Pengawetan kayu ASPEK PENGAWETAN KAYU A.

Jenis kerusakan ini berbeda dengan pelapukan akibat serangan cendawan karena pelapukan jenis ini terjadi akibat kombinasi dari beberapa faktor seperti cahaya, perubahan dimensi kayu,akibat hujan dan panas secara bergantian, serta cendawan pembusuk lunak. Pengguinaan kayu yang tidak di bawah naungan atap seperti sirap, pagar papan, list plang, dan penggunaan lainnya yang tidak dicat lama-kelamaan permukaannya akan menjadi kasar, berkerut-kerut, retak-retak kecil,yang kadang- kadang meluas ke seluruh potongan kayu dan akhirnya permukaan kayu menjadi rapuh.

2. Api

Api merupakan salah satu faktor nonbiotik, yang juga banyak menyebabkan kerusakn kayu. Sifat mudah terbakar adalah hambatan utama dalam penggunannya sebagai bahan bangunan. Kenyataan telah membuktikan bahwa kayu adalah bahan bangunan primer yang akan terbakar dan menyala pada suhu bakarnya. Karena itu, penggunaan kayu secara luas dan tanpa adanya batas sekat dalam pembuatan konstruksi gedung atau bangunan lainnya perlu dihindari. Sebab-sebab terbakarnya kayu yang tidak dilindungi pada suhu rendah oleh sumber kebakaran tergantung pada spesiesnya, tetapi lebih ditentukan oleh faktor seperti derajat kekeringan, suhu dari sumber panas, lamanya kena panas, ukuran dan bentuk kayu, serta detail dari konstruksi.

D. Pengawetan kayu

Pengawetan kayu merupakan suatu cara untuk meningkatkan keawetan kayu terhadap serangan faktor biologis penyebab kerusakan kayu. Caranya adalah dengan memasukan bahan kimia beracun ke dalam kayu, yang mengganggu kehidupan biologi tersebut sehingga kayu menjadi kebal terhadap serangan organisme dan usia pakainya menjadi lebih lama dari sebelum diawetkan. Jenis bahan pengawet yang beredar di pasaran ada berbagai macam, sehinga dalam memilih bahan pengawet harus diperhatikan beberapa hal antara lain: efikasi kayu terhadap organisme perusak, cara pengawetan yang akan dilakukan, ketahanan melekat di kayu, sifat korositas, aman terhadap manusia dan hewan ternak serta lingkungan, mudah penanganan dan harganya murah. Ridwanti Batubara : Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan, 2006 USU Repository © 2006 Cara pengawetan kayu berpengaruh terhadap hasil pengawetan kayu. Secara umum pengawetan kayu dibagi ke dalam dua cara yaitu cara pengawetan dengan tekanan dan tanpa tekanan. Cara pengawetan dengan tekanan menggunakan peralatan tertutup seperti tangki yang mampu menahan tekanan tertentu, seperti cara pengawetan secara sel penuh. Cara pengawetan tanpa pengawetan dapat dilakukan dengan perendaman, difusi dan pelaburan. Cara pengawetan dengan tekanan hasilnya biasanya lebih baik dari tanpa tekanan, akan tetapi biaya dan peralatan yang digunakan lebih mahal. Cara ini cocok dilakukan untuk mengawetkan kayu yang dalam pemakaiannya memilki resiko kerusakan tinggi seperti bantalan kerta api, kayu dermaga, tiang listrik, menara pendingin, pemakaian lain yang berhubungan langsung dengan tanah, serta untuk mengawetkan kayu yang sulit ditembus bahan pengawet terutama bahan pengawet yang tidak mudah luntur. Cara pengawetan tanpa tekanan pada umunya hasilnya kurang begitu baik dibandingkan dengan cara tekanan karena penembusannya lebih rendah namun masih dapat memenuhi syarat yang baik retensi maupun penembusan tergantungan tujuan pemakaian. Keberhasilan suatu bahan pengawetan kayu diukur berdasarkan besarnya retensi dan penetrasi bahan aktif pengawet di dalam kayu yang diawetkan. Persyaratan retensi dan penetrasi bahan pengawet yang harus dipenuhi untuk pengawetan bahan kayu bangunan dan gedung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persyaratan Retensi dan Penembusan Bahan Pengawet untuk Kayu Bangunan Perumahan dan Gedung. Retensi kgm 3 Penembusan dalam kayu m No. Jenis Bahan Pengawet Di bawah atap Di luar Vakum tekan Rendaman dingin Difusi BFCA 1 Koppers Formula 7 7,0 X X 10 12 2 Celsol Sd 7,0 X X 10 12 CCA 3 Tanalith CT 106 4,6 6,6 15 X X 4 Celcure a P 5,6 8,0 15 X X 5 Osmose K33 3,4 4,8 15 X X 6 Kemira K33 4,4 6,3 15 X X CCB 7 Wolmanit CB 7,5 10,7 15 10 X 8 Diffusol CB 6,0 8,6 15 10 X 9 Imparalit CKB 6,0 8,6 15 10 X CCF 10 Basilit CFK 6,0 8,6 15 10 x Sumber: Martawijaya dan Abdorrrohim 1984 dalam Djarwanto dan Abdurrahim 2000. X = tidak disarankan Ridwanti Batubara : Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan, 2006 USU Repository © 2006

III. PENGAWETAN KAYU BANGUNAN

UNTUK GEDUNG DAN PERUMAHAN

A. Jenis Kayu Bangunan dan Komponen Bangunan dari Kayu

Kayu umumnya banyak digunakan sebagai bahan bangunan perumahan dan perkantoran, jalan bantalan rel kereta api dan jembatan, maupun fungsi khusus lainnya tiang teleponlistrik atau menara pendingin. Untuk bangunan gedung dan perumahan, kayu yang biasa dipakai adalah jenis komersial dan didominasi jenis-jenis seperti meranti, kapur atau kamper, keruing, kempas, bangkirai dan kayu-kayu campuran dari luar jawa. Persyaratan yang dituntut dari suatu bangunan, dalam hal ini perumahan adalah : a. Strukturnya kuat, kokoh dan aman dihuni b. Tahan sampai umur pakai yang direncanakan c. Ekonomis, dapat dijangkau masyarakat banyak d. Fungsional, dapat dipergunakan secara nyaman untuk tempat tinggal e. Penampilan dan bentuknya cukup menarik Komponen bangunan dari kayu selain memenuhi syarat struktural kekuatannya juga memenuhi umur pakai yang lama sesuai yang diharapkan. Tindakan pengawetan terhadap komponen bangunan dari kayu akan meningkatkan kayu dari kelas awet yang rendah menjadi kelas awet yang tinggi. Metode pengawetan maupun jenis bahan pengawet yang dipakai akan tergantung pada tujuan penggunaan komponen tersebut sehingga memenuhi prasyarat retensi dan penetrasinya. Kayu untuk kontruksi dibawah atap, seperti kuda-kuda dan rangka atap reng, usuk, gording, pengawetan secara sederhana dapat dipertimbangkan asalkan kontruksi baik sehingga tidak bocor sewaktu hujan. Untuk yang behubungan langsung dengan udara luar, seperti misalnya lis plang retensinya harus cukup tinggi. Begitu juga untuk kerangka, balok-balok pemikul, kusen daun pintu dan jendela, dinding, balok lantai dan papan lantai. Untuk kayu yang berhubungan dengan pondasi diperlukan perhatian khusus dengan meningkatkan retensinya, sehingga serangan rayap tanah dan pelapukan jamur dapat dihindari. Ridwanti Batubara : Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan, 2006 USU Repository © 2006