Kombinasi Atovaquone dan Proguanil

VI.5. Kombinasi Artesunat dengan meflokuin Regimen pemakaian kombinasi artesunat dengan meflokuin pertama kali dipergunakan dinegara Thailand. Hal ini telah menjadi standar pengobatan terhadap malaria falciparum tanpa komplikasi pada tahun 1995. Rekomendasi regimen artesunat terkini 4 mgkgbb sekali sehari selama 3 hari tambah meflokuin 25 mgkgbb diberikan dengan dosis terpisah 15 mgkgbb pada hari kedua pada hari kedua diikuti 10 mgkgbb pada hari ketiga. 18, 33 Laporan tentang kasus malaria tahun di Thailand ± 60 disebabkan plasmodium falciparum yang terdistribusi di provinsi Tak, selama tahun 1993 – 1999 dimana rata-rata 25.000 kasus tahun diantara penduduk Thailand dan 40.000 kasus tahun diantara imigran dari Myanmar. Selama lebih dari 5 tahun, problem resistensi obat didaerah Maesod telah dapat diatasi. Sejauh ini belum ada resistensi pada kombinasi obat ini. 33, 34

VI.6. Kombinasi Atovaquone dan Proguanil

35 Salah satu kombinasi tetap obat antimalaria yang sudah beredar dalam bentuk obat paten adalah Malarone yang terdiri dari kombinasi Atovaquone 250 mg dan Proguanil 100 mg. Malarone merupakan kombinasi baru antimalaria yang dikatakan mempunyai efektifitas yang tinggi untuk mencegah malaria dan pengobatan malaria, bahkan terhadap p.falciparum yang sudah resisiten terhadap banyak obat Multi Drugs Resistence p.falciparum. Atovaquone mempunyai mekanisme kerja baru dan tidak mempunyai efek cross resisten terhadap obat antimalaria yang lain. Kedua jenis obat ini secara aktif dapat mengatasi hepatic stage dari p.falciparum, sehingga dapat digunakan sebagai profilaksis dan penggunaannya dapat dihentikan setelah 7 hari meninggalkan daerah endemik malaria. Atovaquone menghambat p.falciparum melalui inhibisi transport elektron pada mitokondria dan menggagalkan membarane potensial mitokondria. Hambatan transport elektrone mitokondria ini pada level cytochrome bc 1 complex. Pada malaria, biosintesis pyrimidine dan transport elektron dirangkaikan melalui ubiquinoneubiquinol. Atovaquone juga menggagalkan membrane potensial dari p.yoelii dan p.falciparum. Salah satu mekanisme kerja dari proguanil adalah melalui metabolitnya, yaitu cycloguanil adalah menghambat enzim dihydrofolate reductase DHFR. Tetapi pada dosis proguanil yang lebih besar, tidak terjadi penghambatan enzim DHFR plasmodium. Dengan dihambatnya GHFR parasit, maka terjadi deplesi dari kofaktor tetrahydrofolate yang dibutuhkan oleh metabolisme seluler, terutama sintesa DNA dan akan mencegah pertumbuhan parasit. Disamping itu, mekanisme kerja proguanil juga melalui aktifitas yang tidak bergantung pada metabolit cycloguanil. Parasit yang resisten terhadap cycloguanil masih tetap dapat dihambat oleh konsentrasi tinggi dari proguanil. Hal ini merupakan kekuatan dari kombinasi kedua obat ini, dan membuktikan bahwa adanya mekanisme aktifitas intrinsik dari parent compoud disamping melalui enzim DHFR. Mekanisme lain dari proguanil masih belum dapat dijelaskan, tetapi nampaknya melalui toksisitas terhadap mitokondria. Proguanil secara potensial dengan atovaquone akan menggagalkan membrane potensial dari mitokondria parasit plasmodium. Studi farmakokinetik menunjukkan bahwa tidak diperlukan penyesuaian dosis pada penderita lanjut usia, ganguan fungsi hati ringan atau sedang, dan gangguan fungsi ginjal ringan e-USU Repsository ©2005 Universitas Sumatera Utara 11 sampai sedang. Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat Kreatinin klirens 30 mlmenit, akan mempengaruhi klirens dari proguanil dan cycloguanil, sehingga waktu paruh eliminasinya akan memanjang dibandingkan orang normal. Konsentrasi plasma dari malarone pada dosis ulangan penderita dengan gangguan fungsi ginjal berat menun jukkan 2 kali lipat pada proguanil dan 6 kali lipat pada cycloguanil. Oleh karena itu, malarone dikontra indikasikan untuk profilaksis malaria pada penderita gangguan fungsi ginjal berat. Pemberian bersamaan atovaquone dengan anti baklteri seperti rifampisin dan rifabutin menyebabkan menurunnya keadaan steady state atovaquone AUC sebesar 52 dan 34. Atovaquone meningkatkan konsentrasi steady state rata-rata rifampisin sebasar 37. Pemberian bersama metoklopramide menurunkan AUC konsentrasi atovaquone sebesar 50, tetapi efikasi malarone terhadap pengobatan malaria tidak menunjukkan penurunan yang signifikans. Pemberian bersama tetrasiklin menurunkan AUC atovaquone 40, tetapi kombinasi atovaquone dengan tetrasiklin terhadap pengobatan malaria lebih efektif dibandingkan atovaquone sendiri. Uji klinis malarone menunjukkan efikasi untuk preventif malaria falciparum sebesar 97 dan untuk pengobatan malaria akut tanpa komplikasi sebesar 99 pada orang-orang yang berada didaerah endemik atau populasi immune. Pada populasi non immune, efikasi preventif terhadap p.falciparum 96 dan p.vivax 84 Efek samping yang dapat terjadi berupa ganguan gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Dapat juga timbul gangguan neuropsikiatrik, seperti mimpi yang menakutkan, insomnia, pusing, ansietas, gangguan penglihatan, dan depresi. Efek samping serius yang dapat terjadi berupa hipotensi, urtikaria, dan reaksi anafilaktik. Ruam kulit eksfoliatif dapat terjadi setelah hari ke 19 pengobatan profilaksis.. Kelainan laboratorium yang dapat terjadi adalah peningkatan enzim transaminase hati ALT dan AST Dosis yang dianjurkan untuk profilaksis malaria : dimulai 1-2 hari sebelum memasuki daerah endemik malaria, selama berada didaerah endemik, dan sampai 7 hari setelah meninggalkan daerah endemik. Untuk malaria akut tanpa komplikasi : dewasa : 4 tablet malarone dewasa perhari selama 3 hari berturut-turut

VII. Kesimpulan :