Klorokuin Obat antimalaria di Indonesia

dilakukan dalam rangka mengatasi resistensi obat anti malaria. Salah satu usaha yang dilakukan dengan pengobatan kombinasi. 14,15

IV. Obat antimalaria di Indonesia

Saat ini obat antimalaria yang tersedia di Indonesia terdiri dari obat-obat lama seperti, klorokuin, pirimetamin- sulfadoksin, kina dan primaquin 14 , juga sudah ada beberapa obat baru yang penggunaannya masih terbatas didaerah tertentu dan belum direkomendasi secara luas oleh Depkes. Contoh obat baru tersebut adalah Kombinasi Artesunate dengan Amodiakuin, Kombinasi Artesunate dengan Meflokuin, Kombinasi Artemisinin dengan Naftokuin, dan Artemeter injeksi. Antibiotika yang bersifat antimalaria seperti derivat Tetrasiklin, Doksisiklin, Klindamisin, Eritromisin, Kloramfenikol, Eritromisin, Sulfametoksazol - trimetropin dan Quinolon. Obat ini umumnya bersifat skizontosida darah untuk P. falciparum, kerjanya sangat lambat dan kurang efektif. Oleh sebab itu, obat ini digunakan bersama obat antimalaria lain yang kerjanya cepat dan menghasilkan efek potensiasi yaitu antara lain dengan kina. 15

IV.1. Klorokuin

Klorokuin adalah 4 aminoquinolin bersifat skizontosida darah. Secara farmakologis bekerja dengan mengikat feriprotoporfirin IX yaitu suatu cincin hematin yang merupakan hasil metabolisme hemoglobin didalam parasit. Ikatan feriprotoporfirin IX-klorokuin ini bersifat melisiskan membran parasit sehingga parasit mati. 16 Klorokuin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup klorokuin sulfat atau difosfat untuk pemberian per oral, dan larutan 8 atau 10 klorokuin difosfat untuk pemberian parentral intramuskular. Satu tablet klorokuin mengandung 250 mg difosfat atau 204 mg klorokuin sulfat yang setara 150 mg basa. Pada pemakaian per oral, konsentrasi puncak didalam plasma dicapai dalam 2-3 jam dengan waktu paruh sebenarnya adalah 6-10 hari. 14 Klorokuin adalah obat anti malaria yang paling luas pemakaiannya karena mudah diperoleh, efek samping yang minimal disamping itu harganya murah. Dosis total klorokuin adalah 25 mg basa kg berat badan diberi dalam 3 hari yaitu hari pertama dan kedua masing-masing 10 mg basa kg berat badan dan pada hari ketiga 5 mg basakg berat dan saat ini klorokuin merupakan obat pilihan utama fisrt line drug untuk pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi . 14, 16 Efek samping yang ditemukan adalah ringan dari yaitu pusing, vertigo, diplopia, mual, muntah dan sakit perut. Gangguan neurologis kelemahan otot, pusing, sakit kepala, pandangan kabur dan kejang-kejang . 14 Namun pemberantasan malaria falciparum menghadapi kendala yang serius sejak ditemukan pertama kalinya kasus resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin di Kalimantan Timur pada tahun 1974, kemudian resistensi ini terus meluas dan pada e-USU Repsository ©2005 Universitas Sumatera Utara 4 tahun 1996 kasus-kasus malaria yang resisten klorokuin sudah ditemukan diseluruh provinsi di Indonesia. 3 Berdasarkan pedoman WHO, bila ditemukan resistensi palsmodium terhadap klorokuin disuatu daerah 25, maka dianjurkan untuk tidak lagi menggunakan klorokuin sebagai antimalaria, kecuali dikombinasi dengan antimalaria lain.

IV.2. Pirimetamin- sulfadoksin