atas tanah dan Post-emergence dumping off kematian yang terjadi setelah benih
berkecambah dan muncul di atas permukaan tanah. 2.
Penyebab Patogen penyebab penyakit rebah semai adalah beberapa jenis jamur penghuni
tanah seperti Pyhium sp, Phytophtora sp, Diplodia sp, Rhizoctonia sp. Dan Fusarium sp.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
7
Jamur-jamur ini bersifat parasit fakultatif,d apat hidup sebagai saprofit di atas permukaan tanah, dan berubah menjadi parasit apabila kondisi lingkungan memungkinan .
3.
Faktor-faktoryang Mempengaruhi Penyakit Kondisi yang mempengaruhi dan mendukung terjadinya penyakit rebah semai
adalah sebagai berikut : a.
Media semai yang memiliki kapasitas penyimpanan air dan akndungan bahan organik tinggi.
b. Kondisi media semai yang asam
c. Pembenaman benih yang terlalu dalam
d. Naungan di persemaian yang berlebihan.
e. Penggunaan benih yang berkualitas rendah
f. Sirkulasi udara di pesemaian yang kurang lancar
4. Pengendalian
Pengendalian penyakit rebah semai dapat dilakukan dnegan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menghindari peggunaan tanah-tanah berat sebagai media seai. Komposisi media
semai dapat dieprbaiki dnegan pencampuran pasir, lempung, dan kompos dengan porsi seimbang sehingga tercipta drainase yang baik yang dapat mendukung
pertumbuhan akar tanaman.
b. Apabila memungkinkan, pengecambahan dan pemacuan pertumbuhan semai
semai dilakukan di green house. Dengan demikian, suhu dan kelembapan dapat diatur seragam sehingga pertumbuhan semai juga
c. Seluruh perlengkapan utnuk menanam didesinfeksi terlebih dahulu dan sisa-sisa
semai sakit atau rusak harus disingkirkan. d.
Melakukan fumigasi utnuk mematikan patogen-patogen yang ada di dalam tanah. e.
Menjaga kebersihan air untuk penyiraman f.
Membenamkan biji tidak terlalu dalam g.
Memperbaiki sirkulasi udara dan menghindarkan akumulasi kelembapan pada pangkal semai dan melakukan penjarangan semai segera setelah biji
berkecambah.
h. Mempertahankan pH media semai pada kisaran antara 5- 6 dan menghindarkan
pemakaian pupuk yang dapat menaikkan pH tanah serta mencampur media semai dengan bahan organik yang belum terdekomposisi secara sempurna.
i. Melakukan sterilisasi media semai sebelum digunakan. Sterilisasi dapat
menggunakan air panas, penggorengan media, atau penggunaan desinfektan seperti Formaldehyde, Asam asetat, Chloropicrin, dan Methyl Bromide.
j. Menyemprot bak tabur dengan larutab fungisida seperti Captan, Teractor atau
PCNB, dan Ceresan. k.
Menyikirkan dan membinasakan semai yang menujukkan gejala serangan penyakit
l. Meletakkan semai yang telah tumbuh di tempat terbuka yang mendapat sinar
matahari penuh m.
Mencegah terjadinya pembusukan benih dan penyakit rebah semai dengan fungisida seed dressing atau seed protectant.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
8
n. Menggunakan benih yang berkualitas baik dan berpenampilan baik, dan bila
memungkinkan dilakukan sertifikasi benih terlebih dahulu.
B. Penyakit Embun Tepung Powdery Mildew